part 15

6K 261 50
                                    

Nila mendesah melihat hanya ada satu ranjang. Ah perhatiannya ke arah sofa di sudut ruangan. Mungkin dia bisa tidur di sofa malam ini.

“NO..no.. no… kamu ga boleh di sofa.”

“Heh? Kok tau?” bagaimana Bian tau jalan pikiran Nila barusan?

“Kebaca lah, pokoknya kamu tidur di ranjang.”

Nila mengangguk, “Lalu mas dimana?”

Bian memasang wajah serius. “Ya di ranjang juga lah, memangnya dimana lagi?”

“tuh kaaann.. emang mas Bian ini ngerjain saya kok.”

“Baby girl apanya yang ngerjain?”

“Itu, udah sekamar, seranjang, nanti apa lagi?”

“Mandi bareng?” Bian menahan tawanya melihat ekspresi Nila yang terbelalak dan wajahnya berubah merah.

“Apa sih! Pokoknya mas Bian jangan aneh-aneh.” Nila meletakkan kopernya di meja dan mulai menyibukkan diri membongkarnya.

“Baby..” Bian memeluk Nila dari belakang. “maafkan aku karena belum bisa melindungimu sepenuhnya.”

Nila mengusap-usap jemari bian yang ada di perutnya, “Mas kok bilang gitu?”

“Beberapa hari lalu di kantor, semalam di rumahmu. Semua itu gara-gara aku. Aku menambah masalahmu.” Bian membenamkan wajahnya di ceruk leher Nila. Sedikit beraroma masam. “Pagi ini belum mandi ya?” Tanya Bian.

Nila berusaha melepaskan pelukan Bian.” Belum, anu, mas lepasin donk, aku bau asem ya.” Nila merasa malu yang amat sangat. Pagi ini dia memang tak terfikirkan untuk mandi. Karena pikirannya kosong sejak semalam.

“Ga pa-pa, aku memang harus terbiasa dengan aromamu. “ Bian enggan melepaskan pelukannya, selain memang Bian mencintai Nila, Bian merasa bersalah karena Nila harus mengalami hal-hal yang tidak mengenakan. Tapi Cinta memang egois, Bian ingin memiliki Nila, Sekarang yang harus dia lakukan adalah berusaha menyingkirkan semua pengganggu.

“Aih, mas Bian ini, aneh ah.” Nila sedikit merasa risih, apalagi hembusan nafas Bian terasa hangat dan menderu-deru di dekat telinganya. “Mas. Aku mau dipeluk ampe kapan?”

“Selamanya kalau perlu.” Bian terkekeh.

“Iih!!!! Masa seumur hidup isinya Cuma pelukan aja?” Nila tertawa kecil.

“Hmm… kamu mau lebih dari pelukan?”

Nila menutup mulutnya. “Bu..bukan itu. maksudnya kan mandi makan kerja dll dsb.” Nila berbicara dengan merepet, Bian selalu menanyakan pertanyaan jebakan seperti itu.

“Hahahah.. iyaaa.. yasudah mandilah.”

“Oke..” Nila menunggu Bian melepaskan pelukannya. “Unng… gimana mau mandi kalau dipeluk terus?”

“Hahahaha… abisnya empuukk enak peluk-peluk kamu.” Bian akhirnya melepaskan pelukannya.

Nila menjadi salah tingkah, dia melangkah ke kamar mandi, tapi dia baru ingat kalau tidak membawa baju ganti, dia tak mungkin keluar kamar mandi hanya mengenakan jubah mandi. Akhirnya Nila keluar kamar mandi dengan tersenyum malu.

“Lho udah selesai? Kilat sekali mandinya?”  Goda Bian.

“Anu,.. lupa baju gantinya.” Nila memilah-milah bajunya. Pagi tadi Nila benar-benar membawa baju seadanya.  Tiba-tiba dia melihat tangan Bian meraih pakaian dalamnya. “Eh mas!!!” Nila hendak meraihnya tapi dia kalah cepat.

“Pakai underwear ini ya. Aku suka warnanya. “  Bian memegang celana dalam dan beha berwarna merah darah dan berenda-renda. Sebenarnya Nila tak pernah memakainya, itu hadiah ulang tahunnya yang ke 21 tahun lalu. Entah kenapa  akhirnya terbawa di kopernya.

My 200 Pounds FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang