Senyumnya mengembang melihat sambutan baik dari beberapa teman kakak perempuannya. Julieta kira teman-teman Paradina akan tetap sinis terhadapnya walaupun sudah bukan bagian dari geng Jessica.
Julieta menaruh makanan dan minuman yang dibeli sebelumnya ke meja kemudian duduk di sebelah Paradina. Matanya sempat melirik sebentar ke Romero yang jaraknya cukup jauh dari tempat yang dia duduki.
Cowok itu juga tengah melihatnya dan memberikan seulas senyum tipis seperti tersenyum sinis. Julieta sendiri membalasnya dengan kedipan mata seolah mengatakan ya. Lalu keduanya membuang pandangan sebelum Jessica menyadari kalau mereka hanya berpura-pura musuhan.
"Ekhm, lagi pandangan," sindir Sammy nyaris berbisik. Kontan Romero langsung memberi tatapan dingin tapi kemudian tatapannya berubah sendu. Sammy berusaha menenangkan adiknya, "Gapapa, nanti keadaan juga baik kayak semula nggak lama lagi, Ro."
"Iya," hanya itu yang bisa Romero tanggapi. Dia juga bisa mengatakan yang dikatakan Sammy, tapi yang jadi pertanyaannya ialah kapan. Romero sih percaya pertanyaan 'kapan' itu akan secepatnya terjawab, karena rencana Romero untuk menjatuhkan Jessica sedang berjalan.
Kedua mata Romero pun berpindah ke Jessica yang duduk di sudut kantin sehingga cewek itu tidak tahu sedang diawasi oleh Romero saking jauhnya jarak mereka.
Romero melihat Jessica tertawa-tawa, lalu beberapa saat kemudian dia melihat ponselnya. Wajah Jessica seketika berubah tegang. Dia sempat memasang pose berpikir dan kemudian senyum liciknya terulas. Ada hal yang akan Jessica perbuat dan membuat dirinya puas sekaligus senang.
Jessica pun berdiri, mengajak teman-temannya pergi entah ke mana. Salah satu teman Jessica, Junia, mencuri-curi lirik ke arah Romero. Saat Jessica beranjak pergi, Junia memberikan anggukan kepada Romero lalu menyusul Jessica.
"Let's start!" gumam Romero.
Tatapan tajam milik Jessica bergerak mengawasi sekitarnya sembari melangkah cepat menuju ruang kelasnya. Dia segera menelepon seseorang ketika suasana koridor yang dilewati sedang sepi.
"Matikan CCTV kelas Sepuluh IPS 4 dan sepanjang koridornya," kata Jessica pada seorang laki-laki dk seberang telepon.
"Jangan bilang lo mau nyelakain orang? Harusnya lo tuh kabur sebelum polisi datang!"
"Kalaupun gue bener ketangkep, di penjara nanti gue malah seneng kalau dia juga satu penderitaan sama gue."
"Lo gila!"
Jesssica tersenyum miring mendengarnya. "Gue memang udah gila sebelum lo bilang gue gila."
"Kalau rencana lo gagal?"
"There are many things I can do to get her hurt, including ... kill." Semua teman- teman Jessica bergidik ngeri mendengar perkataan Jessica. Selama mereka bersama-sama, baru di hari ini mereka melihat sisi buruk Jessica yang lebih jahat bahkan dikategorikan kriminal. "Inget kata gue, matiin CCTV kelas Sepuluh IPS 4 dan sepanjang koridor kelas Sepuluh IPS."
"Oke, semoga beruntung."
Jessica menutup telepon dan mengunci pintu ruang kelasnya. Dia berbalik badan menatap teman-temannya. "Gue mau kerja sama dari kalian."
Teman-teman Jessica diam sambil bertukar tatapan.
"Tapi sebelum itu gue mau kasih tau kalian satu hal yang nggak pernah kalian ketahui sebelumnya. Satu hal ... yang mungkin tak pernah kalian duga-duga. Satu hal ... yang mungkin membuat kalian ingin segera enyah dari grup ini dan bahkan menjauhi gue." Jessica melangkah mendekati teman-temannya namun justru mereka bergerak mundur perlahan dengan degupan jantung yang memburu. "Oke, cukup basa-basinya. Gue to the point aja, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo-nya Juliet
Teen FictionMerupakan hal yang menjengkelkan bukan? Jika kamu diganggu oleh cewek ekstrover yang hiperaktif sekaligus suka menggoda banyak cowok dan penyandang nama playgirl, meskipun berparas sangat cantik. Jika 'ya', berarti kamu termasuk introver dan kamu se...