Aku menaiki undakan tangga rumah itu satu persatu. Masih ragu untuk menekan bel rumah, rasanya terlalu cepat. Ingin rasanya memutar-balikkan kakiku pergi dari rumah ini. Namun tanganku kembali menjangkau bel dekat pintu rumah itu tanpa ada keberanian untuk menekannya.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu membuatku terhenyak, dia Daehyun. "Kau lama sekali. Ibuku menunggumu, tapi kenyataanya dia menunggu makanan dingin. Masuk, cepat!" cerocos Daehyun datar.
Siapa juga yang mengundangku?
Aku tak memberikan jawaban apapun. Aku hanya mengikuti langkahnya menuju ruang makan. Disana, kudapati ibu Daehyun yang tengah duduk di meja makan sembari tersenyum ke arahku saat sadar aku telah datang.
Aku mengulas senyum juga, meski suasana hatiku tak tergambar dibalik senyumku itu. Lalu aku menghampirinya dan membungkuk memberi hormat. Seperti biasa, ibu Daehyun selalu ceria dan penuh jenaka persis seperti anaknya. Um, sayangnya Daehyun telah berubah. Dengan bertemu ibunya seperti ini, aku seperti kembali pada masa-masa Daehyun yang dulu, saat dia belum seperti sekarang. Ya, kau tahu maksudku kan?
"Ya ampun kau semakin tampan dari sejak terakhir kesini. Bagaimana kabar ibumu?" tanya ibu Daehyun berseri-seri seraya merengkuh pundakku.
Pikiranku melayang beberapa saat, memaksaku mengingat kapan terakhir aku kesini. Nihil, aku tak dapat mengingatnya yang berarti itu sudah lama sekali.
"Ah, terima kasih. Ibuku baik-baik saja, dia awet muda sepertimu." jawabku sambil memujinya. Dia tampak senang dan berterimakasih sementara Daehyun mengabaikan kami dengan duduk sediri mendahului di meja makan. Apa ibu Daehyun tak merasa ada yang berbeda?
Ibu Daehyun lalu mengajakku untuk duduk juga di meja makan. "Daehyun yang merencanakan ini semua. Aku senang sekali kalian masih akrab seperti dulu." kata ibu Daehyun sambil menatap kami bergantian dengan wajah yang menunjukkan kalau dia benar-benar bahagia melihat kami dari sisi seorang ibu.
Daehyun yang merencanakan ini semua?
Bukankah ibu Daehyun yang mengajakku kesini?Ada rasa janggal yang muncul sekelebat kemudian hilang, aneh.
Aku hanya merespon dengan anggukan. Entah kenapa ada rasa bersalah melihat ekspresinya yang begitu puas melihatku dan Daehyun. Baik ibuku maupun ibu Daehyun sama-sama tak menyadari kalau anak mereka tak seperti dulu.
Ibu Daehyun membuyarkan lamunanku dengan menawariku lauk pauk di meja. Aku menerimanya dengan sedikit sungkan dan ikut makan. Daehyun tak banyak bicara dan fokus makan, sementara aku terlalu banyak terbebani dengan segala suasana yang terkesan ekstrim ini.
Rasanya baru kemarin.. Ini dan itu
Dan sekarang seperti ini..
Ekstrim untukku.
Aku dan Daehyun tak seperti dulu. Oke, kurasa ini memang sudah jelas kenyataanya dan aku juga malas membahasnya. Tapi jika memang dia yang merencanakan ini semua, apa tujuan dia sebenarnya? Aku tak bisa menghubungkan pada kemungkinan apapun, semua terlalu abstrak sekarang.
"Apa masakannya kurang enak?" tanya ibu Daehyun tiba-tiba. Daehyun juga mengalihkan pandangannya padaku. Aku tergagap, "Oh, ini enak sekali. Hanya saja aku tidak terlalu berselera. Aku minta maaf jika aku membuatmu tak nyaman." jawabku tak enak hati.
Jangan pikirkan apapun selagi makan Youngjae.
Untuk waktu lama, kami makan dalam keheningan. Hanya bunyi sumpit yang beradu dengan mangkuk makan.
"Kalian terlihat canggung sekali. Apa karena aku ada disini? Apa mungkin aku harus pergi?" celetuk ibu Daehyun memecah keheningan.
Refleks aku memandang Daehyun yang tengah memandang ibunya dan beralih memandangku juga. Ah sialan sekali Daehyun membuatku terjebak dalam keadaan seperti ini. Apa yang harus kukatakan sebagai seseorang yang tiba-tiba diundang oleh tuan rumah yang tiba-tiba berkata seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
❄FREEZE❄ [Daeji X Jaeji]
Fiksi PenggemarI love u by 3 steps ; Freeze, Warm, And.. Melt. ◼macnutells, 2k17