Aku meninggalkan sekolah dengan perasaan gamang. Daehyun tak dibelakangku, biasanya dia mengikutiku sampai gerbang sekolah dan itu adalah batas perpisahan kami. Itulah mengapa aku mengucapkan perpisahan lebih dulu untuknya saat di depan pintu kelas tadi. Dia tak terlihat akan mengikutiku, matanya terus menatap Eunji. Jadi aku mengantisipasinya, ternyata benar.
Apapun yang dia lakukan untuk tidak terlihat olehku, malah semakin jelas dimataku. Dan jujur, aku kecewa. Apalagi matanya yang mengekori Eunji, itu risih sekali buatku.
Kemana dia pergi? aku hampir gila karena instingku terus menerus menghubungkan Daehyun dengan Eunji.
Aku termenung di halte bus. Sudah beberapa bus yang lewat dan aku mengabaikannya. Hari ini Eunji menjalani hukumannya, dan itu bukan sebuah hukuman yang ringan. Dia akan melewatkan janjinya dengan anak-anak itu di taman kota. Sementara mereka meminta dengan penuh pengharapan pada Eunji agar eonnie mereka ini bisa datang dan menghibur mereka lagi.
Apa aku harus ke taman kota memberitahu anak-anak itu bahwa hari ini Eunji tidak bisa melakukan yang mereka minta kemarin? rasanya konyol sekali. Anak-anak seusia mereka pasti telah diajari untuk tak percaya pada perkataan orang asing. Mengingat Eunji punya ikatan batin yang kuat dengan mereka. Pasti hanya Eunji yang mereka percaya.
Mungkin akan berbeda jika aku mengatakan hal berbeda, misal :
Hai anak-anak, panggil aku Oppa jae. Aku memilki wajah baby face, ingat aku karena itu ya? Aku adalah teman Eunji eonnie. Meski kami tidak dekat dan eonnie malah dingin padaku. Tapi aku memang temannya, percayalah.
Bahkan sepertinya aku harus bersusah payah dulu membuat anak-anak itu percaya. Eunji sepertinya pernah mengatakan 'aku hanya mempunyai kalian' pada mereka hanya untuk membenarkan fakta bahwa dia memang tak punya teman. Siapa aku yang tiba-tiba jadi teman Eunji?
Kau hanyalah lelaki yang selalu berdebar ketika Eunji tersenyum dan menggerai rambutnya. Dan kau adalah lelaki yang tak rela Eunji tersenyum pada orang lain.
Ya, tepat sekali. Dan aku tak mengerti mengapa aku harus memikirkan semua ini. Dan aku juga tak mengerti apa yang kubicarakan. Kau tak dekat dengan Eunji ataupun anak-anak itu, jangan sok peduli lagi Youngjae. Yang kau lakukan hanya membuat Eunji semakin membeku.
Tapi....
Ya, aku tak berpikir apapun selain yang kulakukan ; berlari menuju taman kota. Kasihan jika mereka dibuat menunggu. Siapapun benci MENUNGGU.
••••
Ya, sampai! Aku terengah-engah dan sejenak memberi ruang untuk menstabilkan pernafasanku. Memang benar, mereka tengah menunggu Eunji di tempat yang sama. Tapi saat aku ingin menghampiri mereka, muncul keraguan lagi dalam hatiku. Apa artinya aku akan mengorbankan anak-anak ini jika Eunji nantinya marah padaku? karena aku 'seolah' mengambil alih?
Sungguh, Eunji itu gadis paling rumit. Aku takut Eunji akan kesal dengan anak-anak ini bila nantinya mereka menerimaku.
Tapi selalu saja, aku tak mau peduli seberapa banyak pun ragu yang terus membuat batas denganku. Aku menghampiri mereka.
"Mmm.. hai anak-anak." sapaku hati-hati.
Anak-anak itu menoleh padaku dengan tatapan polos mereka. Wajah mereka terlalu datar, aku tak menemukan tanda sebuah tanya diwajah mereka. Mereka benar-benar seperti eonnie mereka, dingin.
"Aku.. namaku Youngjae. Aku teman eonnie kalian." sapaku lagi memperkenalkan diri kali ini.
Tatapan mereka menyelidik, menatapku seperti aku ini seorang kriminal. Anak-anak ini tak ubahnya Eunji, ada apa dengan hidupku sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
❄FREEZE❄ [Daeji X Jaeji]
FanficI love u by 3 steps ; Freeze, Warm, And.. Melt. ◼macnutells, 2k17