Hari berganti bahkan tidak terasa ujian kenaikan kelas sudah di depan mata.
Hubunganku dengan Agam kembali membaik dengan artian aku tidak lagi mengingat kejadian itu sedangkan Agam sendiri sudah minta maaf padaku. Ia merasa bersalah dengan apa yang terjadi. setelah aku memutuskannya, Agam bilang cewek itu juga ikut pergi meninggalkannya. Agam baru sadar jika ternyata dia dimanfaatkan eh cewek itu. Tapi tetap saja, aku sudah merasakan sakit dan aku tidak ingin mengulanginya.Sempat Gara emosi saat aku bercerita jika hubunganku dengan Agam putus karena orang ketiga. Dan sempat pula Gara ingin menonjok Aris jika aku tidak melerai mereka saat adu mulut di halaman belakang sekolah.
Jika aku dengan Agam fine, dua sahabatku juga harus fine kan?
Ya. Aya dan Gara semakin lengket saja bahkan perangko saja mungkin masih kalah lengket. Setiap hari mereka bersama entah itu ke perpustakaan, ke kantin ataupun pulang bersama. Aku mengerti keadaan ini, karena aku pernah melakukan hal yang sama. Jadi aku memberikan jarak pada Gara agar Aya nyaman. Bukan berarti Aya memintaku menjauhi Gara, ini pure inisiatif aku sendiri.Waktu berjalan, aku tidak lagi memikirkan rasa sakitku yang pernah di hianati. Aku juga tidak merasakan trauma untuk menjalin hibungan baru. Sekarang, Aku malah sibuk dengan urusanku sendiri dimana aku sedang menaksir seorang petugas perpus yang baik hati dan tidak sombong. Meskipun hanya pengalihan hatiku sih biar tidak kosong dan kesepian tapi aku harap perasaan ini benar adanya.
Petugas perpus itu bernama Brian, seseorang yang murah senyum. Ia selalu menyapaku ketika bertemu, ah sebenarnya setiap bertemu orang ia akan selalu mengucapkan salam.
Jadi aku lebih sering menghabiskan waktu di dalam perpustakaan. Selalu kesana disetiap ada kesempatan entah itu jam kosong ataupun istirahat. Aneh? Haha kurasa tidak. Brian bukan cowok tua atau perjaka tua. Dia seorang mahasiswa, berhubung dia sudah skripsi, Brian mengisi waktunya dengan bekerja di sekolahku.Sebentar lagi akan diadakan study wisata. Entah kemana akan pergi yang jelas aku selalu siap apalagi jika Brian ikut bersama kami.
Suatu hari Gara pernah menanyakan kenapa aku sering pergi ke perpustakaan, memang sedikit aneh sih, jarang banget aku ke perpus sekolah, kalau ada buku atau novel yang mau kubaca biasanya langsung beli di toko buku.
"Nyet, lo kok jadi rajin ke perpustakaan sih".
"Gue itu lagi belajar. Lo harusnya seneng karena seorang Rahma bisa masuk ke perpusakaan. Lo tau kita ini bulan depan kenaikan kelas itu artinya kita harus rajin rajin belajar biar naik kelas."
Gara hanya melongo mendengar penjelasanku.
"Tuh dengerin apa kata Rahma, kamu sih keseringan ngajak aku jalan".
Aya menimpali."Ah tauk gue mau ke kantin aja, yuk Yang." Gara menarik tangan Aya dan menyeretnya keluar kelas.
Meskipun mereka berdua sering bersama tidak membuatku menjadi akrab dengan Aya. Masih sama, berteman sewajarnya.
Sebelum Gara sampai di pintu perpustakan, ia berbalik dan kembali menghampiriku. Mau tau apa yang dia katakan?
"Palingan juga modus secara lo kan dulu juga gitu Nyet waktu nunjuk Agam jadi ketua di kelas lo, ujungnya apa? Lo cuma pingin supaya deket sama dia kan?"Aku hanya diam sebab apa yang dikatakan Gara memang benar adanya. Dulu saat kelas X aku memang menunjuk Agam sebagai ketua kelas begitupun dengan hak suara yang hampir 50 persen aku komporin buat milih Agam. Tujuanku hanya satu, jika dia jadi ketua kelas aku bebas bertanya apaun mengenai tugas juga tak akan ada yang curiga sebab yang namanya ketua kelas itu dekat dengan semua orang. Pada akhirnya aku memang bisa dekat, bahakan menjadikannya pacarku sesuai dengan apa yang aku harapkan.
"Berisik lo, sana pergi aja kalau cuma bisa ngledekin gue". Aku kembali larut pada novel yang sedang kubaca.
"Tuh, bacaanya aja novel" aku melotot dan Gara benar-benar keluar ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERSAHABATAN KITA (REVISI)
RandomBerawal dari kisah konyol kita bersama, aku berharap kita akan terus seperti ini Sobat.