Out of The Blue

6.4K 613 33
                                    

"Kalila..." Panggil Bram lagi menyadarkan Kalila

Gadis itu hanya memandang kosong, benar-benar berharap ini semua hanya mimpi. Tidak ingin berada disituasi ini, situasi dimana dia dan Bram masih menikah tetapi juga bertunangan dengan orang lain. Sialnya ketika dia mencubit lengannya justru dia tersadar ini adalah kenyataan.

"Stop hurting yourself"

Menepis lengan yang mencoba memeluknya, hanya itu yang ingin Kalila lakukan sekarang. "Don't touch me, please"

Ada nada getir yang Bram dengar, dia benar-benar ingin memeluk Kalila sekarang. Istrinya, entahlah. Bram ingin merengkuhnya.

Kalila mengingat-ingat hal lain. Apakah ada celah di pernikahan ini?

"Just..."

"Stop. Lo bukan suami gue..."

"But i'am"

Kalila menggeleng, "Ada nafkah yang gak pernah lo kasih ke gue"

Dan Bram mengetahui maksud Kalila

"Kita sudah bercerai..."

Bram menarik Kalila dalam pelukannya, melumat bibir gadis itu dengan cepat

Kalila merasakan lagi bibir yang dia rindukan itu. Melepas pagutan mereka sesaat, menatap dengan dalam mencari apa yang tersisa dari kenangan masa lalu mereka.

"Kal..."

"Bram... Ada nafkah yang gak pernah lo kasih ke gue"

Bram menyampirkan anak-anak rambut Kalila, "Gue... takut nyentuh lo"

"Karena Argo?"

Bram tertawa kecil, "Ya" kemudian memagut sekali lagi bibir dari wanita yang masih menjadi miliknya sampai saat ini

"Apa kita bakal terus begini?"

"Lo bilang lo gak dapet nafkah yang ini, shall we?"

Jillia mengangguk pasrah

...

"Kamu akan jadi pewaris Januraksa tapi kamu masih belum tau posisi kamu?"

"Apa Raven jangan berbelit-belit? Kamu tau kan aku suka langsung ke intinya"

Ravenia menghela nafas dalam, "Bantu Mama kamu, itu alasan kenapa Papa kamu menikah sama dia. Dan mereka harus pergi supaya keadaan disini normal, anggap gak pernah terjadi apa-apa"

Argo terhenyak. Kepalanya benar-benar tidak bisa berpikir sekarang. Perkataan Ravenia membuatnya bingung. "Apa Mama yang berkuasa?"

Ravenia tersenyum tenang, "Tante Julia, hanya berusaha membawa Kalila pulang"

...

Rival memandang sengit wanita dihadapannya

"Saya tawarkan kesepakatan mudah, jalan keluar untuk kita semua"

"Apa? Tante mau menjebak saya"

Julia melirik sejenak ke jamnya, "Begini, setelah saya menimbang-nimbang. Jillia belum tentu bisa mengakuisisi kekayaan Yuma"

Rival mengernyitkan dahinya

"Ikut dengan kami, kamu menguasai semuanya. Bagaimana?"

"Tante menyogok saya"

"Kamu dapat kekayaan, tidak tinggal di Indonesia menjadi kaki tangan Leon dan Dominique, jadi diri kamu sendiri dan ada banyak perusahaan yang bisa jadi aset kamu"

Rival masih memandang bingung,

"Maksud saya, menjadi Yuma. Dengan begitu kamu tidak harus menikah dengan Kalila. Tapi kamu mendapatkan kekayaan tiga kali lipat. Kalila hidup tenang, saya juga. Dan kamu untung"

"Maksud tante menjadi Yuma?"

"Kamu masih ingat kalau kamu masih bagian keluarga Yuma bukan? Tara juga meminta saya mencari kamu. Untung saja kamu di gembleng Leon. Cara berbisnis kamu pasti sama berbisanya seperti dia"

Rival menghela nafas sekali lagi

"Pikirkan ini Rival, tawaran saya jauh lebih menguntungkan"

"Tante licik. Tante tidak menyukai saya, tapi memasukkan saya dalam Yuma? Benar kata orang, bukankah kita harus merangkul musuh?" Rival terkekeh, "Licik sekali tante"

"Kamu tau kamu benar. Lebih baik mengembalikan kamu ke Yuma secepatnya daripada menikahkan kalian. Hah? Saya tidak akan mengijinkannya"

Rival menunduk menekuni pikirannya sendiri. Dia memang tidak pernah tahu keluarga ibunya sekaya itu. Tapi bukan harta yang dia inginkan sekarang. Melihat penolakan Julia, membuatnya semakin gencar untuk mendapatkan Jillia dan Elwood disaat bersamaan

"Pikirkan, tawaran ini lebih menjanjikan dibanding berada dibawah Javaris"

...

Bram terbangun pagi itu. Melihat ke sisi kiri tempat tidurnya, tempat Kalila dulu selalu terbaring disana. Tidak menemukan gadis itu di sana, Bram beralih mengambil pakaian dan berjalan menuju kamar mandinya.

Tidak ada

Dimana Kalila?

Bram terkekeh sendiri ketika tidak menemukan gadis itu dimanapun.

...

"Ma..."

Julia melirik putrinya yang sedang duduk di meja makan bersebelahan dengan...

Baiklah dengan Rival

"Aku mau pergi, sekarang, kalau bisa siang ini..."

"Gampang" ucap Julia dengan tenang,

"Kita berangkat ke frankfurt dari tokyo lusa, barang-barang kami gimana Ma?" Tanya Rival dengan tenang

"Nanti Mama atur" Julia melirik lagi putrinya, "Kalila, ingat. Disana kalian hanya keluarga biasa, guru sekolah. Mengerti? Jangan mencolok atau siapapun disini akan mendapatkan kalian"

"Yakin mau ninggalin semua ini?" Tanya Rival pada Kalila yang sedang memilin jarinya

Kalila tidak menyahut, "Aku tidur"

Julia menggeleng pelan, "Jaga adik kamu, Rival" Julia memutar bola matanya, "Mama lupa, calon istri"

"Iya, Ma"

...

Ravenia terduduk di samping Argo, apapun yang ada dipikiran mereka hanyalah keterkejutan mendapati lenyapnya Rival Javaris bersama Jillia Elwood, maksudnya, Kalila Yuma.

Abraham melangkah dengan gusar mendekati kedua orang itu, menarik kerah Argo dengan paksa dan menatap tajam kakaknya, "Ravenia Prasojo, tunangan lo, has commit a crime"

Beralih menatap Abraham dan melihat tubuh Argo didorong paksa adiknya, Ravenia hanya bisa menghela nafas

"Where's she?"

"Kalo gue tau juga gak bakal kasih tau lo"

Bram terkekeh, "Ref, dia kabur setelah dia tau dia masih istri gue. Sama Rival! Anjing!"

"BRAM LANGUAGE!" Bentak Argo

Ravnia berdiri mendekati Bram dan menepuk bahu lelaki itu dengan tenang, "Let her go, Bram. Sudah waktunya..."

Bram memandang tumpukan kertas yang ditawarkan Ravenia. Surat perceraian? Lagi?

"Tanda tangani..." Perintah Ravenia dengan tenang

Argo menghela nafas, "Papa yang minta"

Hal yang terakhir seorang Abraham Januraksa ingat adalah, istrinya, Kalila Yuma meninggalkannya pagi ini tanpa meninggalkan jejak sedikitpun, bersama laki-laki lain yang juga menghilang dengan tiba-tiba. Mereka tidak ditemukan dimanapun, tanpa keributan, tanpa saksi, tanpa jejak. Bersamaan dengan itu, keluargnya mengeluarkan undangan pernikahan.


Bram hanya tersenyum kecil memandangi sekali lagi berkas di tangannya. Jika Jillia, bukan. Kalilla. Jika Kalila ingin lari darinya. Maka Bram akan memburunya.



DrapetomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang