Matanya terbuka. Terbangun dari tidurnya. Setelah beberapa saat nyawanya mulai terkumpul, matanya menyesuaikan cahaya dan langsung melihat jam dinding yang terpasang di atas pintu kamar.
"Jam enam," gumamnya mulai memejamkan mata kembali. Bagi Romero, jam enam di hari Sabtu masih agak malam. Tubuhnya berguling ke kiri dan mengeratkan selimut serta guling, lalu kembali tidur.
Tapi....
"I know what you did last summer ... just lie to me, there is no others ... I know what you did last summer ... tell me where you're been ... I know what you did last summer ... look me in the eyes my lover ... I know what you did last summer ... tell me where you been."
Seseorang bernyanyi. Dengan keras. Dari kamar sebelah.
Mata Romero membuka cepat. Kamar sebelah? Kamar sebelah?!!
Dia terduduk. Kantuk lenyap seketika. Seingat dia, kamar sebelah kamarnya itu kosong. Tapi kok ... atau jangan-jangan .... Ah, masa ada hantu malam menjelang pagi kayak gini.
Nyanyian itu masih terdengar, tapi dari suara penyanyi aslinya.
"When she looks me in the eyes ... They don't seem as bright ... no more, no more, I know ... but she loved me at one time ... would I promise her that night ... cross my heart and hope to die."
Memastikan pendengarannya salah, Romero membuka tirai jendela lalu menaikkan daun jendela. Dia diam sesaat, mempersiapkan diri untuk menongolkan kepala keluar jendela dan melihat ke jendela kamar sebelah. Lalu dengan gesit kepala ditongolkan keluar jendela dengan wajah menghadap kanan.
"Hai," sapa seorang cewek berbaju putih sedang duduk di jendela yang terbuka.
Romero terbelalak, seakan mata itu akan meloncat keluar, dan Romero takut dengan itu. "Hantu!!" Romero lantas berteriak nyaring.
Tak hanya berteriak. Tubuhnya goyah ke belakang karena kaget.
Ini sulit dijelaskan. Tapi jika diperlambat dan disebutkan satu per satu, mungkin akan terlihat sangat jelas.
Kepala Romero membentur sisi jendela. Disusul tubuhnya yang mendarat ke nakas sisi kiri ranjang. Jam beker, smartphone, dan gelas kosong di atas nakas berjatuhan hingga timbul suara keributan. Tak lupa dengan tangan Romero yang menggenggam tirai, langsung saja tirai itu lepas dari tempatnya. Dan satu lagi, tirai itu menutupi Romero.
Betapa sialnya jam enam pagi, eh, enam malamnya Romero hari ini.
"AHAHAHA," cewek berbaju putih yang duduk di jendela itu tertawa puas.
"Arghh!!" Romero berteriak kesal sambil menyingkirkan tirai yang menutupinya. Lantas dia kembali berdiri di jendela. "Woi! Resek banget sih lo!" teriaknya kepada Julieta.
Yap, cewek berbaju putih yang duduk di jendela kamar sebelah itu ialah Julieta, tetangga depan kamarnya, playgirl tersohor, dan bocah pengganggu.
"Dih," Julieta mendelik heran, "Marah," dia kembali tertawa. "Siapa yang resek? Aku cuma nyanyi sambil duduk di sini masa dibilang resek," Julieta membela diri.
Romero menatap kesal cewek itu. Menatap Julieta yang kedua tangannya berpegangan di sisi jendela, rambutnya yang dikuncir kuda bergoyang mengikuti punggungnya terayun ke kanan-kiri. "Jatuh, baru tau rasa lo," umpat Romero lalu menarik tubuh masuk ke dalam kamar.
"Eits, masih pagi nggak boleh nyumpah!" peringat Julieta seperti menasehati anak kecil.
Romero merobohkan tubuhnya ke ranjang. Berniat kembali tidur. Namun, sepertinya hari Sabtu ini menjadi Sabtu pertama Romero bangun pagi. Ini gara-gara Julieta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo-nya Juliet
Fiksi RemajaMerupakan hal yang menjengkelkan bukan? Jika kamu diganggu oleh cewek ekstrover yang hiperaktif sekaligus suka menggoda banyak cowok dan penyandang nama playgirl, meskipun berparas sangat cantik. Jika 'ya', berarti kamu termasuk introver dan kamu se...