Kini aku bagaikan anak kecil yang kehilangan ibunya di tengah keramaian. Setelah berjam-jam lamanya, Landon pun tiba. "Kau lama sekali!" keluhku. Landon tertawa. "Tadi kami berbincang-bincang tentang pangeran Lucas," katanya. Oh iya, pangeran Lucas. Ia masih hilang sedangkan keluarganya, bersenang-senang di sini. Ingin sekali rasanya aku menegur raja tapi, itu adalah perbuatan lancang.
Pukul 12 malam tiba. Para tamu undangan sudah kembali ke rumah mereka masing-masing kecuali aku, Landon, dan tamu istimewa lainnya. Pesta ulang tahun ini memang khusus untuk tamu-tamu istimewa. Putri Scarlett pun menaiki tangga yang menuju ke tempat duduk mewahnya. Tempat duduk itu khusus untuk putri raja. Terdapat beberapa intan biru di kursi itu. Beberapa lagu mulai diputar kembali. Lagu-lagu kesukaannya. Lagu-lagu berkelas seperti biasa.
Kembang api meletus di udara membuat pola bunga. Bunga mawar merah. Entah apa maksudnya. Aku jarang sekali melihat kembang api pola bunga mawar. Kebanyakan kembang api memiliki pola tak jelas seperti kelopak bunganya saja. Mungkin ada maksud tersendiri dari pola itu. Tiba-tiba seorang penjaga berteriak "Kita diserang!" []
Aku menengok ke arah suara itu. Oh tidak! Aku tidak membawa panahanku karena akan terlalu sulit menyembunyikannya. Puluhan lelaki bertubuh kekar pun masuk ke dalam ruangan pesta. Putri Scarlett pun lari ke arah kamarnya diikuti para penjaga. Puluhan lelaki itu menggunakan pedang. Sial! Aku tidak tahu cara menggunakan senjata jenis itu.
"Landon?" tanyaku. "Ya?" jawabnya. "Berikan aku satu pak karet milikmu!" pintaku. Landon pun mengeluarkan plasti berisi ratusan karet gelang dan memberikannya padaku. "Aku punya ide yang dapat membantu," kataku. Para pangeran dan raja yang ada, ikut membantu melawan penjahat itu. Sedangkan aku, bersembunyi di balik tirai dari kejauhan. Buru-buru aku mengeluarkan karet gelang satu per satu. Aku membuat ketapel sederhana hanya menggunakan jariku dan karet. Aku mengalungkan ujung jariku dengan karet lalu menarik karet itu dan mengarahkan ke salah satu mata penjahat dengan hati-hati sebelum melepaskan karet. Aku mengintip di balik tirai dan, kulepaskan karet yang kutarik pada salah satu mata penjahat.
Tepat kena sasaran. Dibantu penjaga, penjahat itu pun jatuh pingsan. Aku mengambil karet lagi dan melakukan hal yang sama. Dua jatuh. Tiga, empat, lima, enam, tujuh hingga 19 orang aku kalahkan dengan menggunakan karet gelang. Sementara Landon meminjam senjata dari penjaga untuk ikut membantu. Setelah itu, aku pun ke luar dari tirai sambil menggenggam seplastik karet gelang.
"Eh, kenapa banyak karet gelang?" tanya Kei. "Aneh. Mereka juga kesakitan mata dengan sendirinya," tambah Mason. "Itu karena ketapel buatanku," kataku dari kejauhan. Aku pun berjalan mendekati mereka lalu memungut karet-karet gelang itu. Hampir semua orang tertawa. Menertawaiku. "Maaf, untuk apa kalian tertawa?" tanyaku. Mungkin sedikit lancang tapi, aku sangat kesal.
Raja Jorge, pangeran Alastair, Mason, Kei, dan Landon tidak menertawakanku. "Nak, perempuan tidak seharusnya membantu dalam hal ini," peringat raja Jorge. "Tapi, jika aku tidak membantu, kalian akan kalah. Mereka berjumlah 30-an dan kami hanya, belasan," jawabku. Landon melirik ke arahku seakan berkata "Cukup!"
Aku pun menunduk dan meminta maaf karena sudah lancang terhadap mereka semua. Pesta itu kembali dilaksanakan setelah para penjaga memenjarakan 30 penjahat itu. Kue yang disediakan untuk putri Scarlett sangat besar dan cantik. Aku dan Landon diperbolehkan menikmatinya juga. Usai itu, kami pulang.
"Idemu itu hebat tapi, mulutmu tidak,"kata Landon di perjalanan pulang. "Uh! Aku kesal. Aku sudah membantu mereka tapi, mereka menertawakanku!" geramku. Landon hanya tersenyum kecil padaku. Mungkin aku terlalu kekanak-kanakan. Kami tiba di Crimson. Kami turun dari kereta kuda lalu mengucapkan terima kasih. Kami berjalan ke rumah ibuku. Aku langsung menghempaskan diriku ke atas kasur lalu memejamkan mata. "Selamat ulang tahun, Scars." Kata Landon. Suaranya samar-samar tapi, aku tersenyum mendengar suaranya.
Pagi harinya, aku terbangun. Aku langsung mandi dan mengganti pakaian. Tentu saja memakai jubahku. Aku kemudian menguncir rambutku dan menutupnya dengan tudung kepala. Ibu belum juga pulang sedangkan Landon, juga tidak menginap di sini. Senyuman lebar terukir di wajahku saat melihat beberapa barang-barang lucu dan makanan terdapat di atas meja makan. Terdapat bibit bunga, jepitan rambut, dan panahan baru untukku. Serta beberapa makanan lezat tersedia masih hangat.
Selamat ulang tahun!
Aku sengaja menyiapkan ini semua khusus untukmu. Aku berharap, kita dapat menyelamatkan pangeran dan mencari asal-usul keluargamu. Aku rela membantumu jika kau butuh. Semoga kau senang dengan beberapa barang yang tak seberapa ini. Jujur saja, aku tak pandai dalam menulis surat atau kartu ucapan.
Landon
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett (Book One) : The Hooded Archeress
FantasíaNamaku Scars Rose. Mereka mengenalku dengan sebutan the hooded archeress. Aku hanyalah gadis biasa yang tinggal bersama ibuku di dalam hutan. Keseharianku sangat membosankan hingga suatu hari, aku bertemu dengannya, Adelio Landon, teman pertamaku ya...