part 5

6.2K 256 8
                                    

Nila meregangkan badannya "Aarrgghh!!!" mendadak dia teringat dia sedang di mobil Bian, rasa kantuknya mendadak hilang dan dengan cepat dia melihat ke samping kanan, Bian sedang menatapnya dengan menahan tawa.

"P-pak Bian, maaf saya ketiduran." Nila memperbaiki posisi duduknya.

"Is ok, kamu kecapekkan kok."

Nila mengamati keadaan sekitar, mobilnya berhenti, dan tepat di depan rumahnya. "Lho sudah sampai? Sejak kapan?" Nila kebingungan menatap luar.

"Kira-kira 30 menit."

"Kok saya ga di bangunkan pak?" Nila mengambil tasnya dan membuka pintu dengan terburu-buru.

"Abis kamu tidurnya nyenyak banget, ampe ga tega."

Nila merasa mukanya panas, pasti wajahnya sekarang merah seperti kepting rebus, " Makasih ya pak, saya masuk dulu." Nila menutup, lebih tepatnya membanting pintu mobil Bian, menyadari itu Nila hanya membungkuk dari luar dan berlari masuk ke dalam rumah.

Bian  tertawa karena tingkah Nila, beberapa hari ini dia banyak tertawa,  dan itu membuat moodnya membaik. Bian merasa mendapatkan seorang teman yang lucu dan menyenangkan.

***

Bian meremas payudara wanita itu dengan pelan, karena selembut apa pun sentuhannya sanggup membuat wanita itu mengerang nikmat,  Bian suka suara erangan itu. Tangannya menelusuri tubuh yang berada di bawahnya saat ini, dia menyentuh sesuatu yang hangat dan basah, wanita itu menggelinjang dan menyebut namanya.

"Pak Bian... jangan.." Bian menciumi payudara wanita itu naik ke arah bahunya, jilatan dan gigitannya naik ke atas menelusuri lehernya dan berakhir di bibirnya, dia lumat pemilik bibir merah merekah itu, Bian mengarahkan dirinya memasuki wanita itu perlahan, erangan tertahan terdengar dari bibirnya, ketika Bian membuka matanya dan menatap wajah wanita itu,

"Nila!" tepat ketika dia meneriakkan namanya, saat itu juga dia terbangun, nafasnya ngos-ngosan, mimpi apa dia barusan? Bian menyingkirkan bedcovernya dan duduk di pinggir ranjang mengatur nafasnya. Bian memandang ke bawah dan mengumpat.

"Shit!" Bian berdiri, melepas celananya dan melangkah memasuki shower. Bian menyiram dirinya dengan air hangat. Berusaha mengalihkan pikirannya dan menenangkan gairahnya.

Rasanya tidak mungkin Bian memiliki hasrat terhadap Nila, selama ini seleranya selalu wanita yang langsing dan sexy, memang sih, Nila memiliki payudara yang besar dan pantat yang besar. Tapi bukannya wanita gemuk dimana-mana memiliki dua hal tersebut. Mungkin benar kata Noel, kali ini dia benar, Bian sudah gila.

Bian merasa sudah waktunya dia menjaga jarak dengan Nila. Tapi dia teringat, kalau dia sudah terlanjur mendaftarkan Nila fitness untuk satu bulan kedepan. Ya mungkin Bian akan menjaga jarak dengan Nila setelah trial fitnessnya berakhir.

Bian melangkah keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya, ah masih jam 4 pagi, dia masih ada waktu hingga jam 9 untuk melanjutkan tidur. Bian duduk di depan kaca dan mengambil pengering rambut dari laci. Hairdryer ini bukan miliknya melainkan milik kekasihnya dulu, beberapa tahun yang lalu. Bian mengeringkan rambutnya  sambil menatap cermin dan melamun. Tiba-tiba lamunannya menampilkan adegan di mimpinya bersama Nila. Lagi-lagi bagian bawah Bian memberontak.

"Haissss!" Bian mematikan hairdryer dan sekali lagi menyalakan kran shower dan mengguyur dirinya kembali. Tapi kali ini dengan air dingin.

Entah sudah keberapa kalinya Bian menguap siang ini, matanya begitu berat, akhirnya pagi tadi dia hanya bisa tidur sekitar satu jam, karena dia harus bolak-balik hingga tiga kali hanya untuk mengguyur dirinya dan pikiran mesumnya. Tapi sia-sia saja, akhirnya Bian harus menyerah dan membiarkan hasratnya terpenuhi.

My 200 Pounds FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang