Putus

28 3 0
                                        

Aku menunggu Gara di depan rumah, aku senang bisa kembali bersekolah. Libur selama dua minggu membuatku bosan, yang kulakukan di rumah nenek beberpa hari yang lalu hanyalah makan dan tidur. Untungnya berat badanku tidak bertambah.

Aku mengerutkan kening saat mobil berwarna kuning berhenti tepat di depanku. Aku menunggu hingga seseorang atau siapapun turun dari mobil tapi nihil, tak ada yang menunjukkan batang hidung pemilik mobil itu.

Aku menyilangkan kedua tanganku dan sedikit bergeser agar nanti dapat melihat Gara dari ujung jalan.
Satu kali klakson membuatku  menoleh kepada mobil kuning itu.

"Tai lo, bikin kaget gue aja. Nih pemilik mobil siapa sih songong banget" aku mengomel sendiri.

Aku kembali menoleh ke arah jalan berharap Gara cepat datang tapi sampai capek leherku menengok ke kanan tetap saja Gara tak muncul juga.

Tiiiiiiiiiiiiin.
Kali ini mobil itu mengklakson panjang membuatku mau tak mau menghampiri mobil itu.

Aku menggedor-gedor kaca gelap di depanku.
"Eh keluar lo, heh.." buk buk buk

"Denger ya, kalau dalam hitungan ke tiga lo gak keluar, gue bakal...."

Aku langsung diam dan melongo saat kaca hitam terbuka melihat seseorang di balik kaca hitam itu.

"Monyeeeeeet dasar lo gorilla sinting, kingkong gilaaaa". Aku mencak mencak saat Gara turun dari mobil itu.

"Sabar kali nyet, slow dong, gak usah segitunya liat gue, norak tau gak lo. Santai saja". Gara berdiri di depanku sambil memainkan alisnya.
Sedangkan aku hanya bisa menatapnya sebal.

Detik berikutnya Gara sudah memelukku dan berbisik.

"Gue kangen lo Nyet" akupun tersenyum dan membalasnya "gue juga".

"Oh jadi ini kado dari bokap lo, wah wah keren keren".

Saat ini aku sudah di dalam mobil bersama Gara yang sedang fokus menyetir sesekali ia menoleh saat aku mengajaknya bicara.

"Songong juga lo, pake acara nglakson gue, oh iya kita jemput Aya juga?"

Tak ada jawaban dari Gara, aku menoleh padanya yang menatap lurus jalanan".

"Woy, kita jemput Aya juga gak nih? Tapi udah mau bel masuk"
Melihat jarum jam di tanganku membuatku ragu jika memang menjeput Aya, itu artinya kita bakalan telat. Rumanya lumayan harus muter dulu karena beda arah. Tapi kalaupun iya its oke.

"Gue udah putus".

Satu detik. Dua detik. Tiga detik
Aku masih mencerna kata-kata Gara sampai pada detik ke lima baru ngeh dan..
"Whaaaaat?" Teriakku kaget.

Gara menutup telinga kirinya dengant jari telunjuk. "Gila lo, bisa budek gue nyet".

"Serius lo putus?" Sekali lagi aku memastikan takutnya pendengaranku yang bermasalah.

"Iya". Dengan Enteng gara mengangguk.

"Sapa yang mutusin?"

"Gue" Gara tersenyum lebar seolah bangga udah mutusin Aya.

"Gila ya lo? Kok bisa sih?"

"Banyak tanya lo udah ntar aja di sekolah gue ceritain, siap siap gue bakal ngebut" detik berikutnya mobil Gara makin laju dan membuatku harus menutup mata, berdoa beharap kita bakal sampai di sekolah bukan di rumah sakit ataupun kuburan. Aamiin.

***

Aku kembali duduk sebangku dengan Gara, yang biasanya selama dia jadian duduk dengan Aya kini sudah bergeser.

Aku memperhatikan mereka berdua, Aya yang duduk di sebelah kiriku dan Gara di sebelah kananku, berasa setan deh gue duduk diantara laki dan perempuan.

"Eh lo seriusan duduk bareng gue? Lo beneran putus?" Aku berbisik kepada Gara, takut Aya denger.

PERSAHABATAN KITA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang