Second Meet

253 38 12
                                    

Cewek yang bernama Julieta itu tersenyum ketika melihat salah satu kamar yang dipegang nyaris rapih. Semua sudah tertata rapih oleh tangannya sendiri, seperti merapikan ranjang, memasang gorden, dan menyapu kamar itu dari debu.

Bahkan setelah selesai dia baru menyadari kamar yang dipijakinya bersebrangan dengan kamarnya. Dia masih mengira-ngira siapa pemilik kamar ini.

Julieta mendekati jendela dan membuka naik daun jendela. Dia duduk di kusen jendela yang tingginya sama dengan pinggangnya dan memandangi kamarnya. Dari sini terlihat jelas kepala ranjang dan nuansa kamar bercat kuning milik Julieta.

Hentakan sepatu Romero mengiringi langkahnya menuju kamar terdengar jelas oleh Julieta. Romero berhenti di ambang pintu saat melihat cewek berambut panjang duduk membelakanginya. Dia menyapu pandangan ke seluruh kamar. Rapi, beres, tapi kira-kira cewek yang ngerapihin kamar gue rapi dan beres juga nggak, ya? Masa gue udah ke kamar dia masih duduk diem di situ.

"Nih, jus stoberinya," kata Romero sambil menaruh segelas jus stoberi di nakas dekat dengan jendela juga dekat dengan cewek itu.

Julieta menahan napas mendengar suara cowok di belakangnya. Dia sendiri bingung mengapa dia setegang ini dekat-dekat cowok, atau karena dia kepergok oleh pemilik kamar yang ternyata pemiliknya cowok.

Romero duduk di tepi ranjang dan menimbulkan bunyi berderik, dia kagum dengan hasil kerja cewek tersebut, bahkan dia sempat mengira cewek ini bakal menjadi pembantu.

Julieta berdiri dan berbalik menghadap Romero. Ketika itu juga mata mereka bertemu dan terbuka lebar begitu juga mulut yang menganga.

"Balok es." "Anak kecil penggoda." Ucap Julieta dan Romero bertindihan.

"Lo ngatain gue apa?" tanya mereka bersamaan.

Julieta tersenyum senang. Dia tidak mempermasalahkan sebutan Romero tadi, dia senang mengetahui kamar yang berseberangan dengan kamarnya ialah kamar Romero.

"Seneng, ya, lo bisa gangguin gue lagi," Romero mengetus.

"Bukan gangguin lagi, tapi bisa ketemu dan saling menyapa dari balkon kamar tiap hari malah," kata Julieta senang.

Romero mencerna ucapan Julieta. "Jadi kamar seberang itu kamar lo?"

Julieta mengangguk keras-keras.

Jadi cewek yang gue liat manjat pohon dan buat gue tersenyum nggak sadar itu si anak kecil penggoda ini. Ini semua pasti salah, masa gue senyum gara-gara Julieta, nggak banget deh, jangan sampai dia tau kalo gue senyum ngeliat dia manjat pohon dan ngejek cewek di rumah dia. Eh ... tunggu ... cewek? Berarti cewek yang dia ejek itu Paradina dong?

Julieta tersenyum lebar hingga deretan giginya terlihat ketika melihat mimik wajah Romero yang cengok yang tidak tertebak, dia bertanya-tanya Romero sedang pose berpikir atau sedang kaget? Absurd.

Romero masih sibuk dengan pikirannya, Ini kesempatan gue buat nyuruh dia jauhin Paradina dari Sammy.

Romero menatap tajam Julieta, sedangkan yang ditatap masih tersenyum.

"Gue ada tugas buat lo," kata Romero tiba-tiba.

"Tugas apa?" Julieta menaikkan kedua alisnya, "Tapi ada syaratnya lho."

Romero sempat terdiam, dia sama sekali tidak memikirkan itu sebelumnya. "Apa syaratnya?" tanyanya.

"Syaratnya mudah, Romero harus manggil aku Juliet dan aku manggil Romero dengan panggilan Romeo, deal?"

Romero diam lagi, memikirkan syarat itu akan berpengaruh besar atau tidak ke depannya. Tapi tak apa, asal masalah Isyana selesai. "Deal, tapi ada juga syarat buat lo." Romero mengecilkan volume suaranya, "Gue mau jangan berbuat hal-hal lain selain tugas dari gue."

Romeo-nya JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang