Sofia POV
Aku membuatnya marah, aku secara tidak sengaja memanggilnya 'my cute lil guy'
Aku tidak sengaja, karena Keandru yang mendadak manja, memelukku dengan kepalanya yang bersender di dadaku.
Aku merusak momen. Aku merasakan amarahnya dengan menciumku frustasi.
Dan menekankan kalau dia adalah pria dewasa sebelum dirinya pergi meninggalkanku di ruangannya sendirian.
Aku yang bingung dan baru menyadari kesalahanku hanya bisa menutup wajahku.
Aku menghubungi Biyan dan meminta tolong untuk mencari Keandru yang keluar kantor dengan amarah. Aku tidak mau terjadi apa-apa pada dirinya.
Aku menangis menyesali perkataanku. Aku berada di ruangan Keandru cukup lama sampai aku puas menangis.
Siapa yang masih anak-anak di sini? Sepertinya aku, aku yang selalu bertindak childish, hanya umur saja yang lebih tua, tapi perilaku tidak mencerminkan usiaku.
Aku tidak mau Keandru meninggalkanku. Aku akan sangat kehilangan dirinya. Baru ku sadari aku mencintai Keandru, aku semakin menangis, jangan sampai Keandru marah dan meninggalkanku.
Aku mengusap wajahku dan merapikan diriku sebelum keluar dari ruangan Keandru. Aku berjalan menunduk dan melangkah ke arah toilet. Aku membasuh wajahku.
Mataku terlihat sembab. Aku berdecak. Apa yang bakal Desi dan lain pikirkan melihat bengkaknya mataku.
Aku kembali berjalan ke kubikelku masih dengan tertunduk.
Aku mengambil kacamata causalku, lumayan untuk menyamarkan mata sembabku.
Aku menyibukkan diriku, walaupun hari ini tidak terlalu banyak desain yang harus kukerjakan.
Aku melewatkan makan siangku. Keandru belum balik ke kantor padahal jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Aku berjalan ke pantry dan membuat kopi creamer dan mengambil snack biskuit gandum dari tasku.
Pikiranku melayang, aku melirik jam dinding, sudah pukul 6 dan Keandru belum juga balik. Aku ragu untuk pulang atau tetap menunggu sampai Keandru balik ke kantor.
1 jam lagi, kalau Keandru tidak balik, aku akan pulang, bathinku.
Aku mendengar suara pintu lift terbuka dan menampakkan sosok Keandru yang berjalan ke arah ruangannya.
Dirinya menatapku sebelum masuk dan menutup pintu ruangannya.
Aku menghela nafas, dia masih marah.
Aku menghitung mundur, kali ini 20 hitungan karena aku juga butuh waktu untuk menstabilkan emosiku.
Aku mengetuk pintunya dan masuk ke dalam, aku melihat Keandru memasukkan sesuatu dengan terburu-buru ke dalam kantong celananya.
Aku minta ijin pulang dan menanyakan apakah ada kerjaan lagi sebelum aku pulang dengan wajah tertunduk.
Aku memutar tubuhku dan ketika hampir mencapai pintu, Keandru menghalangiku.
Aku terkejut dan menatap wajahnya, pertahananku runtuh, aku memeluk dirinya dan terisak, aku berjinjit agar dapat melesakkan wajahku ke relung lehernya.
"Love you Kean, don't be angry" Aku mengungkapkan perasaanku di sela isakanku. Aku merasakan tangan Keandru mengelus punggungku menenangkanku.
•••
Keandru mengantarkan ku pulang dengan motor Ducatinya. Seperti kemarin aku masih belum terbiasa dibonceng dengan keadaan mengebut.
Aku mengeratkan pelukanku. Sepertinya Keandru menjadi lebih semangat dan menggas lebih kencang.
Kami tiba di apartment ku, Keandru memarkirkan motornya di basement apartment. Aku melihat dirinya menelpon seseorang. Aku menunggu sampai dia selesai menelpon.
"Ayo" Katanya setelah selesai menelpon dan menggenggam tanganku ku lihat wajahnya tak lepas tersenyum.
Aku membuka pintu apartment ku dan menyalakan lampu di ruangan TV, sepertinya Biyan belum pulang.
Keandru menuntunku berjalan ke arah sudut ruangan apartment. Tangannya menyalakan lampu. Aku terkejut melihat tulisan di dinding ruang bacaku.
Aku menutup wajahku dan terisak lagi. Aku melihat Keandru berlutut di hadapanku. Tangannya merogoh sesuatu dari kantung celananya.
Keandru membuka kotak cincin dan menampakkan sebuah cincin berlian.
"Will you accompany me till we getting old? And make me the happiest man alive by taking my hand in marriage, will you marry me Sofia Smith?"
Aku menggelengkan kepalaku tidak percaya.
Keandru terkejut melihat reaksiku. Aku melihat wajahnya muram, dan bangkit dari lututnya dengan gontai.
"Penolakan kali ini sangat pedih" Aku mendengar suaranya bergetar.
Aku menggelengkan kepalaku lagi.
Lalu memeluk dirinya yang tidak siap akan dorongan tubuhku. Kami berdua terjatuh ke lantai.
"Apa yang kamu bilang?" Tanyaku.
"Kamu menolak aku" Jawabnya, matanya berkaca-kaca.
"Siapa yang bilang?" Tanyaku lagi, aku merasakan air mata masih mengalir di pipiku dan jatuh mengenai wajah Keandru.
"Kamu menggeleng, kamu menolak aku" Katanya.
Aku tertawa, aku melihat dirinya bingung menatapku. Tanganku menarik membantu dirinya untuk duduk dan aku duduk di pangkuannya.
Aku menarik nafas dan mengalungkan kedua tanganku di lehernya.
"Aku menggeleng bukan karena aku menolak, aku menggeleng karena aku tidak percaya apa yang terjadi" Aku menarik nafasku lagi, rasanya aku kekurangan oksigen.
"I want accompany you for the rest of my life, being old together and make you a happiest man alive" Aku mengutip kata-katanya dan menatap wajahnya. Aku melihat sudut matanya mengalir air mata.
Aku menjilat jejak air matanya di pipinya tidak ku hiraukan rasa asin di lidahku.
"I say yes Keandru Kiendl"
Keandru menarik leherku dan mencium bibirku.
The end
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Little Guy
RomansaGimana rasanya ditembak oleh teman adiknya sendiri? Aku suka kamu ka Sofia, kaka mau kan jadi pacar aku? Keandru mengungkapkan perasaannya di teras belakang rumah orang tua Sofia, ketika Keandru dan adiknya selesai mengerjakan tugas sekolahnya. Mata...