17 – September – 2015
Seorang wanita baru saja melangkah keluar dari dalam kamar mandinya dengan masih memegang perutnya yang terus merasakan mual sejak tadi pagi, namun setelah meminum obatnya beberapa menit yang lalu mual diperutnya mulai sedikit berkurang.
“Kau sudah meminum obatmu ?” tanya seorang pria yang baru berada di dalam kamar itu sekitar dua menit lalu.
Wanita itu mengangguk lemah, sejenak melihat jam yang menempel di dinding kamarnya setengah lima sore, dirinya kembali beralih menatap pria di hadapannya “Kau baru kembali dari kantor mu, Justin ?” tanyanya melihat Justin berdiri masih dengan mengenakan kemejanya dan dasi yang telah di longgarkan tidak serapih semula serta lengan kemeja yang terangkat pria itu juga masih menenteng jas hitamnya.
“Ya, Anna... maaf tidak menelfonmu” Sahut Justin yang kemudian melangkah mendekati Alianna, pria itu ikut mendudukkan dirinya di samping wanita itu.
Mendengar itu Alianna mencibir, wanita itu kemudian menyaut sewot “Memangnya sejak kapan kau di wajibkan melfonku untuk memberi kabar–”
“Kalau begitu mulai sekarang aku di wajibkan untuk selalu menyempatkan waktu menelfonmu selama aku di kantor”
“Cih... setan apa lagi yang membuatmu seperti ini” Sahut Anna yang kemudian mengambil gelas minumnya di atas meja kecil samping tempat tidurnya.
Justin menunggu wanita itu selesai menghabiskan minumannya dan kemudian mengambil gelas di tangan Anna meletakkannya kembali keatas meja kecil itu “Dengarkan aku...” ucapnya menggenggam kedua tangan Alianna, namun wanita itu menggeleng, berusaha melepaskan tagannya dari genggaman Justin.
“Kau yang harus mendengarkan ku..” sahut Anna cepat, wanita itu ingin segera mengatakan apa yang sejak kemarin terus mengganjal di pikirannya.
“Apa ?”
“Hentikan semua ini Justin–”
“Semua ini apa maksudmu ?”
“Pernikahan kita, maksudku kontrak ini...” Alianna menghembuskan nafas berat kemudian kembali menatap Justin serius “Aku belum hamil dan kemungkinannya ma–”
“Jangan bodoh...” Justin menyela cepat, pria itu menyaka wajahnya kasar sebelum akhirnya menggenggam tangan Alianna menatapnya dengan serius “Dengarkan aku.. kau sudah mengandung anakku Alianna” Deg!
‘Tidak mungkin!’ tubuh Anna seakan membeku mendengar apa yang diucapkan pria di hadapannya ini ‘Tuhan sudah mengambil kesha dan sekarang pria ini mengatakan aku sedang mengandung anaknya ?’ Alianna berdiri melangkah menjauh dari Justin wanita itu menggeleng “Katakan kau hanya bercanda bukan ?” wanita itu berdiri tepat di depan pintu kamar balkonnya, berbalik menatap Justin nanar.
“Alianna pikirkan apa yang terjadi padamu belakangan ini, apa kau tidak bisa merasakannya ?” Justin berdiri mencoba mendekati wanita itu namun tangan Anna segera terjulur menahannya.
‘Tidak, yang aku pikirkan hanya kesha dan kesha’
“Kau tidak merasa aneh dengan mualmu, Alianna ? dengan vitamin-vitamin yang kau minum, apa kau tidak membacanya ?” Justin menyaut cepat, tidak tahan dengan diamnya wanita itu.
‘Ku pikir semua ini hanya karna aku kelelahan, kehabisan tenaga karna terus memikirkan kesha...’ Alianna terus membatin, wanita itu memegang perutnya sedikit meremasnya masih tidak yakin dengan dirinya yang telah berhasil mengandung seorang anak.
Terlalu sibuk dengan pikirannya, Alianna tidak menyadari pria di hadapannya semakin mendekati dirinya “Kau bisa memeriksanya Anna” ucap Justin tepat di hadapan Anna, wanita itu mendongak menatap Justin, masih menggeleng Alianna segera melangkah mengambil Handphonenya memeriksa kalender yang terdapat disana ‘Sial! Aku telat dua minggu lebih’ batin Anna, seakan tidak bisa menopang tubuhnya untuk terus berdiri wanita itu duduk meringkuk bersandar pada kaki tempat tidurnya masih dengan meremas handphonenya. Buiran air mata yang coba di tahannya sejak tadi akhirnya mengalir begitu saja “Apa Tuhan harus sejahat ini padaku ?” Desisnya tertunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT MARRIAGE
RomanceSemua ini seperti mimpi,mimipi buruk yg sangat menyiksa membuatku ingin segera terbangun dan menghirup kembali udara bahagiaku. Namun di menit-menit terakhir saat aku benar-benar akan terbangun dari mimpi buruk ini. Perlahan mimpi buruk ku berubah m...