Waktu berjalan begitu cepat, masa SMA yang indah di kelas XI ini aku lalui bersama dengan kekasih hati. Hari-hariku jadi berwarna, aku, rutinitasku juga berubah, pagi ngobrol berdua dengan Agam sebelum bel masuk, makan di kantin bareng, pulang sekolah juga bareng kadang kalau ada rapat atau eskul bari pulang sendiri, itupun saat rapatku lama kadang juga dia anterin pulang kalau kemaleman. Bagaimana dengan Gara? Masih deket tapi sedikit berkurang waktu kami bersama. Aku lebih sering menghabiskan waktuku bersama Agam.
Kurang dari seminggu akan diadakan bulan bahasa di mana setiap tahunnya sekolah kami akan mengadakan acara seperti pensi, teater, bazar dan acara lainnya untuk memeriahkan peringatan bulan bahasa. Dan itu artinya tidak terasa bakal memasuki semester dua beberapa bulan lagi. Kalau udah gini nggak terasa.
Yang akan menjadi panitia dari acara ini adalah para siswa dari jurusan bahasa. Siang ini sepulang sekolah para siswa dari jurusan ini akan mengadakan rapat. Kelas dua belas dan sebelas bercampur jadi satu.
Rapat diadakan di dalam ruangan kelas XII BAHASA 1 yang kelasnya lebih strategis. Di lantai bawah.
Aku berusaha mencari Agam untuk berpamitan sebab ponselku lowbat. Aku bertanya pada teman kelasnya tapi semua tidak tahu. Aku mencari ke kantin tidak ada sampai aku melihatnya di ruang perpustakaan.
Aku menghapiri Agam yang sedang duduk menatap jendela. Niat awalku untuk mengagetkannya tapi aku yang justru merasa kaget. Seseorang menghampirinya dari balik rak buku lalu duduk di samping Agam.
Agam memang tidak tahu jika aku melihat mereka sebab mereka berdua memunggungiku. Aku melihat dengan jelas dari balik punggungnya betapa mereka dekat, dan suara perempuan itu sangat manja.
Dan saat aku akan mendekat tiba-tiba langkahku terhenti. Merek ciuman.
Aku berlari keluar mencoba untuk menahan air mata yang akan jatuh. Aku duduk di kursi taman belakang sekolah. Disana sepi, hanya ada aku.
Air mata yang aku tahan akhirnya tumpah juga. Aku menangis. Entah berapa lama aku disana yang pasti aku masih belum ingin beranjak.
Aku bahkan tidak menghadiri rapat.
Aku masih belum bisa menerima apa yang sudah aku lihat. Pertanyaan di pikiranku hanya satu, apakah Agam selingkuh?Tapi untuk apa? Selama ini hubungan kita baik-baik saja. Aku merasa ini salah, maksudnya.. aku nggak pernah berbuat curang bahkan saat Agam melarangku dekat dengan Gara, aku nurutin.
Tatapanku kosong lurus kedepan, melihat beberapa bunga bergoyang di terpa angin.
"Lo ngapain?" Aku membenarkan dudukku dan langsung mengusap bekas air mataku."Woy, napa diem aja?" Gara duduk di sampingku dan menyandarkan punggungnya.
"Gue? Lagi diduk lah, lo gak ikut rapat?" Berusaha menetralkan suaraku, sejak kapan Gara di sini? Semoga dia nggak liat aku yang seeang nangis.
"Lo sendiri? Kenapa malah ada disini?" Gara menoleh ke arah ku sambil menopangkan tangannya pada belakang kepalanya.
"Gue malas, pingin cabut aja". Jawabku sekenanya.
"Lo bohong Ma, gue tahu lo lagi ada masalah. Lo cerita kalau emang mau cerita, lo juga boleh nyimpen jika memang tidak ingin bercerita tapi, lo harus tetap senyum dan jangan pernah bohongin gue karena gue nggak suka di bohongin apalagi sama elo, gue nggak akan pernah bisa lo bohongin".
Aku menoleh ke arah Gara yang sedang menutup matanya. Angin semilir menerpa rambut panjangnya yang sedikit bergoyang. Aku tersenyum mengingat ia sempat berlari dan bersembunyi saat guru BK merazia para siswa berambut gondrong. Sudah lama nggak duduk bareng dia.
Tiba-tiba mataku panas, aku langsung memeluk Gara. Aku menyandarkan kepalaku pada dadanya yang lumayan bidang. Aku merasakan Gara membelai rambutku. Dan setetes air mata kembali terjun ke pipi.
![](https://img.wattpad.com/cover/80991689-288-k765090.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSAHABATAN KITA (REVISI)
RastgeleBerawal dari kisah konyol kita bersama, aku berharap kita akan terus seperti ini Sobat.