part 17

5.6K 253 33
                                        

"TOOOSSSS!!!!" Noel mengadakan after party di sebuah café, segala minuman keras tersaji di sana.

"Ehem..." Bian berdehem sehingga semua langsung terdiam.

"Saya ingin berpidato sebentar, boleh tidak?" Bian mengamati mereka yang tersenyum mengiyakan. "Hari ini benar-benar hari yang membahagiakan buat kita semua, terimakasih atas kerjasamanya sehingga segalanya berjalan lancar..."

"Naik gaji doonk!." Marcella nyeletuk. Bian dan semua orang disana tertawa.

"Ditampung dulu sarannya. Lalu, the most talented woman I've ever met, Nila."

Mereka semua bertepuk tangan. NIla tersipu dan meraih tangan Bian. "tanpamu, semua ini tak terjadi. Salute!"

"SALUTE!" Mereka semua mengangkat gelasnya tinggi dan meneguk sampanyenya.

Bian menggiring NIla agak menjauh dari keramaian. "Kamu bahagia baby girl?"

"pasti dooonk rasanya mau pingsan." Sedari tadi wajah Nila tersenyum, meski dia merasa bibirnya mulai terasa capek, tetap Nila tak bisa menghentikan senyuman ini terkembang.

"Jangan pingsan doonk, nanti repot." Bian tertawa.

"Hahaha, apaan sih mas."

"Baby.."

"Iya?"

"I love you..."

"Me too, I love you..."

Nila mendekati Bian, Sedikit gila mungkin, tapi entahlah, euphoria yang NIla alami dan pengaruh sampanye menjadikan NIla lebih berani, Bian menunggu apa yang akan Nila lakukan.

"Mas..." NIla mendekati Bian dan mengalungkan tangannya ke leher Bian lalu menariknya mendekat. Bibir Nila mencari-cari bibir Bian, lalu menciumnya, melumatnya. Nila merasakan tangan Bian yang memeluknya menelusuri punggungnya dan meremas pantatnya, tapi NIla tak memperdulikanya.

Bian menarik diri, dan mengamati wajah Nila, "Kamu tak tahan minuman beralkohol ya?"

"Belum pernah minum, kenapa?" Nila berjinjit hendak mencium Bian lagi, tapi Bian menghentikannya.

"Stop, ini kamu mabuk. Ayo pulang."

"Eeeennnggghh ga mau." Bian sedikit geli melihat Nila, tapi dia tak mau mengambil kesempatan disaat Nila tak sadarkan diri.

"Hey semuanya, kami pamit dulu ya.." Bian berpamitan kepada semua yang ada di situ, dan menggandeng Nila keluar dari café.

"Kita mau kemana?" Tanya Nila.

"Kembali ke hotel."

"Kenapa? Kan pestanya belum selesai." Nila merajuk.

"Bagimu sudah selesai. Kita pulang."

Nila menyentakkan tangan Bian kasar. "Aku ga mau!! Aku benci di gituin! Aku benci kamu arogan! Perintah perintah! Aku ga suka! Aku ga sukaaaa!!!" Nila berteriak dan membentak Bian, Bian diam karena kaget.

"baby girl kamu ngomong apa? Ini kamu mabuk, lain kali kamu ga boleh minum minuman berakohol." Bian meraih tangan Nila lagi. Tapi Nila berkelit.

"Kamu itu persis ayah. Mengintimidasi, arogan, tukang paksa! Aku benci!" Air mata Nila merebak.

"Ssshh.. sssh... my sweet baby girl... maaf maaf... " Bian memeluk Nila dan melihat sekeliling, beberapa pejalan kaki mengawasi mereka. Ah drama.

"Memangnya aku ga boleh punya pilihan sendiri? Aku ga suka pakaian dalam berenda, itu bikin gatal."

"Hmm, maaf ya sayang, kamu juga ga suka kita tidur satu ranjang?"

Di sela tangisnya Nila terkikik geli. "Itu suka, tapi malu. Aku malu tau ga?" Nila mendongak menatap Bian.

My 200 Pounds FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang