part 10

6.1K 245 6
                                    

From : Boss Bian

Morning…

Sudah dua minggu ini, setiap pagi dia dibangunkan oleh sms ucapan selamat pagi yang dikirimkan oleh Bian. Begitu juga ketika sebelum tidur, Nila tak pernah membalasnya. Nila meregangkan badannya dan memeluk guling. Masih jam 6 pagi. Biasanya sebelum Bian rutin mengirimkan sms selamat pagi, Nila selalu bangun jam 7 pagi. Hanya butuh satu jam baginya untuk mandi, berdandan, dan tepat jam 8 dia sudah  sampai di kantor. Nila bukan tipe wanita yang ribet dengan urusan berdandan. Terkadang, dia memakai baju secara random, apapun yang dia ambil dari lemari itu yang dia pakai. Nila bangkit dari kasurnya dan menuju dapur.  Mungkin sebaiknya dia membuat sushi roll, karena nasi semalam masih ada di rice warmer. Nila tersenyum sendiri ketika teringat beberapa minggu lalu Bian memakan sushi rollnya dengan lahap. Entah karena dorongan apa, Nila mengambil ponselnya dan mengirimkan balasan sms.

To : Boss Bian

Pak, saya bawa sushi.

Send

Tapi mendadak Nila merubah pikirannya,  Nila memencet tombol cancel berulang kali, tapi sudah terlambat, sms sudah delivered. Nila memukul-mukul jidatnya.

“Aduuh… kenapa sih aku nih.” NIla mengutuki kebodohannya barusan. Selama dia membuat sushi dia terus menerus mengumpat betapa bodohnya dia. Hingga tanpa sadar dia membuat semua nasi yang ada menjadi sushi roll..

“yah, kalau segini banyak bisa buat banyak orang.” Akhirnya Nila membaginya menjadi beberapa kotak.

Bian tak membalas smsnya, Nila merasa sedih. akhir-akhir ini perasaan Nila sedikit aneh. Contohnya pagi ini,  ketika bunyi sms membangunkannya, dia merasa senang dan semangat untuk membacanya.karena secara tak  langsung dia berharap itu sms dari Bian. Lalu semalam, dia sengaja menunggu sms selamat tidur darinya juga. Lalu sekarang dia mengharapkan balasan sms darinya juga.

Nila melangkahkan kakinya keluar dari lift dan melihat kantor masih sepi,memang masih jam 7.45. dia melihat satpam yang berdiri di depan pintu masuk. Nila menghampirinya.

“Pak Dar.”

“Ah pagi Bu Nila.”

“Pagi.” Nila membuka tas ranselnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. “Ini pak,  sarapan, semoga suka ya, ini sushi roll.”

“Sushi roll itu apa ya bu?” Pak satpam  bernama Dar itu menatap kotak yang Nila bawa dengan penuh tanda Tanya.

“Itu masakan jepang, buka aja pak coba di incip, kalau ga suka nanti saya bawa lagi aja. Kalau suka silahkan di makan semuanya.”

Pak satpam itu membuka kotak makan, melihatnya dengan kecurigaan, mengendusnya, lalu jari telunjuk dan ibu jarinya mengambil satu potong. Nila melihat pak satpam itu mengunyah secara perlahan danseperti mengira-ngira sesuatu.

“Gimana?” Tanya Nila menelan ludah, perutnya keroncongan.

“Kayak arem-arem ya bu. Enak kok.”

“Oh baguslah. Hehehe… yasudah bapak habiskan aja, saya masuk dulu ya.”

“Makasih banyak bu.”

Nila berjalan menuju ruangan Bian. Dia melongokkan kepalanya, tak ada orang. Ah kenapa dia tadi tidak melihat mobil Bian di parkiran ada atau tidak ya. Bahu Nila melorot sedikit kecewa dan sedih karena tak mendapati Bian disana.

“Ah yasudahlah, aku kenapa sih jadi begini.”

Nila menuju ruangannya dengan muka cemberut, langkahnya terhenti ketika melihat seorang lelaki berdiri di dekat jendela membelakanginya, “Pak Bian!” Nada suaranya terlalu bersemangat dan senang. Kemudian Nila mengoreksinya dengan nada yang lebih ‘biasa’ “Pak Bian..”

My 200 Pounds FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang