Kedatangan Natsuki yang tiba-tiba langsung memberikan bogeman mentah ke pipi Jihoo membuat Ran maupun Jihoo tersentak kaget, pasalnya tidak ada yang mengetahui jika mereka berdua saat ini akan bertemu di tempat ini.
"Bingung dengan kehadiranku?"
Jihoo menyeka sudut bibirnya yang terasa asin, karena mengeluarkan sedikit darah. Sedangkan Ran, dia menatap marah ke arah Natsuki.
"Bisa tidak menggunakan kekerasan padanya Natsu?" Tegur Ran penuh dengan penekanan.
"Berbicara dengannya membutuhkan sedikit kekerasan Ran, jika kau lupa dengan scandalnya di negaranya sendiri itu akan ku ingatkan tak perlu sungkan." Natsu duduk dengan santainya di hadapan Jihoo dan Ran.
"Kami berdua saja menyelesaikan ini tanpa emosi, mengapa kau harus seperti itu Nats. Aku memang salah, tapi bukan berarti aku pantas untuk kau hukum seperti itu bukan?" Jihoo kembali duduk dengan tenang, meski harus merasakan sedikit perih disudut bibirnya. Sepertinya dia mengalami robek dibagian dalam.
"Benarkah itu." Natsu memandang Jihoo sengit.
"Seharusnya kan kamu tidak melakukan tindakan bodoh itu Jihoo, kalau kamu masih memiliki akal sehat. Tapi sepertinya kamu terlalu terbutakan oleh jarak yang membuatmu lupa kalau kamu masih memiliki Ran bukan?"
"Jihoo tidak seperti itu Natsu!"
"Ran, biar aku yang menjelaskannya." Jihoo menenangkan Ran yang tersulut emosi oleh Natsu.
"Kalau kamu berpikiran seperti itu maka kamu salah Nats, Jihoo tidak sebodoh itu. Semua manusia memiliki alasan tersendiri ketika mereka akan melakukan sesuatu." Ran menghela nafasnya yang memburu. "Aku sudah mendengarkan semuanya, dan itu tidak sepenuhnya salahnya. Lagi pula memang kami berdua ini tidak terikat pada suatu hubungan yang jelas bukan? Hanya memiliki perasaan yang sama. Dan kami menjalani impian kita masing-masing." Ran memandang Jihoo sesaat, dan kembali menatap Natsu sama sengitnya ketika dia menatap Jihoo. "Lalu kenapa kamu harus marah dan menyalahkannya."
Skak. Natsu tidak dapat mengembalikan kata-kata Ran.
Benar memang hubungan Jihoo dan Ran tidaklah didasarkan sebuah status yang jelas layaknya hubungan orang lain. Hanya memiliki perasaan yang sama tanpa mau merusak apa yang mereka jalani sekarang. Lantas, apa hak setiap orang yang menilai jika semua ini salah Jihoo yang tidak bisa menghargai hubungannya dengan Ran? Bahkan menilainya meninggalkan Ran sendirian?
"Nilailah aku sepuasmu Nats, tapi aku benar-benar tidak pernah berpikiran untuk melukai siapapun itu. Jika memang ternyata semua memang harus diakhiri sampai disini pun aku bisa apa. Semua aku kembalikan pada Ran. Aku tidak akan menyalahkannya, karena ini pilihannya. Dan aku menghargainya" Jihoo menggenggam tangan Ran dengan penuh pengharapan tentang hubungan mereka.
"Aku akan mengumumkan kejelasan hubunganku dengan Jihoo."
Baik Jihoo maupun Natsu memandang Ran dengan pandangan yang sulit diartikan. Mengapa? Mengapa tiba-tiba Ran mau mengumumkan hubungannya kehalayak publik.
"Kau tidak memikirkan Seolhyun, Ran!?" Natsu emosi mendengar penuturan Ran.
"Apakah Seolhyun juga memikirkanku dulu?" Ran membalas ucapan Natsu dengan emosi juga.
"Tapi itu bukan solusi yang bagus Ran. Ingat reputasimu di sini."
"Untuk apa kuperdulikan soal reputasiku di sini? Bahkan aku hanyalah manusia biasa? Apa aku harus terus-terusan berdiri untuk mereka?"
"Jaga ucapanmu Ran!" Jihoo mendelik tak suka.
"Kalian terlalu percaya dengan ucapanku. Pantas saja kalian berdua mudah terbakar emosi." Ran kembali menyesap minumannya santai. Tidak terlihat emosi seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiden Love an Idol Life
FanfictionIni adalah kisah cintaku yang terlalu rumit, sebuah kesalahan karena terlalu perduli padanya, membuatku terjebak di tempat mengerikan bernama penyesalan. Tapi dalam hati, selalu ada kamu. Tersimpan rapih, sampai waktu yang mungkin mengizinkan kita u...