Aku mendengar jika Gara sudah balik dari acara cuti dan tetekbengek yang jelas dari acaranya yang butuh waktu sendiri.
Aku belum sempat juga menghubunginya, bukannya sibuk banget gitu sih cuma aku memutuskan untuk menemuinya dari pada harus lewat ponsel, berasa kurang lega aja.Kemarin waktu pulang dari kuliah Aya main ke ruamah dan ia bercerita jika Gara sudah pulang.
Dari cerita Aya, gara agak sedikit kurus meskipun dari sononya juga dia kurus, mana pernah tuh anak gemuk.Aku kurang paham juga kurusnya Gara karena aku atau hal lain seperti kurang makan, atau kerja jadi lemak-lemak dalam tubuhya rontok.
Dan hari ini aku memutuskan untuk melihat apakah Gara memang benar-benar kurus atau tidak dengan cara menemuinya. Hatiku memang berdegup kencang, bukan karena mau ketemu pujaan hati tapi lebih karena sudah hampir tiga bulan nggak ketemu aja.
Tiga bulan, kurasa cukup lama. Aku terlalu sibuk buat ambil kerja part time di sebuah kafe, sedangkan Aya juga hanya saja dia lebih memilih menjadi SPG sebuah minuman kopi. Ide kami berkerja muncul sebelum liburan semester. Aku menganggap liburan saat itu tidak bisa berjalan dengan lancar dan happy jika tidak ada Gara dan diputuskanlah untuk kerja part time, itung-itung nambah uang saku.
Aku lumayan lama nunggu di taman depan gedung A tempat Gara kuliah, tapi sedari tadi juga belum muncul batang hidung Gara. Ini anak bolos atau gimana sih?
"Permisi, lihat Putra Anggara nggak? Em anak kelas C kalau gak salah." Setahuku dari jadwal dia masuk kelas C hari ini, dan aku bertanya pada seseorang yang keluar dari kelas tersebut.
"Maaf, Garanya nggak ada mbak, udah dari tadi deh pulangnya sekitar 20 menit yang lalu"
What? Gila tuh Gara, perasaan bbm gue terkirim deh dan usah dia baca juga. Aku memutuskan untuk pergi ke White Cafe dekat kampus. Mungkin dia disana.
Jalan kali, selama tidak ada Gara kali nggak pake ojek ya taksi tp untuk jarak yang deket mau gak mau aku jalan kaki. Aku nggak bisa naik motor, aslinya sih boleh cuma sama mami nggak dibolehin.
"Mau kemana lo Ma?" Aku menoleh ke arah suara ada Zaky yang sedang naik motor, mungkin mau pulang.
"Elo Zak, mau ke cafe depan kampus" kataku pada Zaky. Zaky ini satu kelas denganku dan dia baik banget. Deket sih cuma sebatas teman sekelas aja, kita saling bantu doang. Di luar kampus beda lagi urusannya.
"Mau nebeng?"
Aku menggeleng pelan. "Nggak deh Zak, makasih ya gue jalan aja biar lemak gue turun"Zaky tertawa sesaat lalu pami duluan.
Baru juga mau melangkah, aku melihat Gara dari kejauhan tampak dia sedang ngobrol dengan dua orang temannya yang aku tahu dari jurusan yang sama. Aku melambaikan tangan padanya, entah dia lihat atau enggak tapi sepengetahuan aku nih dia lihat cuma dia tidak merespon apapun. Terkesan cuek."Masak dia gak liat gue sih? Atau.." aku merasa dia memang sedang nyuekin aku. Saat aku beberapa meter darinya, ini aku lari buat kesana, Gara masuk ke dalam mobil dan pergi begitu aja.
Aku gemas, ku pencet nomor ponsel Gara. Beberapa kali tidak di angkat dan yang terahir di reject.
"Nyebelin lo Gar, childish banget sih" kataku sedikit emosi.Aku nggak lagi peduli dengan sekitar yang merhatiin seorang Rahma sedang ngesot. Bukan ngesot sih, cuma aku duduk aja di pinggir jalan, capek bin kesel nih hati.
Bisa bisanya Gara nyuekin aku yang udah jadi sahabat selama ini. Dia tau loh kalau aku lari buat nyamperin dia. Tega banget lo Gar.
Masih duduk selonjoran di pinggir jalan, tepatnya di jalanan kampus ya bukan jalan raya. Gila aja sampe di jalan raya, bisa dikira gila beneran.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERSAHABATAN KITA (REVISI)
NezařaditelnéBerawal dari kisah konyol kita bersama, aku berharap kita akan terus seperti ini Sobat.