Chapter 12 : Scar

1.3K 90 1
                                    

 Apakah benar selama ini ibu bekerja sebagai pedagang? Masih banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan. Aku tiba di crimson. Landon ada di sana bersama Mason dan kedua orang lainnya. Kutarik tali yang mengikatkan pada kepala Ivory agar ia menghentikan langkahnya. "Apa ada yang kau temukan?" tanya Mason. "Ada. Aku melihat-- " jawabku. "Kau terluka," potong Mason. Aku menuruni kuda yang kutunggangi lalu menjawab perkataan Mason. "Ya, ada sesuatu yang ingin kusampaikan,"

Mason mengeluarkan sapu tangannya lalu menempelkannya ke ujung bibirku yang mengeluarkan darah. "Terima kasih," ucapku. Landon hanya memerhatikanku dan Mason sambil melipat kedua tangannya dengan rasa cemburu. "Aku menyerang kereta kuda yang berisikan tiga lelaki bertubuh besar dan satu wanita. Satu di antara ketiga lelaki itu, aku mengenalinya," jelasku.

Mason melepaskan sapu tangannya dari bibirku. Kini bibirku sudah bersih dari darah. "Siapa namanya?" tanya Noah. "Dexter. Namanya Dexter. Aku mengenalnya karena.. uh.. ceritanya panjang,"jawabku. "Bagaimana kau mengenalnya?" tanya Mason. "Um.. aku tidak terlalu ingat tetapi, seingatku ada seseorang yang pernah mengenalkanku padanya," jawabku berbohong. 

"Baiklah, berusahalah mengingatnya dan beritahukan kami. Besok, raja Jorge akan mengirim tiga orang pasukan lagi dan kami akan ke sini lagi. Sampai bertemu besok," jelas Mason lalu menunggangi kuda. Diikuti Noah dan Ethan. Saat mereka sudah tidak dapat dipandang oleh mata, Landon mendekatiku dan berkata, "Lebih baik kau menjadi diri sendiri,"

"Maksudmu?" tanyaku. "Copot tudung itu dan gerai rambutmu agar mereka tahu bahwa perempuan tidak se-lemah yang mereka pikirkan," lanjutnya. Aku tersenyum padanya. "Kau cemburu," ucapku. "Untuk apa?" tanya Landon. Aku terkekeh. "Saat Mason mengelap darahku," lanjutku. Setengah lekukan pada bibir Landon menghiasi wajahnya. "Kau dapat membaca pikiranku," ucapnya.

"Tidak. Aku bisa melihat dari matamu," ujarku. Kini Landon tertawa. "Kau memang unik," ucapnya sambil melepaskan penutup kepala dari kepalaku dan melepaskan ikatan rambutku. Kini rambut panjang auburn-ku tergerai. Landon dapat melihat jelas mata hijauku yang berkilau. "Aku suka Scars yang ini," lanjutnya dengan suara yang lembut. Suaranya selalu membuatku luluh. "Aku tidak bisa. Jika aku seperti ini, aku tidak bisa membantu raja. Aku bukan ingin imbalannya tetapi, aku penasaran dengan penculik itu dan aku memiliki firasat yang kuat bahwa dengan membantu raja Jorge akan membantuku menemukan siapa keluargaku sebenarnya," jelasku.

Landon hanya tersenyum kecil padaku. "Aku melihat ibuku di kereta kuda tadi," lanjutku. "Siapa yang menyerangmu?" tanya Landon. "Mungkin pesuruh ibu lainnya. Aku hanya melihat Dexter sekilas sedangkan yang melawanku adalah dua orang lain yang tidak kukenal," jawabku sedikit ketakutan mengingat hal itu kembali. "Kau mau menginap di rumahku?" tawar Landon. "Apa? Tidak. Aku tidak apa-apa di rumah bersama ibuku," tolakku. "Kira-kira apa yang akan mereka lakukan?" tanya Landon. Aku menggelengkan kepala. "Tidak tahu,"

"Aku pulang dulu," ucapku. "Kenapa sudah mau pulang? Masih siang," tanya Landon. "Aku ingin menge-cek keadaan rumah," ucapku. "Sampai bertemu besok," Kemudian aku menunggangi kuda dan pergi kembali ke rumah sementara Landon terus memperhatikanku pergi.[]


Scarlett (Book One) : The Hooded ArcheressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang