Part 19 A

48 2 2
                                    

Wangi kopi menyeruak masuk ketika pintu itu terbuka. Ran memasuki coffeeshop favoritnya ini, berjalan santai karena ini bukan jam makan siang, ya jam makan siang sudah lewat sekitar dua jam yang lalu. Ran tersenyum ramah terhadap barista yang sedang bertugas hari ini.

"Selamat siang Ran-san. Ada yang bisa di bantu." Sapa gadis barista itu ramah.

"Aku mau pesan Frape Capuccino, dengan potongan Red Velvet ya. Miho-chan." Ran membaca name tag yang dipakai gadis itu.

"Ah terimakasih Ran-san," Miho tersenyum tersipu malu. "Saya ulangi kembali pesanannya, Frape Capuccino dan Red Velvet cakenya satu. Total semua jadi $15,2 Ran-san." Senyum Miho terus mengembang ketika melihat idolanya itu.

Ran mengeluarkan uangnya dari dalam dompetnya, namun terlambat. Sebuah tangan terulur memberikan membercardnya. Dan Ran tahu tangan siapa itu.

"Aku sekalian pesan Caramell Machiatto dan Tiramisu. Kadar susunya jangan terlalu banyak, aku masih mau menikmati pahitnya Machiattonya." Reflek lengannya langsung menarik Ran untuk duduk di bangku kesukaan mereka.

Miho semakin terperangah karena lelaki yang tadi menyodorkan kartunya adalah seorang idol papan atas ternama di Korea dan juga di negerinya ini. Astaga, Miho serasa bermimpi bertemu dengan dua idola itu sekaligus. Bahkan kalau boleh, Miho mau menjadi anggota reporter yang menyamar sebagai barista demi berita hangat ini.

Tapi kemudia dia tersadar sesuatu. Idol juga manusia. Mereka juga butuh akan kasih sayang, dan juga privasi. Sepertinya cukup sebagai konsumsi dirinya sendiri saja, tahu kalau idolanya sedang kedapatan berdua dengan idolanya yang lain. Dia harus bergegas membuatkan pesanan mereka berdua. Dan mengembalikan kartu yang tadi disodorkan lelaki itu.

Sedangkan ditempat kedua pasangan itu, lelaki itu tak pernah melunturkan senyum manisnya itu. Berbeda dengan perempuan yang berada dihadapannya saat ini. Wajahnya tertekuk ke dalam, dan menyiratkan emosi tertahan karena kelakuan lelaki di depannya ini.

"Kau ini, bisa untuk tidak mengundang rumor yang tidak-tidak diantara kita berdua?" Ujar Ran penuh dengan sarat emosi di setiap kalimatnya.

"Sesungguhnya aku berniat untuk mengumumkan hubungan kita yang sebenarnya sempat tidak terendus media sama sekali." Cengir lelaki itu tanpa beban sama sekali.

"Kau tidak melupakan gadis yang sekarang berada di negara asalmu bukan? Jihoo, jangan bertindak bodoh!" Ran menahan geramannya yang sudah sampai di ubun-ubun, tidak paham lagi dengan jalan pikir Jihoo. Ya benar, laki-laki dihadapannya sekarang ini adalah Jihoo, a.k.a ZICO, atau sebutlah si perusak hati para fanboy.

"Hahaha, yang kamu maksud Seolhyun?" Alis kanan Jihoo terangkat sebelah, seperti menilai akan seperti apa Ran jika dia menyebut nama perempuan lain dihadapannya.

"Ya siapapun itu lah." Ran mengalihkan pandangannya keluar jendela yang menampilkan jalanan Shibuya saat ini yang tidak terlalu ramai.

"Ran, berhentilah sampai disini. Aku ingin tertawa rasanya melihatmu merajuk seperti ini." Jihoo tertawa tertahan, tidak mau mendapat amukan dari Ran. Perempuan yang dulunya masih gadis dan begitu mengagumkan, sampai sekarang pun masih sama seperti dulu. Bahkan bertambah banyak.

"Berani kamu tertawa, akan ku pastikan Natsu merenggut nyawamu saat ini juga." Ran tetap tidak memalingkan wajahnya ke arah lawan bicaranya.

Tiba-tiba Jihoo sudah meletakan kedua tangannya di atas tangan Ran. Menatap Ran penuh kasih sayang.

"Lihat aku." Pinta Jihoo melembut, tidak semenyebalkan seperti tadi.

Ran menolehkan pandangannya ke arah Jihoo. Dan pandangan mereka berdua kini bertemu. Jihoo bisa menangkap pandangan Ran terhadapnya masih tetap sama seperti dulu, masih dengan tatapan penuh kasih sayangnya.

Hiden Love an Idol LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang