“ Lo hari ini kenapa uring-uringan sih Bi? Salah makan?” Noel berdiri di hadapan Bian yang duduk bersandar sambil mengunyah salmon steaknya dengan cepat. Karena gara-gara Bian mendadak marah, hampir saja proses kerjasama dengan pak Bambang gagal, untung saja Noel dengan sigap membuntuti pak Bambang hingga ke tempat parkir dan berhasil membujuknya untuk bernegosiasi lagi dilain waktu.
“Mungkin gara kurang tidur kali.” Dengan cuek Bian mengiris salmonnya kasar.
“Ga mungkin, ada masalah apa sih? Cerita donk daripada lo uring-uringan gini.”
Bian memandang Noel dengan ragu, “Ogah, setiap kali gue curhat, lo ledekin molo. Ga semua masalah bisa lo bikin becandaan.”
“Yah, iye sorry… kali ini ga bakal deh.” Noel memberikan jari kelingkingnya dengan tampang nyengir. “Pinky promise”.
“Ah apaan sih lo, tuh kan emang lo kerjaanya becandain gue molo.”
“hehehe, ga lah, ini serius gue. Elo kenapa? Kalo lo uring-uringan begini terus, bisnis hancur bok.” Noel melanjutkan memakan nasi goreng yang sempat terputus.
“Kayaknya lo bener No, ada yang aneh sama gue.”
Noel mengerinyitkan dahinya.”Omongan gue yang mana?”
“Tentang Nila.”
“Ooh, lo suka ama dia?”
“Ga lah, bukan itu.”
“Terus?”
“Gue semalem mimpi basah ama dia.”
Noel tersedak, dan meminum jus jambunya dengan terburu-buru. “Ini gue ga salah denger kan?”
“tuh ngeledekin gue.”
“Ga, bukan itu, kok bisa?”
“Yah, ya mana gue tau lah, gue ga minta mimpi kayak gitu.”
“Trus kenapa uring-uringan? Kan Cuma mimpi?”
“Masalahnya itu…” Bian ragu untuk meneruskan ceritanya, tapi dia sendiri juga tak mengerti kenapa dia marah. “gue sendiri juga ga ngerti, tapi adegan mimpi itu terbayang-bayang terus.”
“Pas ketemu Nila, lo kebayang juga?” Noel penasaran.
“Iya..” Bian menjawab pelan.
Noel menghela nafas, “Menurut lo apa yang istimewa dari Nila?”
“Hah? Kok lo nanyain itu?” Bian heran apa hubungannya dengan mimpinya?”
“Jawab aja.”
“Nah kan baru seminggu, belum terlalu kenal lah.” Bian ingin menghindari bahasan ini.
“Ya kalo gitu penilaianmu sejauh ini.”
“duh males ah bahasnya.”
“Haiz, tinggal jawab aja apa susahnya sih lo. Bikin gue jengkel juga deh.”
Bian menghela nafas, menyerah.”Ya, sejauh ini kayaknya anaknya polos, lucu, cute, apa adanya, berbakat, lo liat sendiri kan hasil desain dia?”
“Iya kalau soal bakat gue akuin dah, jadi intinya apa yang kamu nilai dari si Nila ini, beda ya dari semua cewe yang pernah kamu temuin?”
Bian termangu sebentar sebelum menganggukkan kepalanya.”Iya beda, Nila itu gimana ya No, rapuh sekaligus kuat, bukan tipe rewel yang suka ngambek-ngambek ga jelas gitu.” Bian menghela nafasnya lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Mikir apa lo?”
“Maksud lo?”
“Itu menghela nafas sambil geleng-geleng.” Noel sangat hafal dengan segala tingkah sahabatnya Bian.
