"Namaku.. Rose," jawabku pelan sambil merendahkan tubuhku. "Selamat datang, Rose. Aku senang kau bertekad membantuku tapi sungguh aku memohon maaf kepadamu karena atas nama kerajaan, kami harus mengikuti aturan," pintanya. "Tidak apa-apa, yang mulia. Saya sungguh merasa terhormat sudah diundang ke pesta megah ini padahal saya belum membantu apa-apa," kataku.
Raja Jorge tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Nikmatilah pesta ini. Terima kasih sudah datang." Kemudian kami berdua pergi memasuki ruangan khusus untuk pestanya. Besar sekali. Banyak makanan dan orang. "Landon.."
"Kau merasa canggung tak salah lagi," tebak Landon. Aku mengangguk. "Tidak apa-apa. Nikmati saja," tambahnya. "Landon, maaf mengganggu. Mohon ikut aku," kata Mason tiba-tiba. Landon menyuruhku untuk bertemu di meja dekat makanan nanti. Aku mengangguk. Sendirian di dalam pesta yang megah ini. Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Aku memutuskan untuk mengambil minum. Sirup? Apa itu? Aku tidak pernah mendengar minuman sirup. Ataupun soda dan wine. Aku memilih untuk meminum jus apel. Nikmat sekali. Tak kusadari semua mata tertuju padaku. Apa yang salah denganku? Apa aku terlihat aneh?
"Semua orang melihatmu dengan mata yang berbinar-binar," ucap pangeran Alastair. Aku hampir tersedak karena terkejut mendengar suaranya. "Kau?" kataku. Ia tertawa. Aku meletakkan gelas di atas meja. "Kau sungguh menawan," tambahnya. Aku memandanginya dengan alis yang terangkat. Aneh. Apa maksudnya dengan kata menawan?
Jujur saja, jantungku berdegup kencang berada di dekatnya. "Mohon perhatiannya sebentar para tamu yang terhormat. Acara ini akan kami buka," ucap pembawa acara. Bahkan ia berpakaian rapih. Lagu pun diputar. "Yang mulia Raja Jorge," ucapnya. Raja Jorge pun melambaikan tangannya keapada semua tamunya. "Yang mulia, Putri Scarlett,"
Putri Scarlett pun melambaikan tangannya dengan malas. Ia mengecat rambutnya menjadi blonde. Sekarang, ia terlihat sedikit berbeda denganku. "Selamat menikmati pesta ini. Beberapa lagu akan diputar dan dipersilahkan untuk memilih pasangan. Selamat menikmati dansa," katanya.
Pangeran Alastair mengukurkan tangannya kepadaku sambil berkata "Berdansalah bersamaku."
Dansa? Aku tidak pernah bisa berdansa. Aku melihat ke sekelilingku. Mereka semua berdansa dengan senang. Sedangkan aku hanya berdiri di hadapan pangeran yang mengajakku berdansa tidak tahu harus menjawab apa. Aku pun melarikan diri darinya dan bersembunyi di balik tirai. Aku menunggu Landon. Sedang apa dia?
20 menit kemudian, pangeran Alastair menemukanku. "Scars, ayolah. Aku bisa mengajarimu. Lagipula ini tidak sulit," rayunya. Ia mengulurkan tangannya lagi. Jantungku berdegup semakin kencang dan akhirnya, aku menerima tawarannya. Senyuman kemenangan menghiasa wajahnya. Kami pun ke luar dari tirai merah itu dan mulai berdansa. Ia memberiku kode seperti "Kanan, kiri."
Sesekali aku menginjak kakinya. Berdansa tidak seburuk yang kukira. Aku tidak pernah memimpikan ini sekalipun. Berdansa di sebuah istana megah bersama pangeran sembari diiringi lagu yang lembut dan romantis. Tak lama kami berdansa, putri Scarlett dan raja Jorge serta Kei datang menghentikan dansa kami berdua. Pangeran Alastair melirik ke arahku dengan sedih. Ia lalu melepaskan tangannya dariku dan mengulurkannya ke arah putri Scarlett.
Kini mereka berdua mulai berdansa dengan indah. Bodohnya aku. Mereka memang cocok sekali. Sama-sama berasal dari kerajaan. Sedangkan aku? Hanya gadis biasa tidak ada sesuatu yang spesial dariku. Aku kemudian permisi kepada raja lalu pergi ke meja makanan menunggu Landon tiba. Aku dapat melihat pangeran Alastair dan putri Scarlett berbincang-bincang dan tertawa dari kejauhan. Aku hanya menghela nafasku. Mengapa pula aku mencoba?
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett (Book One) : The Hooded Archeress
FantasyNamaku Scars Rose. Mereka mengenalku dengan sebutan the hooded archeress. Aku hanyalah gadis biasa yang tinggal bersama ibuku di dalam hutan. Keseharianku sangat membosankan hingga suatu hari, aku bertemu dengannya, Adelio Landon, teman pertamaku ya...