Zelo terlihat puas melihatku yang kaku. Sedetik kemudian ekspresinya terlihat kesakitan.
Bagus sekali aktingmu, Zelo. Mati saja kau!
Eunji menatapku kesal, nafasnya terengah-engah. "Kau menyebut dirimu Kakak? mengapa bisa orang lain yang menemukan adikmu? jangan hanya diam, obati dia, dia terkilir." Eunji berkata sambil menegakkan badannya yang pegal.
"Maafkan aku Eonnie, kau pasti pegal karena memapahku. Terima kasih ya? kau baik sekali. Oh, kau juga cantik." ucap Zelo.
Dia berpura-pura manis. Ya Tuhan, aku mual. Dan aku ingin memuntahkannya di wajah Zelo.
"Tak apa, masuklah dan beristirahat. Selamat ulang tahun ya Zelo, semoga kakakmu berhenti menjadi menyebalkan." jawab Eunji.
Apa dia bilang?! kenapa dia menatapku juga? menyebalkan?
tunggu..Apa aku salah dengar? Eunji tersenyum pada Zelo, dia juga mengucapkan selamat untuknya. Aish, apa ini karena Zelo lebih tinggi dariku? detik itu aku merasa menyesal mempunyai adik seperti Zelo.
Zelo melewatiku dengan tawa jahilnya. Dia menunjukan ekspresi kemenangan. Aku mengumpat dan memberi isyarat 'Aku-akan-membalasmu-tanpa-ampun'.
Sementara Eunji, dia berbalik pergi. Begitu mudah? setelah dia membuatku merasa tanpa makna dimatanya. Rendah, tak penting, kesekian, itulah aku dimatanya.
Kekesalanku pada gadis itu datang lagi. Segala keindahan tentangnya di taman kota tadi mengerjap segera muncul di otakku seolah menghakimi sifatnya yang sekarang.
Aku berlari menyusulnya. "Kau bersikap manis pada adikku. Tapi denganku, kau malah terlihat buas. Ada apa sih denganmu?" tanyaku tak sabar.
Youngjae, hal pertama yang harus kau tanyakan adalah 'dimana kau temukkan adikku?' atau setidaknya mengucapkan 'terima kasih'. Itu untuk orang normal, Eunji berbeda.
Sial, aku memang cemburu.Eunji berbalik, "Setidaknya dia tidak menjadi penguntit sepertimu." jawabnya, jelas sekali menyindirku.
Aku menghela nafas, "Oke oke ini salahku. Jadi aku harus bagaimana agar kau tidak marah padaku lagi?" tanyaku, lebih terdengar seperti kekalahan memang.
"Lupakan saja, kau takkan bisa melakukannya." jawabnya malas.
"Kenapa? memangnya apa?" desakku.
Dia terlalu berlebihan, dasar.
Eunji tak langsung menjawab. Dia melangkah, Wajahnya mendekat, dan kini hidung kami hanya berjarak sekitar 10 senti.
Suara jantungku langsung bisa kudengar.
Apa-apaan ini?! Gadis ini?!"Pergi dari hidupku, apakah bisa?" tanyanya terdengar mendesis.
Tidak, aku menatapnya lebih dekat sekarang. Jantungku, diamlah dulu. Jangan membuat Eunji mendengar juga. Jangan merambat saat kita sedekat ini, ah pokoknya diam!
"A, a, apa maksudmu? apa aku melakukan kesalahan yang sangat besar?" tanyaku. Aku belum pulih dari 'electrick shock' yang ditimbulkan dari Eunji.
Dia akhirnya menjauh, lalu melipatkan kedua tangannya. "Peringkatmu berapa di kelas? mengapa kau tidak mengerti juga? padahal itu bukan majas." ujarnya beralih topik.
"Itulah kau, saking cueknya peringkat di kelas saja kau tidak tau." balasku menyindirnya.
Dia cukup tersentak, ada kelegaan dalam diriku. Pertama, karena dia tersinggung perkataanku tadi. Kedua, aku tak harus secanggung tadi.
"Sudahlah, kau memang tak bisa. Pulang sana, aku menyuruhmu untuk mengobati adikmu." titahnya ketus.
"Kita belum selesai! buat semua ini menjadi jelas, aku merasa gila saat mengingatnya." cegahku.
Dia tampak muak denganku, apa peduliku?
"Terserah, kau yang akan gila dan bukan aku. Kau mau aku menjadi gila karena memikirkannya? sudah kubilang kau, takkan, bisa, pergi dari hidupku. Kita seperti biasa lagi saja, tanpa pembicaraan apapun. Mengapa kau membuatnya sulit?" jelasnya, membuatku lumpuh.
Dia kembali dingin, sikapnya malah membuatku mengingat kembali senyumannya dan segala hal yang ia lakukan untuk anak-anak itu, cute.
Entahlah, kejadian tadi belum berjarak 24 jam tapi sudah membuatku seperti melewati batas. Aku berharap terlalu banyak dari sebuah 'awal'.
Apakah aku boleh mengatakan bahwa aku menyukainya?
Meskipun aku belum lama mengenalnya?Entahlah, semenjak aku menemukan senyumnya untuk pertama kali jantungku langsung melagukan detaknya, detak itu hidup, berirama dengan tempo yang naik turun.
Ada gairah lain yang aku masih belum bisa tafsirkan. Dan selama ini, perasaan semacam itu terjadi pada hatiku saat melihat Eunji.
Bisakah aku menyebutnya sebagai keajaiban? mengingat dia adalah mesin pendingin berjalan. Secantik apapun dia, laki-laki mana yang sanggup dengan gadis sedingin dia?
Sesuatu yang bertolak belakang terkadang membuatmu ingin menggalinya lebih dalam, dan hal itu ada pada diri Eunji yang tak kutemukan saat bersamaku.
Senyuman, bahagia, aegyo. Perlahan aku merindukan itu, dan aku cemburu pada orang-orang yang mendapatkannya tanpa berlelah sepertiku.
Dia sudah sangat sempurna karena senyumnya dan segala hal menyenangkan dalam dirinya yang malah ia sembunyikan.
Tapi senyumnya,
kebaikannya,
dan gesekan biolanya,
hanya untuk anak-anak itu.
Dan tadi, Zelo juga mendapatkan hal yang sama.Spesifik, senyum Eunji. Argh!
Ada ketidakrelaan yang membuatnya terus muncul memberikan rasa sakit saat menyadarinya. Ah, jadi sensitif.
"Kau selalu saja membuatku membeku karena sikapmu yang dingin.." kataku tiba-tiba.
Aku memberikan senjang waktu dari kalimatku, berharap dia merasakan hawa dingin 'miliknya' itu menusuk batinnya.
"Mengapa tak kunjung menghangat saat bersamaku?" tambahku.
Bodoh, aku terdengar memelas.
Dia hanya diam, dan semakin bisu. Lebih hening mengalahkan malam. Tanpa kucegah lagi, dia pergi.
Dia selalu saja menyepelekan perasaan orang lain. Dan aku masih disini, meminta penjelasan tanpa kejelasan.
Tanpa diprediksi, dia berbalik.
"Youngjae, berhenti seperti itu. Kau mulai masuk dan mengambil bagian di hidupku tanpa kupersilakan disaat aku begitu menutup rapat diriku. Ini tak biasanya, aku tak mau terbiasa." ujarnya
Eunji, kuyakin yang menginginkanmu seperti itu bukan hanya aku. Masih banyak disana korban ketidakpedulianmu.
---Aloha!
baru update lagi soalnya ada kesalahan teknis di otak akunya :'v
jan main petak umpet dong, aku maunya si patrick ☆
KAMU SEDANG MEMBACA
❄FREEZE❄ [Daeji X Jaeji]
FanfictionI love u by 3 steps ; Freeze, Warm, And.. Melt. ◼macnutells, 2k17