part. 5

106 6 0
                                    

Sebentar lagi salju akan turun menutupi sebagian Kota Tokyo. Jiho sedang mempersiapkan keberangkatannya kembali ke Korea bersama dengan keluarganya, karena kepentingan Ayahnya sudah selesai di Negeri Sakura ini.

"Jiho, semua keperluanmu untuk melanjutkan sekolahmu di Korea sudah kau urusi?"

"Sudah eomma, tapi aku akan pindah jurusan di sana. Tak apa kan?"

"Gwenchana, selama jurusan yang kamu ambil adalah jurusan yang kamu inginkan, jangan lupa untuk konsisten."

Jiho mengangguk dan tersenyum menanggapi nasehat Bundanya.

"Kamu tidak akan merayakan perpisahan dengan teman-temanmu di sini?"

"Akan ku lakukan hari ini eomma, eotthoke. Aku lupa, hehehe aku belum mengabari semua teman-temanku untuk bertemu dimana hari ini." Ujarnya sembari menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Ish, aigoya! Geundeu, mwoya. Ash. Cepat hubungi teman-temanmu. Dan buat moment bahagia bersama mereka. Syuh-syuh." Ibu Jiho mendorongnya untuk segera pergi dari kamarnya.

"Jangan pulang terlalu malam, arrachi?"

"Arraseo eomma. Annyeong."

Ibunya melambaikan tangan sepeninggalan Jiho dari hadapannya. Sang Ibu langsung merapihkan koper, dan tas bawaan Jiho untuk dikirimkan langsung ke Korea.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Petang menjelang, semua teman sekampus Jiho sedang berkumpul di cafè tempat biasa mereka berkumpul.

"Ho, apakah kau akan kembali lagi ke Jepang?" Mizuki salah satu temannya bermain basket di kampus tapi berbeda jurusan dengan Jiho bertanya sambil mencomot kentang goreng yang mereka pesan tadi.

"Akan, tapi bukan sebagai Jiho yang kalian kenal sekarang."

"Uso desu yo." Ujar Aiko, salah satu violins dari kampus yang sama juga mendengus sebal menanggapi gurauan Jiho.

"Usojanai yo. Hounto ni, anata ga wasurete shimaimasu yo. Ore wa yūmei ni narudarou." (Tidak bohong, ini sungguhan. Kalian akan lupa. Aku akan menjadi terkenal) ucapnya mantap.

"Memang kau akan menjadi apa? Sehingga kau begitu percaya diri sekali." Kini Natsu yang mencomot kentang goreng dicolek sambal tomat.

"Idol BoyBand."

"HEEEEEEEE!!!!"

Semua kaget, karena seorang Woo Jiho mau mencoba ke ranah peridolan, dimana bagi mereka dunia idol itu sangat keras (?).

Ketat dengan perarutan ini itu, harus berlatih setiap waktu, mengunjungi beberapa kota untuk promosi, jatuh bangun dicela. Kalutlah sudah semua teman-temannya ini.

"Jiho, bukannya aku melarangmu untuk berjuang di dunia peridolan." Natsu menepuk bahu Jiho, menarik napas sejenak. "Tapi, dunia idol itu sungguh keras. Kau yakin?"

Jiho hanya mengangguk mantap.

"Ini keputusanku. Apapun yang terjadi, aku akan melewatinya. Aku tidak akan melupakan kalian jika nanti aku sudah terkenal. Pegang kalimatku." Dia mengepalkan tangan kanannya dan menempelkannya didada kiri, mengucap sumpah dan janjinya terhadap teman-temannya.

"Ah, kau laki-laki. Pegang erat ucapanmu. Jika gagal. Ku sebut kau BANCI!"

"Hahahahahahahaha."

Natsu menengok kanan-kiri, mencari keberadaan seseorang yang belum juga sampai di tempat yang dijanjikan.

"Hey, gadismu itu jadi datang tidak? Kau berangkat kapan?" Natsu berbisik pelan takut-takut terdengar orang lain.

"Dia kan sedang ada jadwal kali ini. Dia telat. Tenang saja. Keberangkatanku besok siang. Kau mau mengantarku ke bandara?"

"Hey aku sudah pasti akan mengantarkanmu bodoh." Natsu memiting leher Jiho yang menyebalkan menurutnya tapi pasti akan sangat dirindukannya nanti.

"Jiho." Lirih Natsu.

"Hai"

"Ku harap pertemanan kita masih akan berlanjut. Aku pasti akan merindukanmu sangat. Tak ada yang menemaniku berburu wanita cantik di sekitaran Akiba. Hahaha." Ujarnya sambil menunduk.

"Hey, kita masih bisa berteman baik bukan? Tenanglah, jika aku memiliki waktu kosong. Aku pasti mengunjungimu. Jadilah lelaki yang baik." Jiho menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.

Natsu menampakan senyum yang menenggelamkan matanya. Dan mengangguk patuh.

"Hey." Sapa seorang gadis yang sedari tadi dinanti mereka berdua. "Maaf ya, aku sepertinya terlambat di perayaan perpisahanmu ini, Hoo."

"Gwenchana, duduklah sini." Jiho menepuk sebelah bangku yang kosong.

"Geuraeu? Jinja, kau ini Hoo. Jadi kapan kamu akan berangkat ke Korea?" Ran duduk di samping Jiho persis.

"Nde, besok siang keberangkatanku, kau mau mengantarkanku?"

"Oke aku akan mengantarkanmu."

Malam pun semakin larut dan mengantarkan mereka semua pada perpisahan yang berkesan untuk Jiho. Sahabat, rekan sekampus, dan wanita yang diam-diam dia sukai namun tak pernah tersampaikan, mungkin tak akan dia sampaikan menemani malam terakhirnya di Jepang sebelum kembali.

*******

Namba International Airport

"So, Ran, dan Natsu. Aku pergi dulu ya. Semoga kita bisa bertemu kembali." Jiho menatap kedua orang pentingnya dengan tatapan sayang.

"Natsu, pesanku, kuliah yang benar, jangan berkeliaran terus di Akiba, jika kau cepat selesai kan mudah untukmu berkeliaran disana."

"Ran, semoga kita bisa bertemu lagi. Hanya itu. Jaga kesehatanmu."

Dan mereka berpelukan sesaat, kemudian Jiho berjalan menuju pesawat yang akan mengantarkannya kembali ke Korea.

To be Continue

Hello, dear readers-nim. Baik yang silent reader dan memberikan vote. Aku ucapkan terimakasih sudah mau mampir ke Fanfictionku yang kesekian. Sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku ini.

Well, gak begitu penting juga, hanya saja maaf jika aku slow update. Karena keadaan Ibuku yang sedang sakit beberapa waktu lalu. Makanya baru bisa ku selesaikan hari ini cerita ini.

Tenang masih ada kok kelanjutannya. Maaf jika feelnya masih kurang.

So, selamat melanjutkan. Nantikan next chapt ya :)

With Love. Jso♡

Hiden Love an Idol LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang