Chapter 13 : A Letter

1.3K 96 0
                                    


Aku melihat tiga orang tadi dari kejauhan. Aku tidak ingin kembali ke rumah dahulu karena takut mereka mengenaliku dengan luka di ujung bibirku melainkan mengikuti ke mana mereka akan pergi. Aku bersembunyi dan menguping di balik pohon yang sangat besar tak jauh dari rumah.

"Dasar anak laki-laki bodoh,"

"Kau sendiri pingsan gara-gara dia. Kau yang bodoh!"

"Maaf, dia sangat lincah bos,"

"Sudah, sudah. Pergi sana!"

Itulah yang kudengar. Mereka bertiga masuk kembali ke dalam kereta kuda. Kini Dexter yang menunggangi kuda sedangkan orang sebelumnya entah ia ke mana aku tak melihatnya. Setelah ibuku masuk ke dalam rumah, aku langsung mengikuti mereka perlahan-lahan dan menjaga jarak. Enam menit kemudian, mereka berhenti di sebuah rumah besar namun tua dan tidak terawat. Lagi, aku bersembunyi di balik pohon besar. Sengaja aku tidak menguncir rambutku agar terlihat seperti laki-laki karena mereka pasti akan mengenali bahwa aku adalah anak dari bos mereka dan jika aku ketahuan, mereka tidak akan menyerangku.

Kemudian aku menuruni kuda yang kutunggangi dan mengikatnya di batang pohon itu lalu berjalan perlahan mendekati rumah itu. Tidak terdengar suara apa-apa dari dalam rumah itu mungkin rumah itu kedap suara. Aku harus kembali ke rumah. Setidaknya aku sudah tahu ada rumah yang mencurigakan. Aku melepaskan ikatan tali pada Ivory lalu menungganginya kembali ke rumah. Setelah memasukkan Ivory ke kandang dan memberi makan, aku masuk ke dalam rumah dan mellihat ibu yang tertidur di ruang makan.

Ibu tampak menggenggam amplop berisi surat. Di amplop tersebut terdapat cap berwarna merah dan bertuliskan Arabella Kingdom. Surat dari kerajaan Arabella. Bukankah berarti ibuku adalah orang yang spesial sehingga dikirimi surat dari kerajaan itu? Ah, banyak sekali pertanyaan yang ingin aku lontarkan.

Aku mengurungkan niatku untuk membaca surat itu karena itu adalah hal yang lancang. Hari masih siang namun, aku sudah merasa lelah. Aku membersihkan diriku lalu berganti pakaian dan pergi tidur di kamar.

Tiga jam berlalu. Aku terbangun pukul lima sore. Aku langsung bangun dan menuju ke ruang makan karena ibu memanggilku. "Makan malam sudah siap," ucapnya lembut. Aku mengangguk dan menjawab 'iya' lalu mengambil piring dan mengisi piring itu dengan satu sendok besar nasi putih. Aku tidak begitu lapar. Menu hari ini adalah ayam goreng dan puding stroberi untuk makanan penutupnya. "Bagaimana jalan-jalanmu dengan Landon?" tanya ibu. "Ya, seperti biasa. Hanya berjalan-jalan mengitari hutan ini dan tidak sampai ke luar wilayah yang ibu tandai," jawabku. Ibu memang sudah menandai beberapa wilayah yang tidak boleh aku dan Landon lewati termasuk jalan masuk hutan ini. Tentu aku melanggarnya.

Untuk apa aku menuruti perintah jika tidak ada alasan yang jelas?

"Bagaimanadengan pekerjaan ibu?" aku balik bertanya. "Berdagang membuatku lelah jadi akupulang siang tadi," jawab ibu singkat. "Bagaimana dengan Dexter? Apa dia membantuibu?" tanyaku lagi. "Ahahaha.. tentu saja. Dia itu orang yang baik. Aku senangpadanya," jawab ibu sambil tertawa kecil.
"Aku ingin tahu lebih tentang Dexter. Dia menarik perhatianku," ceplosku. Ibuhanya tersenyum padaku. Tak biasanya ibu menjawab pertanyaanku.[]

Scarlett (Book One) : The Hooded ArcheressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang