"Kemarin aku melihat Dexter dan temannya masuk ke dalam rumah itu. Namun tadi, saat aku memasuki rumah itu, kosong tak ada orang sama sekali. Mungkin mereka sedang pergi," tambahku sambil menunggangi kuda lalu kami semua pergi ke crimson. "Raja Jorge memerintahkan kalian berdua untuk pergi ke istana dan menemuinya," kata Mason. Mulutku membuka sedikit karena terkejut. "S—Sekarang?" tanyaku. "Ya," jawab Mason singkat. Aku melihat ke arah Landon. "Baiklah," kata Landon. Kami semua lalu pergi ke istana.
Aku belum pernah sekalipun ke luar dari wilayah hutan ini. Pasti akan ada banyak sekali orang di sana dan pasti aku akan merasa canggung. Walau begitu, aku senang. Akhirnya aku bisa melihat kehidupan di luar hutan. Mungkin kehidupan di desa lebih menarik daripada di hutan.
Setelah satu jam berlalu, kami telah berada di luar hutan. Ternyata benar dugaanku. Banyak sekali orang yang melakukan kegiatan merek masing-masing. Sedikit pusing melihat banyak sekali orang tapi aku harus bertahan dan beradaptasi. Mungkin ibu akan membunuhku jika tahu aku ada di desa. Terdapat papan yang tongkatnya tertancap dalam tanah dan tertulis di situ "Arabella"
"Menakjubkan bukan?" Bisik Landon. Aku mengangguk perlahan. "Ayo, ikuti aku," perintah Mason. Kami terus menunggangi kuda hingga tiba di suatu padang rumput yang luas. Kami lalu turun dari kuda yang kami tunggangi dan mengikatkan tali pada pohon. "Ayo," ucap Kei. Kami berjalan selama sepuluh menit dan tiba di depan istana. "Permisi, tamu raja," ucap Mason pada salah -satu penjaga istana dan menunjukkan kartu namanya yang tersimpan di saku bajunya. Penjaga itu membukakan gerbang untuk kami lalu, kami masuk ke dalamnya. Sungguh besar dan megah! Istana ini dikelilingi kebun bunga yang beraneka ragam dan dibatasi pagar bercat putih. Aku belum pernah melihat bangunan lain selain rumahku. Aku tidak bisa menjelaskan betapa besar dan tinggi istana ini. Aku benar-benar merasa tak pantas berada di sini.
Kami kemudian masuk ke dalamnya. Ah, besar sekali! Aku tak pernah menyangka ada bangunan seperti ini. Lantainya mengkilap dan bersih. Banyak sekali penjaga dan pembantu istana. Aku bisa menaiki sepada mengelilingi ruangan ini. Terdapat banyak sekali tangga dan ruangan. Kami menaiki tangga yang menuju ke ruangan raja.
Mason menyuruh teman-temannya pergi meninggalkan kami dan Noah. Mason kemudian mengetuk pintu lalu raja mempersilahkan masuk. "Ah! Kau, Landon bukan? Aku sudah menunggumu," kata raja Jorge. "Dan ini, Scars, temannya," tambah Noah. "Ahahah.. sudah kuduga kau pasti punya teman selain teman perempuanmu itu. Kau tahu adatnya," tambah raja. Aku hanya tersenyum. Andai saja ia tahu bahwa aku adalah orang yang sama dengan perempuan yang ia maksud.
"Maaf, bisa dibuka penutup kepalanya?" pinta Noah. Kepanikan mulai melandaku. Mereka akan tahu siapa aku jika aku membukanya. "A—ah apakah harus dibuka?" tanyaku. "Ah tidak usah jika kau merasa lebih nyaman menggunakannya," kata raja Jorge. Aku menghela nafasku. Kami pun membicarakan tentang pencarian pangeran Lucas dan di sela-sela pembicaraan, ada yang mengetuk pintu.
"Mohonmaaf atas waktunya, yang mulia. Putri Scarlett mencari anda," ucap Ghafa."Baiklah, suruh dia tunggu di kamarnya," kata raja Jorge. "Baik yang mulia,"
Mirip sekali dengan namaku. Kami melanjutkan perbincangan selama lima menit lalu raja Jorge mengajak kami untuk menemui putri Scarlett. Mason mengetuk pintu kamar putri Scarlett. Tak lama, ia membukanya. "Ayah, aku mohon aku ingin ikut melakukan pencarian," pintanya.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlett (Book One) : The Hooded Archeress
FantasyNamaku Scars Rose. Mereka mengenalku dengan sebutan the hooded archeress. Aku hanyalah gadis biasa yang tinggal bersama ibuku di dalam hutan. Keseharianku sangat membosankan hingga suatu hari, aku bertemu dengannya, Adelio Landon, teman pertamaku ya...