Chapter 31 : Death and Punishment (EDITED)

1.2K 83 0
                                    

"Kertas ini berisi tentang segalanya yang selama ini kau ingin tahu. Baca, maka kau akan mengerti, Scarlett Rose. Kau sudah menyelamatkanku. Sekarang, aku akan menyusul ibuku. Selamat malam." Katanya dengan lemah sambil meletakkan kertas dalam saku celanaku. Pandanganku mulai kabur. Begitu juga pendengaranku. Yang terakhir kudengar adalah suara Mason berjalan semakin dekat ke arahku bersama yang lainnya.

Aku terbangun di suatu tempat yang sangat asing bagiku. Semuanya serba putih. Langit-langit ruangan ini putih. Lantainya putih. Dan kasur yang kutiduri pun berwarna putih. Rambutku sudah terurai tetapi aku masih mengenakan pakaian yang sama. Pakaian yang dipenuhi debu.

"Landon?" kataku saaat melihatnya duduk di sampingku. "Kau ada di ruangan kesehatan di istana," jawabnya. Pandanganku semakin jelas. Aku meraih panahanku yang ada di samping tempat tidur lalu membidik ke arah Landon. "Wow, wow. Scars, ini aku," katanya panik. Nafasku terengah-engah. Apa yang terjadi?

Tarikanku pada string panahan melemah. Aku membanting panahanku ke atas lantai putih yang mengkilap lalu memegang kepalaku dengan kedua tangan. "Aku gagal, Landon." Sesalku. "Aku berada dekat dengannya. Aku.. gagal!" sesalku. "Ia melindungiku. Seharusnya aku yang melindunginya. Landon, aku gagal!" kataku berulang-ulang. Tentu saja aku menyesal atas kematian Lucas. Sangat menyesal.

"Tidak, Scars. Kau telah menyelamatkan kami saat kami hampir saja terbunuh oleh belasan penjahat di luar rumah itu," kata Landon, berusaha menenangkanku. Tunggu dulu. Jadi mereka tahu identitasku?

"Landon.. berarti mereka tahu identitasku?" tanyaku. Landon mengangguk pelan. Ah! Sial! Aku memang bodoh. "Tenang saja, pihak istana berhutang padamu. Mereka bersyukur pangeran Lucas dapat ditemukan daripada ia hilang masih hidup tetapi tidak pernah ditemukan," kata Landon.

Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan ini. Itu adalah Mason dan Kei. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku.. tidak bisa menghadapi mereka dalam keadaanku yang seperti ini. Aku tidak ingin dilihat dengan keadaanku yang seperti ini. Aku terlihat lemah.

"Scars, aku ingin bicara kepadamu. Maaf, bisakah kalian berdua tinggalkan kami sendiri?" pinta Mason. Landon dan Kei pun meninggalkan ruangan. "Scars.." kata Mason. Aku membuang muka. "Aku.. tidak ingin dilihat dengan keadaanku yang seperti ini!" kataku.

"aku sudah mengetahui bahwa kau adalah perempuan." Katanya. Mataku membelalak. "Waktu itu, aku tidak sengaja melihat Landon membuka tudung kepalamu dan menggerai rambutmu. Kenapa kau harus membohongi kami?" tanyanya lembut. Bagaimana mungkin aku menjawab?

"Aku hanya ingin ikut membantu kalian. Tetapi, kalian tahu sendiri kan jika aku seperti ini, aku tidak bisa membantu kalian!" jawabku dingin. "Pangeran Alastair juga tahu." Tambahku.

Mason pun menjelaskan segalanya kepadaku. Aku tidak boleh menginjak kawasan istana mulai besok, sesudah pemakaman pangeran Lucas karena aku gagal melindunginya. Malah pangeran Lucas yang melindungiku. Menurutku, aku pantas mendapatkan hukuman itu. 

Jack sudah dikurung dalam penjara istana. Tak lama, raja pun datang menemuiku. Aku sudah siap menerima omelan darinya. "Terima kasih sudah menolong kami. Aku tidak pernah menyangka ada perempuan kuat dan pemberani seperti kau, Scars. Aku sangat berterima kasih dan tidak akan menyesal atas kematian putraku meski sulit untuk aku lepaskan. Tanpa bantuanmu, kami tidak akan mendapatkan Jack. Mason dan Alastair menceritakan segalanya. Kau lah yang telah menemukan rumah itu. Kau memang istimewa," pujinya. Aku tidak ingin dipuji. Aku malah merasa sedih mendengar ucapan raja yang harus merelakan anaknya.

"Besok pemakamannya akan dilaksanakan pukul tujuh pagi. Kau boleh menginap di sini. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu bisa kau simpan sebagai kenang-kenangan dari kami. Maafkan aku. Kau harus meninggalkan wilayah Arabella," sambungnya.

"Tidak, raja. Aku yang seharusnya meminta maaf," kataku. Raja Jorge hanya tersenyum lalu mengusap kepalaku dan pergi meninggalkanku diikuti Mason. Landon pun masuk ke dalam ruangan ini. "Aku harus tinggal di mana, Landon?" tanyaku. "Di rumah ibumu." Jawab Landon. "Hutan wilayah Arabella?" tanyaku lagi.

"Hutan itu diapit dua wilayah kerajaan. Kau boleh tinggal di situ," katanya. "Tidurlah, sudah malam. Aku akan menemanimu." Katanya. Kepalaku masih terasa pusing dan pendengaranku tiba-tiba menjadi samar.

Aku terbangun pukul enam pagi. Aku bergegas untuk membersihkan diri di kamar mandi ruangan kesehatan. Usai itu, aku memakai baju pemberian raja. Baju yang sangat indah. Baju terusan berwarna putih dengan beberapa bunga mawar hitam di bagian bawahnya. Usai berpakaian, Landon masuk ke dalam ruangan lalu mengajakku untuk mengikutinya. Oh iya. Pemakaman putra raja yang gagal kuselamatkan. Pemakaman dihadiri beberapa perwakilan dari kerajaan tetangga. Banyak penduduk yang menyesal atas kematian pangeran Lucas. 

Scarlett (Book One) : The Hooded ArcheressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang