*C'M ~5~

11K 349 9
                                    


Sepuluh hari berlalu~

Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Justin hingga dia tidak pernah memperbolehkan ku keluar dari rumah ini. Jika aku membantahnya sebuah tamparan keras akan langsung ku dapatkan. Namun dua hari yang lalu aku tidak memperdulikannya, aku pergi meninggalkan rumah ini, tentu saja untuk menenangkan pikiranku sejenak. Dan entah bagaimana tiba-tiba saja pria itu muncul di hadapanku dengan wajah sedingin es, tatapanya sangat menusuk, Justin memaksa membawaku kembali ke penginapan. Kau pikir aku akan menurutinya begitu saja ? cih! Tentu saja aku menolak, memberontak, berteriak mencoba menarik perhatian orang lain agar bisa membantuku lepas dari lelaki kasar ini.

Diluar dugaan, Justin membawa pisau lipat yang langsung di arahkan ke pinggang sebelah kananku, dengan tangan kanannya pria itu menodongkan pisaunya seakan ingin langsung menikamku. Justin berbisik pelan "Aku sungguh tidak akan segan-segan membuat benda kecil ini merobek perutmu Wanita Sialan" Jika melihat posisiku dengan Justin, Orang-orang yang berada di sekitarku pasti akan mengira pria ini sedang memelukku dengan mesra dari belakang "Sialan Anna! Tersenyumlah" Justin menekankan kata-katanya memaksaku tersenyum agar orang-orang berpikir kami baik-baik saja, aku tidak langsung menurutinya psstt 'ahh' ku rasakan ujung pisau itu telah menembus kulitku "Jangan melawanku, Sialan! Buat lelaki tua itu menjauh" Kali ini yang bisa kulakukan hanya sedikit mengangguk dan menurutinya.

"Tidak apa-apa tuan, dia suami saya kami baik baik saja" itu kata-kata ku saat seorang pria berusia lanjut mulai mendekati kami. Justin menyunggingkan senyumnya, pria paruh baya itu kemudian mengangguk dan orang-orang yang sejak tadi memperhatikan kini tidak lagi terfokus kepadaku dan Justin. Tidak ada yang bisa ku lakukan selain diam dan mengikuti perkataan Justin, pria itu memasukkan kembali pisaunya dan merangkul pinggangku tangannya menutupi bekas tusukannya tadi, aku dapat merasakan darah segar mengalir keluar disana dan ku rasa tangan Justin juga dapat merasakannya hingga dia semakin menekan pinggangku dan mempercepat langkahya membawaku kembali.

Setibanya di penginapan masih dengan merangkulku Justin membuka pintunya dan kembali menutupnya cepat Klik pintu terkunci sempurna dan Brug! Tangan yang tadi merangkul pinggangku langsung mendorong tubuhku sangat kuat sampai aku tidak bisa menahan tubuhku lagi untuk tidak terbentur meja Sakit! Brengsek! Punggungku benar-benar sakit, masih belum puas Justin melayangkan telapak tangan kirinya menampar pipiku. Perlakuan Justin hari itu berhasil membuat pertahananku runtuh air mataku mengalir begitu saja di hadapan lelaki berengsek itu.

"Sekali lagi kau melanggar apa yang aku katakan. Sungguh Aku Akan Membunuhmu Wanita Sialan!" Nada suara Justin meninggi, menekankan setiap kata-katanya.

Dan sejak saat itu aku lebih banyak diam, kadang menghabiskan waktu ku di dapur memasak hanya untuk diriku sendiri tentunya karena lelaki berengsek itu selalu makan di restoran luar, setiap dia akan pergi ancaman yang sama selalu di lontarkannya "Jika aku kembali dan tidak menemukanmu, Aku akan membuat tubuhmu lebih parah dari memar-memar yang kau dapatkan selama ini Wanita Sialan" Terserah apa katanya, dan aku tidak lagi melangkahkan kakiku keluar dari penginapan ini. Aku lelah membuatnya marah, lelah dengan setiap tamparan dan perlakuan kasarnya.

Soal Luke ? Entahlah, Selama seminggu lebih ini, aku sudah tidak pernah lagi melihat wajahnya, memang apa yang ku harapkan darinya ? Sudah pasti tidak ada. Pertemuanku dengan Luke hanya sampai malam itu, meski waktu itu aku sengaja keluar tanpa sepengetahuan Justin memang untuk mencari keberadaan Luke tapi tetap saja aku sudah tidak menemukannya dan hanya membuat hari yang sangat buruk untuk diriku.

Satu-satunya hal baik yang dapat menenangkanku, dan akhirnya menurut pada apa yang di katakan Justin karna kemarin Demi menelfonku dan berkata kalau Radiotherapy yang di jalani Kesha berjalan dengan baik. Meski dokter memvonis hidup kesha tidak akan lama lagi, aku akan terus berusaha untuk bisa menyembuhkannya. Yang aku tahu nyawa seseorang tidak berada di tangan dokter, dan aku yakin Tuhan akan menyembuhkan Kesha.

Yang membuatku cemas, sudah sepuluh hari berlalu dan aku tidak pernah tidur bersama Justin. Bagaimana ini ?

------------

Sore ini..
Aku mendudukkan diriku di pinggiran kolam renang sengaja merendam kakiku, tubuhku menghadap kearah pantai, dari sini aku dapat melihat suasana pantai cukup ramai, beberapa anak dengan kaki-kaki kecil mereka berlari sebari tertawa dengan bahagianya bermain di bibir pantai bersama orang tua mereka, beberapa pasangan membiarkan anak mereka bermain dengan anak-anak yang lain, pasangan muda lainnya terlihat asik duduk mengobrol yang kemudian berciuman dengan sangat mesranya.

Aku tersenyum melihat semua aktivitas di hadapadanku, melihat semua ini membuatku teringat akan Selena, Wanita itu memang cerdas memilih tempat ini, tapi sayang kegilaannya lebih besar dari pada kecerdasannya itu. Ku pejamkan mataku sejenak kemudian menghirup udara sedalam-dalamnya, menghembuskannya perlahan, berharap semua ini segera berakhir, tapi tetap saja saat aku kembali membuka mataku aku masih berada di tempat ini bersama Justin, lelaki yang teramat sangat kasar.

---------------

Jam menunjukan pukul 8 malam.
Namun Justin belum juga pulang, pria itu memang sering pergi entah kemana namun setelah menjelang malam dia pasti sudah kembali, Kemana pria itu pergi ?

Oh Sial! Apa aku terdengar seperti sedang mengkhawatirkannya ? Tidak mungkin.
Ku hembuskan nafas beratku dan berjalan menuju kulkas mengambil beberapa es batu dan membalutnya dengan kain sapu tanganku kemudian mengompres pipiku yang masih sedikit bengkak dan memar akibat telapak tangan Justin. Dan punggungku masih sedikit memar, akibat menhantam pinggiran meja bekas tusukan pisau lipat Justin sudah sedikit menutup tanpa perlu di jahit tapi tetap saja akan terasa perih jika mengenai bajuku. Semua ini membuat ku berpikir Apa Justin juga melakakukan semua kekerasan ini kepada Selena ? tapi kurasa tidak mungkin melihat mereka yang teramat mesra. Justin seperti ini karna dia membencimu Alianna, karna kau penyebab pria itu terusir jauh dari wanita yang di cintainya.

"Seharusnya aku sadar akan hal itu" ucapku pelan sembari tersenyum miris, ya hidupku memang miris sekali.

Aku melirik jam lagi, Pukul setengah sembilan malam.
Sebenarnya kemana pria itu ? ku langkahkan kakiku menuju pekarangan rumah ini, melihat ke sekeliling daerah sekitar sini namun tidak menemukan keberadaan Justin.
Suasana pantai di depan penginapan ini tidak seramai sore tadi bahkan tidak ada seorang pun disini. Cahaya bulan terlihat sangat indah menerangi pantai, kalau selama ini aku hanya memperhatikan semua ini dari balik kaca penginapan ternyata dari luar keindahannya benar-benar sangat menakjubkan.

Ku langkahkan kakiku mendekat kebibir pantai dan duduk diatas pasir putih, ku putuskan untuk menunggu Justin disini, aku memang berada di luar rumah tapi toh tidak jauh hanya erada di depan rumah ini apa salahnya ? lagi pula aku sedang menunggunya keterlaluan jika dia akan marah nantinya.

Airlaut malam ini tidak begitu berombak, desiran ombak yang menyapu bibir pantai seakan menggodaku untuk berenang di bawah indahnya sinar rembulan dan bintang-bintang yang berkelapkelip di sekitarnya. Sesaat aku memerhatikan lagi sekelilingku benar-benar sepi, Justin juga belum terlihat dan setelah memperhatikan keinginan untuk berenang terasa semakin menggodaku.

Aku melepas sendalku melangkahkan kakiku mendekat kearah laut sembari melepas celana dan kemudian bajuku, dan hanya menyisa kan pakaian dalam saja dengan rambut tergerai aku melangkah dengan perlahan semakin menenggelamkan sebagian tubuhku dan kini hampir seluruh tubuhku telah terendam air laut yang terasa sedikit dingin, aku menyelam sekali membuat rambutku basah seluruhnya dan kemudian hanya berdiri diam menengadah memandang bulan, suasananya terasa sangat tenang, meski di beberapa bagian tubuhku terasa perih namun aku tidak memperdulikannya, sudah lama rasanya aku tidak merasa setenang ini.

Kembali aku menyelam berenang, sampai aku merasa ada orang lain yang ikut berenang bersamaku, masih tidak yakin aku kembali menyelam sampai kurasakan seseorang menarik tanganku cukup kasar. Justin kah ? oh sial!

Aku memejamkan mataku, membiarkan tangan itu menarik ku dan yang kurasakan kini tubuhku berada dalam pelukan seseorang heh ? segera aku membuka kelopak mataku dan sedikit memiringkan wajahku untuk melihat siapa orang ini.

"Justin-"

"Kau meninggalkan penginapan lagi Alianna Molly" Justin berbisik di telingaku, apa ini ? untuk pertama kalinya setelah di altar Justin menyebutkan nama lengkapku, perasaanku semakin tidak enak, aku mencoba memaksa melepaskan pelukannya Dia akan membunuhku!

"Diamlah Anna!" ucapnya masih dengan berbisik namun tetap menekankan kata-katanya "Diam.. aku tidak akan melakukan apapun" setelah membisikkan kata-kata itu, Justin membenamkan wajahnya di sela leher dan pundak kiriku, pelukannya semakin erat.

*Glek*

Aku menelan ludah. Tidak mengerti dengan suasana ini, dengan apa yang terjadi pada pria ini. Untuk beberapa saat tidak ada yang Justin lakukan pria itu masih memelukku dan membenamkan wajahnya sampai dinginnya air laut terasa mulai menjalar masuk ke pori-poriku.

"Cukup Justin..."aku mencoba untuk berbicara "Maafkan aku karna telah lancang kelu-"

Aku tidak melanjutkan ucapanku terlalu kaget karna Pria ini dengan tiba-tiba mengangkat tubuhku dan membalikkannya dengan gerakan cepat membuat air laut di sekitar ku dan Justin tidak setenang tadi "A..apa ?" kejadian yang berlangsung cepat itu membuatku kikuk dan semakin salah tingkah melihat wajah Sialan! Rambut pria ini yang sedikit basah dan acak-acakkan membuatnya terlihat tampan Sialan Justin!

Aku menunduk tidak berani menatap pria itu lebih lama, Justin merengkuh wajahku pelan tanpa kekasaran ? heh ? kenapa pria ini ? Tidak. Aku memejamkan mataku tidak berani menatapnya.

"Lihat aku Anna..." Justin berucap pelan.

Meski ragu aku membuka mataku perlahan dan menatapnya dengan bingung.

"Maafkan aku Anna..." heh? aku menatapnya tidak percaya "sungguh maafkan aku, karna sudah banyak melukaimu"

Aku mendorong tubuh Justin mencoba membuat jarak diantara kami, namun Justin tidak membiarkan itu terjadi pria itu kembali menarikku kedalam pelukannya kali ini kembali membuat tubuhku membelakanginya membuat air laut di sekitar kami kembali bergelombang tidak setenang tadi.

Dari dalam air aku bisa merasakan kembali tangan pria itu memelukku erat, Justin menaruh wajahnya tepat di bahuku "kau tidak bisa memaafkan ku ? baiklah tidak apa-apa tapi biarkan kita seperti ini untuk sesaat"

Meski merasa aneh aku tidak begitu fokus lagi dengan apa yang Justin katakan. Dinginnya air laut ini semakin terasa menusuk kulitku jika hanya diam saja seperti ini dinginnya semakin terasa.

"J..Justin...T..tidak bisa kah kita nn..naik sekarang ?" susah payah aku menyelesaikan kalimatku.

"Kau menggigil Anna ?" Justin yang akhirnya menyadari apa yang aku rasakan segera menggendong tubuhku "Astaga kau tidak seharusnya berenang malam-malam begini" Bodoh kau yang aneh tidak seharusnya membuatku diam berlama-lama di dalam sini.

Aku bisa merasakan dada bidang Justin yang menggendongku membawa tubuhku kedalam penginapan, meski mengigil perubahan sikap Justin yang drastis benar-benar membingungkan ku.

Aku tahu setiap orang tidak selamanya akan menjadi orang jahat, ada saat orang itu akan berubah menjadi seseorang yang lebih baik, tapi aku yakin setiap orang yang merubah dirinya untuk menjadi lebih baik pasti ada penyebabnya.

CONTRACT MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang