■4 [ FREEZE BEGIN ]

479 66 1
                                    

Eunji mengakhiri pertunjukannya dengan indah. Anak-anak itu berteriak girang, "Eonnie, suaramu bagus sekali. Aku fans beratmu." kata anak lelaki bernama Himchan sambil tangannya menirukan sebuah tembakan, matanya ikut mengerling.

Eunji membalas tembakan anak lelaki itu, membuatnya berpura-pura tertembak di dadanya, LOL.

Aku ikut bertepuk tangan, tanpa suara.

Anak-anak lain menambahkan komentar dan pujian atas penampilannya. Eunji menanggapi mereka dengan sabar, mereka berebut berusaha mencuri perhatiannya. Dia puas telah menghibur anak-anak itu.

Eunji melihat arloji di pergelangan tangan kirinya, jam 5 sore. Matanya memandang suasana langit yang semakin jingga meski masih menampakkan teriknya. Raut wajah bahagianya sedikit mencair.

"Tampaknya ini sudah sore, Eonnie harus pulang dan belajar. Kalian juga pulang ya? aku akan datang lagi besok. Aku mencintai kalian!" tutur Eunji gemas sambil jari jempol dan telunjuknya menyilang memberi isyarat 'saranghae'.

Anak-anak yang semula terlihat kecewa membalas Eunji dengan membentuk hati diatas kepala dengan tangan mereka.

Aku merasa geli sendiri melihat Eunji melakukan hal imut seperti tadi, membuat anak-anak itu seketika luluh.

Anak-anak itu bangkit dan mulai pergi setelah mengancam Eunji jika ia tidak datang. Eunji mengangguk saja dan menyuruh mereka cepat pulang dan mengingatkan untuk tetap bersama dan hati-hati.

Eunji membereskan biolanya. Dan spontanitas yang kian membuatku jantungku tak mau diam, dia menggerai rambutnya yang selama ini ia ikat rendah. Tinggi atau rendah? aku malah tak ingat, kali ini lebih penting.

Dia menyampirkan rambut bagian samping yang menutup wajahnya yang lelah. Aura cantik itu tak mau pudar dengan lelahnya, sebaiknya jangan.

Cahaya senja memantul indah di rambutnya yang kemerahan, Perpaduan yang sempurna.

Dia menjauh dari taman kota, berjalan menuju halte seberang jalan raya disana. Aku tetap dibelakangnya, mungkin menjadi kejutan untuknya? Lihat saja.

••••

Aku mengatur timing yang dirasa tepat untuk menyusulnya di halte. Sebenarnya aku hanya tidak sabar, akhirnya aku menghampirinya dan tepat disampingnya. Kali ini dia harus tau aku benar-benar ada, bukan hanya reklame yang bisa dilewati seenaknya.

Ada sedikit kecanggungan yang entah dari mana ada dalam diriku dan tersalurkan saat melihat Eunji. Mungkin efek dari harmonisasi tadi yang begitu teraransemen dengan baik, kau tahu maksudku kan?

Eunji menyibak rambut yang menghambur ke wajahnya. Namun, dia merasakan kehadiranku dan menoleh takut.

"Kau? Youngjae? sedang apa kau disini?" tanya Eunji tampak sekali heran.

Aku melihatnya, dengan tatapan seolah baru bertemu. "Oh, kau? aku baru saja dari taman kota." jawabku santai. Dia tampak ragu.

"Apa yang kau lakukan di taman kota?" aku tak melihatmu sebelumnya." selidik Eunji, dia berpaling ketika aku balas menatapnya.

"Free WiFi. Dan apa yang kau lakukan dengan anak-anak itu?" tanyaku membuatnya menoleh sinis.

Dia menghela nafas, "Katakan saja kau mengikutiku, bukannya mencari free WiFi." katanya kecewa. Seketika aku merasa bersalah saat raut wajahnya berubah.

Aku mendekat selangkah ke sampingnya, "Maafkan aku. Aku hanya ingin tau kemana kau pergi. Dan ternyata aku melihatmu, tersenyum bersama mereka." jelasku ikut menyesal. Dia tampak malu saat aku mengetahui yang tersembunyi darinya.

Lagi-lagi Eunji bersikap sinis. "Kita tak dekat, dan kau tak berhak melakukan itu." jawabnya melemah. Ada emosi dalam diriku yang memaksa keluar, mendesak kesadarannya.

"Dan kau yang membuat kita tak dekat. Rumah kita dekat, sekolah dan kelas kita sama. Apakah kau tak merasa aneh kita seperti orang asing?" sergahku agak meninggi. Sungguh, ini benar-benar terkendali.

Dia tak memikirkan kenyataan tadi, dengan cepat ia menepisnya. "Aku tak peduli dengan semua itu. Apa kita memiliki hal yang sangat penting untuk punya hubungan yang kau bilang dekat?" kali ini dia menatapku.

Kuyakin, sosok di matanya kini adalah seseorang yang dia benci. Hampa rasanya menyadari itu, seolah keberuntungan tadi hilang begitu saja.

Aku terdiam sejenak, sampai Eunji berpaling lagi. Aku merendahkan suaraku, "Ya, mari kita ciptakan itu. Jangan denganku saja, orang lain pasti mengharapkanmu seperti yang kau lakukan dengan anak-anak itu." jawabku, sarat akan harap.

Dia tak menjawab, bus yang datang membantunya keluar dari kekalutan. "Jangan mengikutiku. Sudah kubilang, kamu tak berhak." tutur Eunji memberi peringatan.

Aku seakan terkunci dalam kalimatnya. Gadis dingin itu benar-benar membuatku membeku. Dan tanpa kucegah, aku melepaskannya. Ini buruk, aku melepasnya dengan kekecewaan di hatinya. Ya Youngjae, kau telah menyakiti hati perempuan.

                                                                                      ---

serba salah kan kan kan? ):

❄FREEZE❄ [Daeji X Jaeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang