InLine

5.2K 628 2
                                    


Menyampaikan undangan dari ibunya adalah salah satu hal sulit bagi Jillia, karena mereka bukan tunangan bukan? Untuk apa repot-repot mengundang Rival ke acara makan malam keluarganya? Baiklah, Argo benar, maksud Jillia, Mamanya benar. Setidaknya mereka harus bertemu lebih dulu.

Rival, dimana pria itu? Tadi pagi setelah membuat perjanjian konyol dengan Jillia, Rival malah seenaknya melenggang pergi. Dan sore ini, Rival belum juga kembali. Jillia tergoda untuk membatalkan undangan ibunya. Tapi... Jillia ingin melihat Bram bak sebentar saja.

"Val lo dimana?"

Panggilan Jillia menggema di sepanjang voyer apartemen ini. Sepertinya Rival memang tidak disini, lalu dimana pria itu? Apa sebaiknya dia benar-benar membatalkan pertemuan itu?

Argo Januraksa calling

"Apa lagi?"

"Mama mau ketemu sama lo dulu, gue di depan"

Kemudian nada sambung telpon itu terputus. Jillia mendesah pelan dan berjalan menuju pintu keluar. Lelah. Baru saja dia membuat perjanjian konyol dan sepertinya dia tidak tahu harus membagi pada siapa? Eh Siapa? Argo bukannya sedang di depan?

Dengan langkah cepat dia menghampiri Argo lalu menuju valet parkir. Belum sempat dua menit, Jillia sudah gelisah duduk dengan tidak tenang dan Argo melihat itu. Perlahan dia menurunkan kecepatan mobilnya dan tanpa Jillia sadari mereka sudah berhenti di depan salah satu minimarket.

"Kenapa?" Satu tangan Argo masih berada pada roda kemudinya sementara tangan lainnya membelai rambut Jillia, "Lo ada masalah?"

"Gue bikin perjanjian konyol sama Rival"

Setiap perjanjian yang dibuat Jillia, tidak akan tidak konyol. Argo sudah memastikan itu

"Satu bulan, dia harus jatuh cinta sama gue baru gue mau nikah sama dia"

Cukup gila, tapi bagaimana Jillia memastikan Rival jatuh cinta padanya?

"Itu dia, gimana caranya gue tau dia jatuh cinta sama gue?"

Argo mengetukkan jarinya pada kemudi kayunya itu, hm bagaimana mengatakannya? "Gue pikirin dulu"

"Lo tau lo jatuh cinta sama Raven gimana?"

Argo tersedak, pandangannya beralih tak karuan karena bingung menjelaskan pada Jillia. Jatuh cinta tidak semudah itu bagi kaum lelaki sepertinya. Menjelaskannya?

"Go, ngomong..."

Pria ini tidak tahu harus memulai menceritakan kisah cintanya pada Jillia darimana, karena pada awalnya, Ravenia lah yang mencintainya. Argo pada dasarnya hanya menerima tidak mengejar. Nyaman? Nyaman dengan Ravenia itu yang dia rasakan. Jatuh cinta? Tidak tahu

Rival Javarisis calling

"Hai lo dimana? Gue cariin..."

"Kantor? Kenapa? Mau ngajak lunch?"

"Dinner sih sebenernya, kita ketemu di rumah utama Januraksa"

"Jam?"

Jillia melirik Argo dan membentuk mulutnya sedemikian rupa untuk menanyakan Jam

Pria disampingnya hanya melakukan hal sama dan menyerukan Angka 7 tanpa suara

"Tujuh"

"See you there fiancée"

"Ah Go gimana nih....?" Tanya Jillia panic

Kumat lagi jiwa anak kecil Jillia, dan Argo tak kalah pusing. Tapi Argo memiliki scenario sendiri diotaknya. Bagaimana dia membebaskan adiknya dari perjodohan konyol, bagaimana dia membebaskan Jillia dari belenggu Elwood, dan bagaimana cara meenghadapi ibu tirinya.

DrapetomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang