Too fast

128 17 0
                                    

Padahal masih tersisa 12 hari lagi untuk Cancero kembali dari Australia dan untuk Romero menjaga Julieta. Tapi di hari ke-18, keduanya harus terhenti karena bocornya informasi yang seharusnya masih Julieta rahasiakan dari papinya.

Segala macam hal telah Romero lewati selama 18 hari lalu, terkecuali quality time mereka. Dan sepertinya hal yang satu itu tidak akan terjadi mengingat Cancero sangat protectif terhadap putri bungsunya.

Kali ini, di situasi ini, sudah menjadi kali keempat Cancero kembali lebih cepat dari urusan bisnisnya, dan kali keempat itu hanya karena mendapat kabar Julieta sakit. Dan juga hingga di kali ketiga Cancero tak pernah marah seperti di kali keempat sekarang.

Iya sih, di kali pertama hingga ketiga itu Julieta hanya mengalami flu biasa dan demam. Tapi Cancero tentu sangat tidak terima kalau Julieta memaksa Erdogan dan Romero menyembunyikan sakit DBD itu darinya, mengingat penyakit DBD menjadi daftar teratas penyakit mematikan dan berbahaya. Dan satu hal yang paling penting, penyakit DBD itu juga yang merengut nyawa istrinya alias maminya Julieta.

Parahnya, Cancero mendapat kabar Julieta sakit pada saat Julieta dipindah rawat ke ICU. Tentu saja itu membuat Cancero sangat khawatir sekaligus marah. Gara-gara Paradina memberitahu hal ini, dia telah membuat Julieta lebih kesusahan untuk meredam amarah Cancero sekarang.

"Papi marah, Julieta," katanya memulai percapakan.

"Iya, maaf," balas Julieta yang masih duduk di kursi rodanya untuk duduk saling berhadapan dengan Cancero..

"Kenapa kamu sengaja nyembunyiin sakitnya kamu?" tanyanya sambil duduk menegak dengan kedua tangan masih terlipat di depan dada.

Mata Julieta menatap penuh tuduh ke Erdogan yang duduk di sofa, menduga Erdogan lah yang membocorkan hal ini. Tangan Erdogan dan wajahnya tergurat seolah berkata 'bukan aku' lalu menunjuk Paradina yang duduk di sebelahnya. Julieta kembali menatap Cancero. "Karena aku nggak mau bikin Papi susah."

"Bikin Papi susah? Berarti kamu nggak mau disayang sama Papi?"

"Ihh, bukan gitu maksud aku, Pi."

"Papi selalu bilang 'kan ke kamu tiap pergi untuk urusan bisnis, 'kalo kamu, Radin, sama Erdo sakit atau hal buruk lainnya harus bilang ke Papi."

"Yaa tapi enggak empat kali juga aku bikin urusan bisnis Papi terganggu."

"Bisnis Papi nggak ada apa-apanya dibanding kepentingan anaknya."

Julieta diam sambil menatap jemarinya yang dimainkan.

Cancero kali ini tampak benar-benar marah, bukan marah bohongan yang ditujukkan ke Paradina agar terlihat bertindak adil seperti biasanya.

Dada Julieta sesak, jantungnya seperti diremas-remas secara berulang tiap kali membayangkan kalimat menyakitkan apa lagi yang akan diucapkan Cancero. Tiap bertambahnya detik pula, wajah Julieta mulai berubah dan matanya panas.

"Erdo, Radin, kalian tunggu di luar dulu sebentar sampai Papi suruh masuk lagi," perintah Cancero.

Erdogan dan Paradina menuruti perintah papinya.

"Dan kamu Mero, kamu juga keluar sebentar. Terus ganti baju kamu," pintanya kepada Romero yang setia berdiri di belakang Julieta.

Romero melihat dirinya sendiri dari bawah ke atas. Yang benar saja, saking senangnya setelah ngerjain Dirga tadi dia lupa sampai lupa untuk ganti baju. "Iya, Om." Dia beranjak ke sofa sebentar untuk mengambil baju lalu pergi keluar.

Cancero menghela napas. Melihat rambut panjang Julieta yang terurai dan berlanjut ke tangannya yang tak bisa diam. Dia bergerak meraih kedua tangan Julieta kemudian menuntun Julieta untuk berdiri sambil berkata, "Ayo, sini." Hingga membuat Julieta duduk menghadapnya.

Romeo-nya JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang