Namaku?
"Namaku?"
"Ya. Scars terdengar seperti scarlet namun disingkat,"
"Kau memang hebat,"
"Terima kasih,"
Aku langsung mencobanya dengan memanah ke arah batang pohon lalu mencabutnya kembali. Aku layaknya anak umur lima tahun yang dibelikan es krim untuk pertama kalinya, bahagia. Bahagia yang tidak terdefinisikan. Walaupun hanya busur dan anak panah, aku sudah sangat bahagia. Terasa seperti hadiah ulang tahun. Sebetulnya, aku tidak pernah mendapat hadiah di hari ulang tahunku apalagi dirayakan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. "Apa kau orang yang kemarin bertemu dengan raja?" tanya laki-laki itu. Aku langsung membalikan badanku mengarah ke lelaki itu. "Ya, kami sudah berjanji akan membantu menemukan putra raja," jawab Landon. "Siapa namamu jika boleh kami tahu?" tanya lelaki itu lagi. "Aku Scars, dia temanku, Landon," jawabku dengan suara yang direndahkan. "Baiklah namaku adalah Mason. Bisa tolong ikuti kami?" pintanya. Aku dan Landon hanya mengangguk lalu berjalan mengikutinya.
Ternyata ia tak sendiri. Ia bersama dua orang lain yang menunggangi kuda.
"Aku Noah,"
"Aku Ethan,"
Ucap mereka memperkenalkan diri. "Aku Scars dan dia adalah Landon," ucapku. "Baiklah, Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan kepada kalian berdua sebelum melakukan pencarian," ucap Mason.
"Pertanyaan pertama, apakah benar kau melihat pria yang menculik putra raja kemarin?" Mason bertanya pertanyaan pertama. Aku mengangguk. "Aku tak bisa mengatakan iya karena belum pasti benar tetapi, kemarin aku melihat lelaki bertubuh besar berwajah menyeramkan," jawabku. Sebenarnya, aku ingin menambahkan bahwa lelaki itu bernama Dexter dan ia ada di depan rumahku tapi, aku ragu. Tak seharusnya aku memberi tahu hal itu kepada orang asing sekalipun ia disuruh oleh raja.
"Baiklah, pertanyaan selanjutnya, apa kau masih ingat seperti apa wajahnya?" tanya Mason. "Ia berambut hitam, alis yang tebal serta mata berwarna cokelat tua dan suaranya sangat berat," jawabku. Kali ini aku menjawab semuanya karena kupikir, identitas itu suatu hal yang penting dalam pencarian seperti ini.
"Terima kasih, hanya dua pertanyaan saja," ucapnya. "Bolehkah kami bertanya?" ucap Landon. "Boleh saja," jawab Mason. "Bagaimana identitas pangeran Lucas?" tanya Landon. "Ia berambut pirang, mata berwarna biru dan agak sipit, tinggi 178 cm," jelasnya. "Aku tak percaya kau bahkan tidak mengetahui siapa raja dan ratu serta anak-anaknya padahal kau penduduk sini," ucap Noah. "Kami tinggal di hutan ini tanpa alat komunikasi sekalipun jadi jelas saja kami tidak tahu," bela Landon.
"Baiklah aku akan melihat keadaan dari atas pohon," ucapku. "Kalau begitu, kami akan mengelilingi hutan ini dulu. Sampai bertemu di sini lagi," Mason menunggangi kudanya lalu pergi. "Aku ingin identitasku dirahasiakan jadi, aku memakai ini," ucapku. "Kau benar-benar seperti lelaki," ucap Landon. "Kau ingat kata raja kemarin? Perempuan tidak seharusnya membantu menangkap penjahat. Padahal aku ingin sekali menolongnya jadi, aku harus merahasiakan identitasku," jelasku. Landon hanya tertawa. "Aku yakin, raja Jorge pasti tidak akan mengenalimu," tawa Landon.
"Mereka aneh, tidak menyusun rencana," kata Landon. "Ya, begitulah. Aku pergi dulu," pamitku. "Ke mana?" tanya Landon. "Aku akan pergi ke arah utara dan melihat apakah ada orang yang masuk ke hutan ini dari atas pohon," jawabku. "Aku ikut denganmu," pinta Landon. "Tentu kau ikut." kataku. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett (Book One) : The Hooded Archeress
FantastikNamaku Scars Rose. Mereka mengenalku dengan sebutan the hooded archeress. Aku hanyalah gadis biasa yang tinggal bersama ibuku di dalam hutan. Keseharianku sangat membosankan hingga suatu hari, aku bertemu dengannya, Adelio Landon, teman pertamaku ya...