Chapter Nine : A Secret

1.4K 103 2
                                    

"Tapi apa kau yakin ia adalah putri raja?" tanya Landon. "Ya. Kau tidak akan percaya bagaimana wajahnya. Ia sangat cantik dan mirip denganku. Rambutnya sama persis sepertiku hanya saja, rambutnya bergelombang. Matanya juga sama sepertiku," jelasku. "Berarti kau cantik," ucapnya. Wajahku memerah sedikit. "A—apa maksudmu?" tanyaku. "Kau bilang, ia cantik dan mirip denganmu. Berarti kau cantik. Hanya saja, aku tak percaya kalau dia lebih cantik darimu," lanjutnya. Wajahku makin memerah padam.

"Sudahlah! Kita harus menyusun rencana lagi," kataku mengalihkan pembicaraan. Landon tertawa melihat tingkahku yang kege-eran.

Kami kembali memanjat pohon dan menunggu. Dua jam kemudian, aku melihat ibuku. Aku memberi isyarat kepada Landon bahwa ia ibuku. Landon hampir tak percaya. Aku juga tak percaya karena, ibuku terlihat berjalan dengan seorang laki-laki bertubuh besar. Mungkinkah ia Dexter?

Setelah mereka jauh, kami langsung turun dari pohon. "Ibumu sudah pulang, sebaiknya kau pulang," usul Landon. "Tidak! Ada sesuatu yang harus aku ceritakan kepadamu," ucapku. Kemudian, aku menceritakan kejadian kemarin saat aku pertama kali bertemu Dexter.

"Kenapa kau tidak bilang kepada suruhan raja tadi?" tanya Landon. "Dia bersama ibuku, Landon. Aku mempercayai ibuku. Aku takut jika.. jika mereka juga menangkap ibuku," jawabku pelan. "Tapi, ini hal penting, Scars! Apa kau tidak mengerti? Mereka membutuhkan bantuan. Bagaimana jika memang Dexter penculiknya?" tanya Landon. "Tapi bukankah penculik itu beramai-ramai bukan hanya seorang saja? Sedangkan Dexter hanya sendiri. Baiklah, berdua dengan ibuku. Ibuku tak mungkin menculik orang," jelasku.

Landon menghela nafasnya. "Aku percaya padamu, Scars. Tapi aku tidak tahu bisa percaya dengan ibu-mu atau tidak. Ibumu bahkan tidak memberi tahukan tentang silsilah keluarga padamu," ucap Landon. Aku mulai merasakan air ke luar dari mataku. Hangat memang namun, menyedihkan. Landon kaget melihatku menangis. "Kau benar. Mungkin ibu tidak menginginkanku. Mungkin ibu hanya berpura-pura baik di depanku. Lebih baik kita kembali. Mungkin Mason dan temannya sudah menunggu," kataku lalu berbalik arah dan menunggangi Ivory.

Landon masih terkejut melihatku menangis. Sesampainya di crimson, ketiga suruhan raja sudah ada di sana. "Bagaimana? Ada hasil?" tanya Mason. "Belum dapat," jawabku dengan suara yang direndahkan. "Kami juga sudah berkeliling seharian namun, belum menemukan orang yang mirip dengan identitas ataupun rumah yang mencurigakan," ucap Mason. "Putri raja, Scarlett juga tadi ikut mengunjungi hutan ini dan kabarnya, mereka diserang dengan satu anak panah. Kuharap itu bukan kalian,"tambah Mason.

Kami hanya diam saling pandang. "Baiklah, terima kasih atas bantuan kalian hari ini. Besok, kami akan kembali. Sampai besok," Mason dan kedua temannya lalu pergi. "Hei, maafkan aku tentang apa yang kuucapkan tadi," ucap Landon. "Tidak apa-apa. Aku berlebihan," kataku. "Hari sudah malam, kau harus pulang. Mau ku antar?" tawar Landon. "Tidak usah, aku bisa pulang sendiri. Terima kasih, Landon. Sampai jumpa besok," tolakku. Aku lalu pergi meninggalkan Landon dengan menunggangi kuda.

Scarlett (Book One) : The Hooded ArcheressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang