part 2

8.1K 303 10
                                        

Pagi ini mood Bian tampaknya sedang bagus, itu terlihat ketika dia menyapa hampir seluruh orang yang berpapasan dengannya di kantor, sebagai informasi, selama ini dia hanya membalas sapaan, bukan menyapa duluan.

"Wih, lagi hepi nih kayaknya." Noel menepuk pundak Bian.

"Ya, begitulah."

"Tadi malem ga bobo di rumah?"

Bian tertawa, "Pikiranmu itu lho."

"Lah wajar donk, kan semalem pulang bareng Dian."

"Kok tau?"

"Gosip lah."

Bian Melirik meja sekertarisnya, Dian tampak sibuk dengan ponselnya. "Pagi." Sapa Bian.

Dian menyembunyikan ponselnya. "Pagi mas."

Bian menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya yang dilapisi kulit asli berwarna hitam. Yang secara tak langsung menambah wibawanya sebagai pimpinan.

"Emangnya semalem ga ada acara bobo-bobo?" Noel masih saja penasaran dan beberapa kali melihat ke arah Dian.

"Lo tuh ye, emangnya kalau jalan sama cewek berakhir di kasur?"

"Iya lah, kan emang gitu."

"Pakem darimana tuh?"

"Ya pan biasanya begitu." Noel menyeringai nakal.

"Ada kabar apa pagi ini?" Bian berusaha mengganti topic.

"Eh, eh itu si pooh, pagi-pagi udah masuk. Udah mulai kerja dia,"

Bian mengangkat alisnya, "Pagi jam berapa?"

"Jam 8."

"Tau darimana dia masuk jam 8?"

"Lah gossip donk."

"Lo tuh bener-bener deh, kayak cewek tukang gossip." Bian tertawa. "Palingan hanya di awal dia begitu." Lanjut Bian acuh, ya memang begitu, dimana-mana yang namanya karyawan baru, pasti semangat, meski hanya di awal saja, paling-paling sebulan, dua bulan mulai mencari-cari alasan untuk mendukung alasan kenapa datang terlambat.

Bian mengamati Noel yang melihat-lihat merk ballpoint yang ada di mejanya dan membuka-buka map-map yang tersusun rapi. "Ngapain lo?"

"Ga tau, gue pagi ini ga ada kerjaan."

"Ini udah jam 10, ga ada rapat-rapat apa gitu?"

"Mood gue ga enak."

"Karena ga ada acara bobo bareng semalem?"

"Ya elah bukan itu."

"Terus?"

"Itu, Inget Nani ga?"

"inget, bukannya lo lagi jalan ama dia sekarang?"

"Iya, dia nanya-nanya hal paling sensitif."

"Dan itu adalah..."

"masalah pernikahan."

"Oooh..." Bian mengangguk-angguk dan meraih sebuah map. Karena kalau urusan curhat begini akan memakan waktu agak lama, dan Bian bisa mati kebosanan mendengarnya.

"Bukannya aku ga mau kawin... nikah maksudnya. Cuma, sia-sia gitu lho kalau masa muda ga di manfaatkan dengan baik, iya kan Bi?"

"Iya, iya." Bian membuka halaman demi halaman, memeriksa deretan angka.

"Masa baru jalan tiga bulan udah bahas masalah pernikahan, yang bener aja, kayak udah telat tiga bulan aja. Iya ga bi?"

"Hm-hm." Jawabnya singkat.

My 200 Pounds FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang