part 18

8.8K 385 148
                                    

Dewi menatap NIla, hatinya sakit sekali, semua yang dikatakan NIla benar adanya, memang dirinya yang terlalu terobsesi terhadap Bian, sedangkan Bian… Bian sudah tak menganggapnya sama sekali.

“APa yang dilihat bian didirimu yang aku tak punya?” Dewi menanyakan hal itu dengan suara lemas dan lirih.

“Aku ga tau Wi… Aku sendiri bingung, mungkin memang ini harus terjadi.”

“Kamu pikir aku sudah tak ada harapan lagi?”

Nila melihat Kedua mata Dewi yang dipenuhi air mata. Kasihan sekali gadis ini, tapi untuk kali ini NIla tak ingin mengalah. “Maaf… Aku tak tau Wi.. yang jelas kami berdua saling mencintai.”

“Hahaha…hahaha…” Dewi tertawa putus asa. Lalu tawa itu berubah menjadi raungan kesedihan. Dewi menangis tersedu-sedu sambil meremas-remas ulu hatinya.

Nila merasakan kesedihan Dewi, tapi seperti yang dia tekankan sedari tadi, untuk kali ini, Nila tak mau mengalah, karena dengan Bian dia merasa lebih hidup dan bahagia. “Dewi…”

Dewi berlari dan memeluk Nila erat. Nila membiarkannya, meski bajunya basah oleh air mata. Menit-menit berlalu, tangisan Dewi sudah berubah menjadi segukan, Dewi melepaskan pelukannya.

“Semoga kamu dan Bian bahagia.” Dewi tampak ragu ketika ingin menepuk lengan NIla, kemudian dia tersenyum dan berlari menjauhi NIla, beberapa kali NIla masih melihat Dewi mengusap matanya dengan punggung tangan.

“Thanks..” Nila tetap mengucapkan terima kasih, Meski Dewi tak mendengar ucapannya barusan.

Nila merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.

“Mas, sibuk ga? Aku tunggu di rumah ya.” Nila diam sebentar mendengarkan suara di ujung sana sebelum menjawab, “Iya, I love you.”

***

Nila buru-buru menggelung rambutnya sambil berjalan ke arah pintu karena sedari tadi dia mendengar ketukan berulang-ulang.

“Mas?” Panggilnya sebelum membuka pintu.

“Baby girl, lama amat?”

Nila tersenyum dan membukakan pintu. “Maaf tadi sakit perut.” Nila menjulurkan Lidahnya.

“Ooh, ada apa? Tadi kayaknya penting.” Bian mengikuti Nila duduk di sofa.

“Tentang Dewi.”

“Kenapa lagi?”

“Tadi dia kesini.”

“Kamu diapain sama dia!” Bian mendadak berubah galak.

“Weeiss.. ga kok,  tenang tenang..” Nila tertawa geli.

“Ga tau nih, emosi kalo denger nama itu sekarang.”

“Ya mas ini, tapi kan bagaimanapun juga dia pernah mengisi hari-hari mas kan, ga boleh gitu.”

“Iya…” Bian sedikit termangu, ingatannya kembali lagi waktu itu, tapi segera di hilangkannya. “Kenapa Dewi kesini?”

“Menyuruhku meninggalkanmu.”

“Tuh kan! emang!”

“Mas aku belom selese ngomoonggg!!!”

“Iya, teruskan..”

Nila melihat Bian begitu geram, “Ya intinya aku sudah bicara banyak, akhinya dia bilang semoga aku dan kamu bahagia.”

“Oh,terus kamu percaya?”

Nila mengangkat kedua bahunya, “Entahlah, kita lihat aja nanti gimana.”

“Aku menyesal.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My 200 Pounds FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang