Baikan

28 3 0
                                        

Sudah dua bulan sejak kelulusan aku masih betah diam diri dirumah, jika biasanya selalu jalan bersama Gara kini dia sibuk mempersiapkan kuliahnya yang masih semangat banget bagaimana tidak jika setiap bertemu yang ia bahas hanya kuliah dan kuliah. Aku saja menganggap kuliah hanya biasa. Aku dan Gara satu kampus bedanya jika ia mengambil jurusan untuk pendidikan olahraga jasmani, aku mengambil jurusan pendidikan Bahasa inggris.

Kita memang satu kampus tapi jarang ketemu, Gara di gedung A sedangkan aku di gedung C yang jaraknya lumayan jika memang mengharuskan aku untuk bertemu dengannya.

Untuk masalah cowok, aku sama sekali tidak ada ketertarikan dengan para temanku di kampus, entahlah jika Gara. Aku masih setia dengan cowok yang aku kenal saat SMA, Firman. Ngomong-ngomong Firman itu orangnya manis, ya sedikit ganteng juga tapi yang pasti dia baik, loyal dan pengertian. Dia selalu membuatku merasa senang setiap bertemu dengannya. Mengantar dan menjemput kuliah, jalan waktu malam minggu ah pokoknya menyenangkan. Hubungan kami tidak ada statusnya, dibilang teman tapi lebih, dibilang lebih hanya teman. Mungkin kata HTS lebih tepat untuk kami berdua hanya saja aku masih menunggunya untuk menyatakan cinta padaku dan berharap ia pulang dari Balikpapan tempatnya bekerja saat ini.

Masalah Aya, sejak lulus aku sering chatting dengannya bahkan kita sering curhat dan membahas tentang Gara membuat hubungan kami menjadi lebih dekat dari pada yang dulu.

Saat ini aku sedang mengobrol dengan Aya. Menyuruh Aya untuk main kerumah, aku bosan banget sendirian di rumah.

"Kapan?"

"Ya sekarang lah, lo ajak aja cowok lo."

"Gak bisa deh non, cowokku udah balik kerja"

"Tapi lo free kan, gak ada acara apapun? Secara ini minggu loh masa lo gak pernah main kerumah lagi".

Selama ini Aya sering main kerumah jika tidak ada jam kuliah atau ketemuan di tempat nongkrong kita.

"Oke deh nanti siang ya".

"Oke gue tunggu".

Dan saatnya buat Gara.
Aku mencari nomor Gara dan segera meneleponnya. Tiga kali nada sambungan Gara mengangkat.

"Halo, napa Nyet?"

"free gak?"

"Gue,?"

Aku menepuk bantal boneka di kamarku merasa gemas. Hanya aku berusaha untuk tetep calm.

"Bukan, nyokap lo. Yaiyalah Nyet, lo tuh ya makin hari makin lemot deh, emang mata kuliah lo sebegitu beratnya sampe lo lemot gitu. Pentium berapa sih?" Nah kan tidak bisa nahan lagi, emosi juga gue, gemes sih.

"Lo kata gue komputer, napa gue lagi ngorok nih" suara Gara memang mirip orang abis tidur

"Bahasa lo banget tuh, ngorok. Oke gue tunggu jam 1 di rumah gue ato paling lambat jam 2 oke, bye".

Aku tidak peduli bagaimana reaksi Gara di ujung telepon sana, yang penting niat aku udah baik.
Sambil menunggu mereka berdua dateng, aku bebersih rumah sambil memasak. Meskipun tomboy begini aku suka dan pintar masak dan itu juga yang bikin badan aku sedikit gemuk.
Aku sedikit tertawa geli sih saat bilang ke Gara suruh datang jam satu, secara jam satu pas itu tiga puluh menit lagi.
Waktu yang aku buat untuk masak dan bebersih rumah sudah cupup buat nunggu dia datang.

Brum..
Aku mengintip dari jendela, melihat mobil Gara sudah masuk parkiran sebelah rumah. Aku langsung keluar dan melihat wajah kusut Gara.

"Napa muka lo Nyet? Kusut bener lom di setrika?"
Aku tertawa dan mengulurkan tanganku untuk berhighfive  dan bercipika cipiki dengan Gara yang malah dia tarik dan memelukku. Aku kaget. Setelah Gara memelukku singkat, ia mengacak puncak rambutku pelan dan langsung masuk.
Aku sedikit kaget dengan sikap Gara yang berbeda, tidak biasanya ia memelukku kecuali di hari istimewa atau kalau aku lagi sedih. Tapi aku tidak ingin berfikiran jauh. Mungkin hanya rasa kangennya saja padaku.

PERSAHABATAN KITA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang