Falsetto

5.1K 609 3
                                    


"Abrahaaaaaam!"

Bram menutup telinganya seolah-olah tidak mendengar panggilan itu

Ravenia mengejar adik iparnya ini dengan tergesa-gesa, segera setelah mendapatkan perhatian lelaki itu Ravenia tak henti-hentinya mengetuk-ngetukkan heelsnya dengan kasar

"Lo mau bales dendam sama gue gak gini caranya!"

Sekali lagi, Bram mencoba mnenutup telinganya sambil membuang pandangannya dari gadis di depannya ini, "na na na"

"Hey, batalin rencana busuk lo ngirim Argo ke brunei kalo masih mau denger kabar soal Jillia"

"Gak bosen apa lo ngintilin kakak gue?"

"Lo gak bosen cari gara-gara?"

"Heh kucing. Lo tau kalo ada Argo dia itu bakal dengan seneng hati bantuin lo, nah jadi gue singkirin Argo dulu supaya lo ngintilin dia ke Brunei sana dan gak ganggu rencana gue"

Ravenia mengernyit, "Maksud lo?"

"Kalo ada lo, lo itu bukannya bantuin gue balikin Jill ke sisi gue tapi bikin Rival makin nempel sama dia, makanya gue kirim si Argo"

"Bukan bukan"

Bram menatap bingung ketika gadis ini memijat rambut coklatnya dengan tangannya sendiri, apa Ravenia gila? Syukurlah, Bram bisa dengan mudah menyingkirkan Ravenia dari Jillia

"Lo mau ngerebut Jillia?"

Bram memandang curiga

"Seriously?"

Semakin memandang curiga

"Beneran?"

Sepertinya Bram tidak yakin Ravenia masih waras

"OH MY GOD! Akhirnya ya Tuhan! Akhirnya Abraham Januraksa mau menurunkan egonya sedikit saja buat Jillia Yuma"

Oke, Bram harus memperingati kakaknya tentang tunangan kakaknya yang sudah mulai gila

"Tapi harus cepetan ya, karena Rival kayaknya udah jatuh cinta dan gak mau lepas dari Jillia. Well, good luck with Elwood juga"

"Heh gila! Ini semua gara-gara lo ya yang pake pasangin mereka malem itu"

"Heh sinting! Ini gara-gara lo yang dari dulu gak mau ngalah"

"Yah, pokoknya lo lah!"

"Elo lah! Udah tinggal serumah juga dulu! Kurang banyak apa itu kesempatan dulu?!"

"Heh dia itu masih saudara tiri gue sinting! Kalo gue apa-apain bisa digampar emakya!"

"Sodara tiri gak ada hubungan darahnya Bram! Lo apa-apain juga halal!"

Bram membelalakan matanya, Ravenia benar-benar butuh terapi kejiwaan

"Giliran udah ada yang punya aja baru diperjuangin!"

"Belom kali masih tunangan!"

"Udik, lo juga ada yang punya!"

"Gar-gara lo gue tunangan sama dia!"

"Salah lo karena lo gak bisa nolak!"

"Terus lo mau Januraksa jadi miskin?!"

"Prasojo juga tajir kali, bisa kali bantuin Januraksa!"

Pemandangan pagi ini sungguh langka untuk Argo. Biasanya dia hanya akan melihat adiknya marah-marah karena Jillia yang tidak sengaja tidur di sofa atau kamar adiknya tapi hari ini? Belum sampai 4 hari Jillia meninggalkan rumah, adiknya sudah menemukan pasangan adu mulut yang baru. Tunangan cantiknya sepertinya mempunyai sisi yang lain.

"Halo, jilli?"

"Apa sih go?"

Argo memandangi layar ponselnya dengan sebal, "Lo tau Raven musuhan sama Bram?"

"..."

"Karena sekarang mereka lagi adu mulut di halaman depan rumah"

Tawa kecil Jillia menggema, "Akhirnya lo liat juga..."

"Kenapa?"

"Paling masalah gue, atau gak pertunangan kalian yang bikin Bram jadi korban"

"Jilli, we need to talk"

"..."

"About Januraksa"

Dan Argo Januraksa tahu, saat ini Jillia sedang mengutuk dirinya di seberang telpon sana.

Baiklah pertama, dia hraus memisahkan Bram dan Ravenia sebelum adiknya berdarah-darah karena cakaran Ravenia. Bagaimana caranya? Seperti biasa, pura-pura tidak tahu dan memanggil lembut Ravenia

"Sayaaaaaang..."

Ravenia menghentikan upayanya mencakar Bram dan memandang kaget. Sepertinya Argo tidak tahu apa yang terjadi. Dan seperti biasa, Bram dan dirinya akan pura-pura tidak terjadi apa-apa.

...

"Jadi hal penting apa?"

Argo menyentuh keningnya, "Mama tau"

Jillia, duduk di hadapan Argo memandang bingung

"Mama pikir lo pindah dari rumah buat tinggal sama Rival dan akhirnya tunangan sama dia tapi balik ke Elwood"

Penasaran dengan tanggapan ibunya, Jillia memandang lebih dalam ke mata lelaki itu

"Mama ngerasa ini berbahaya"

"Sejak kapan dia mikirin gue?"

"Sejak acara itu, mereka ada disana Ji"

Jillia menelan ludah, "Terus?"

"Mama mau ketemu sama lo"

Jillia bimbang

"Sama Rival juga"

Semakin bimbang

"Sama Papa"

"Dan jangan bilang sama lo sama Bram?"

Dan Argo hanya mengangguk setuju

"Kapan?"

Argo menimbang sesuatu, "Malem ini"

Jillia menatap pria di depannya ini dengan tatapan tajam, bagaimana caranyameyakinkan Rival untuk tidak datang ke sana? Tunggu, untuk tidak mengatakan perjanjian konyol mereka?

"Gimana pun, Rival harusnya minta restu ke ibu calon istrinya"

"Ha?"

Argo menghela nafas cukup panjang, "Itu kata Mama"

"Nanti gue tanya Rival dulu"

"Cie sekarang udah mulai tanya-tanya ijin yaaaa?"

"Lo mau gue hajar?"

DrapetomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang