■12 [LIKE SON, LIKE FATHER]

335 45 3
                                    

Tak lama bus Eunji pergi, aku segera naik bus berikutnya. Aku tak begitu yakin bus yang dinaiki Eunji berada tak jauh di depan bus yang kunaiki. Hari ini, kami berada di bus yang tak sama tapi dengan perasaan yang sama.

Aku masih belum bisa mendeskripsikan dengan benar perasaan yang terlalu meluap ini. Sepanjang jalan ke rumah, aku terus berkhayal tentang Eunji. Wajahnya, senyumnya, caranya berbicara, bahkan saat dia bersikap dingin terekam begitu jelas di otakku. Seperti slide show yang tak ingin kuhentikan barang sedetikpun.

••••

Sebelum memasuki rumah, aku berhenti sejenak di depan pagar rumah Eunji. Mataku melihat-lihat ke rumah Eunji. Tatapanku terfokus pada jendela kamarnya yang ditutupi gorden dan lampunya menyala. Sedang apa dia? tadi dia sampai jam berapa? apa dia memikirkanku? Aku tersenyum geli.

Tiba-tiba senyumanku memudar saat kudengar seseorang memanggilku.

"Sedang apa kau di depan rumahku?"
tanyanya, Eunji ternyata. Tangannya menenteng keranjang sampah yang kosong. Sepertinya dia baru kembali membuang sampah.

Otakku sibuk mencari alasan. "Mmm.. aku hanya ingin memastikan kau sudah pulang atau belum." jawabku sembari memaksakan senyumku.

Dia mengangguk pelan. Aku sedikit lega dia tak menunjukan reaksi curiga padaku.

Eunji menatapku. Tatapannya polos, seperti puppy eyes. Darahku berdesir. Aku menelan ludah berkali-kali saat menyadari betapa imutnya dia.

"Apa yang kau lihat?" tanyaku terpana.

Dia menggeleng tanpa mengalihkan tatapannya, "Aku ingin masuk, kau menghalangi jalanku." jawabnya.

Aku terkejut menyadari posisiku yang masih berdiri di depan pagar rumahnya. Segera aku menepi untuk memberinya jalan. Ah, kukira dia menatapku karena alasan lain.

"M, mm, maaf. Kau boleh masuk sekarang." kataku merasa malu.

Dia tak menjawab dan lekas memasuki rumahnya. Sebelum dia menjangkau handle pintu dan membukanya, aku memanggilnya.

"Eunji!"

Dia menoleh, "Apa?"

Bibirku serasa runyam, alhasil aku terbata-bata saat mengatakannya. "Bisakah kita pergi bersama besok?" tanyaku akhirnya.

"Bukankah kita memang selalu pergi bersama? kau selalu dibelakangku kan?" ungkitnya.

Aku teringat, memang iya. Tapi bukan itu maksudku.

"Maksudku, kita saling menunggu, berjalan dan mengobrol bersama sampai kita mendapatkan bus." jelasku.

Dia mengerutkan alisnya. Entah kenapa tapi aku tak ingin itu berarti dia menjawab 'tidak".

Sebelum aku merasa putus asa karena Eunji terlalu lama berpikir disana, akhirnya Eunji menganggukkan kepalanya. Lalu dia masuk ke dalam rumahnya.

YESSSSSS!!!
WOOHOO!!!

Aku berlarian kegirangan menuju rumahku.

••••

Di rumah, aku menemui ibuku yang sedang mengambil pakaian di mesin pengering. Aku langsung memeluknya dari belakang.

"Ibu!" teriakku membuat ibuku terkejut apalagi saat mendapati aku tiba-tiba memeluknya.

"Youngjae! ada apa?" tanya ibuku sambil berusaha melepaskan pelukanku.

Aku memeluknya semakin erat. "Aku bahagia sekali ibu! kita akan pergi bersama besok!" teriakku membuat ibu menutup telinganya.

"Pergi bersama apanya? siapa yang kau maksud?" tanya ibuku.

❄FREEZE❄ [Daeji X Jaeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang