Tatapannya kosong mengarah kamera polaroid yang tergeletak di atas tas. Tangannya mengelus lembut bulu boneka biru bernama Evan yang tengah dipeluk. Punggungnya pun bersandar pada kepala ranjang. Dari pintu balkon yang sengaja dia buka lebar, masuklah angin yang menerpa rambut cokelatnya yang tergerai.
Gue harus gimana? tanyanya dalam hati. Sudah dua hari belakangan, Julieta terus dilingkupi rasa takut karena masih belum bisa juga memenuhi tantangan untuk mengakhiri permainannya dengan Jessica.
Julieta memegang boneka biru dengan kedua tangan dan menghadap wajahnya. Lalu berbicara pada boneka itu. "Evan, kamu tau nggak caranya?"
Boneka itu tetap diam. Tentu, dia itu benda mati! Kecuali makhluk hidup, pasti dia akan menjawab, itupun kalau dia paham apa yang dimaksud dari pertanyaan Julieta.
"Nggak tau," jawab seseorang dari arah balkonnya. Tentu saja yang menjawab Romero. Siapa lagi kalau bukan Romero yang terkoneksi dengan kamarnya Julieta.
Begitu tahu itu jawaban Romero, lantas Julieta bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah balon. Dirinya melihat Romero sedang mengipas-ngipas kepalanya dengan kipas. "Romeo denger aja!" kata Julieta sambil menyandar susuran balkon.
"Denger lah, pita suara lo 'kan diambil dari dalemannya toak tukang tahu bulet, jadi suara sekecil apapun tetep aja masih kedengeran."
"Dih, nyebelin," cibir Julieta.
"Bodo," tanggap cowok itu cuek. "Lagian juga lo nanyanya ke Evan. Evan itu 'kan nama kecil gue, otomatis lo nanya ke gue juga. Emang minta cara buat apaan?"
Deg! Bibir Julieta pun terbungkam rapat, tak bisa menjawab. Namun sebuah ide jail terlintas di kepalanya agar mengalihkan pembicaraan, lalu dia menjawab. "Cara cepat agar Romeo mencintai Juliet."
Dengan wajah yang datar Romero tidak menanggapi jawaban Julieta. Dia mengulang pertanyaannya, "Cara buat apaan?"
"Ihh, udah dibilang cara cepat agar Romeo mencintai Juliet." Julieta masih mengalihkan.
"Serius dih," tekan Romero mulai kesal.
"Iyaaa, cara cepat agar Romeo mencintai Juliet." Julieta tertawa ringan melihat raut wajah Romero yang terlihat lucu saat sedang kesal. Itu satu-satunya alasan mengapa Julieta suka sekali meledek Romero hingga cowok itu kesal.
Romero menghembuskan napasnya kasar. "Terserahlah."
Julieta tertawa ringan lagi. "Malem-malem gini Romeo ngapain kipasan di luar?"
"AC gue mati barusan."
"Uuuuu tatian. Turut berduka cita, ya, atas kepulangan AC-nya."
Romero cuek, sibuk mengipas untuk meredakan panas yang masih menerjang tubuhnya.
Lihat betapa cueknya cowok satu ini?! Bagaimana Julieta bisa terlepas dari belenggu perjanjian jika cowok itu sulit sekali ditebak akan tersenyum karena apa dan kapan. Salahnya Julieta juga sih kenapa menyepelekan tantangan untuk membuat Romero tersenyum.
"Romeo itu ... jutek, cuek, dingin pake banget, ya?"
"Iya, memangnya kenapa?"
"Sampai foto-foto di sosmed aja nggak ada yang senyum sama sekali. 'Kan akunya jadi susah," ucap Julieta kian lama kian tak sadar dengan tatapan menewarang.
Romero tergelak. "Apa?"
Julieta kembali dari alam lamunannya. "Eng, enggak, gapapa."
"Lo nge-stalk sosmed gue? Semuanya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo-nya Juliet
Novela JuvenilMerupakan hal yang menjengkelkan bukan? Jika kamu diganggu oleh cewek ekstrover yang hiperaktif sekaligus suka menggoda banyak cowok dan penyandang nama playgirl, meskipun berparas sangat cantik. Jika 'ya', berarti kamu termasuk introver dan kamu se...