Sebuah lift mengangkat naik sepasang orang dari lantai 3 menuju lantai 5. Hanya mereka berdua yang ada di dalamnya. Sama-sama diam, canggung, tak sanggup berkata-kata. Memang sih, sudah lima hari mereka tak berbicara padahal seringkali bertemu.
"Kenapa lo tadi ada di tangga darurat?" tanya cowok pada cewek yang tengah dia gendong di belakang.
Ya kali, gue jawab kalo gue ke sana karena mau kabur buat ketemu dia, jawab cewek itu dalam hati.
Melihat cewek di punggungnya diam saja dengan wajah menghadap wajahnya, tak membuatnya ikut diam juga. "Hmm, gimana keadaan lo sekarang? Udah mendingan?"
Si cewek tetap diam seraya menjawab dalam hati. Aku kangen banget sama kamu. Setelah kita perpapasan tadi, rasa kangen aku mulai ilang. Tapi aku nggak berani bilang itu ke kamu, Romeo.
Romero. Ya, Romero. Cowok yang selama 5 hari yang telah Julieta duga sudah meninggal. Romero masih bersabar karena tak mendapat sedikitpun jawaban dari pertanyaan yang diajukan ke Julieta. Romero juga makin malu akibat itu. Sebab, setelah keluar dari lift ada banyak orang di sekelilingnya, berjalan melewati orang banyak dengan menggendong Julieta ke kamar inap sambil bertanya tapi tidak dijawab alias berbicara sendiri.
Romero menghela napas. Bukan karena Julieta, tapi karena tatapan mata orang-orang di sekitarnya. Dia merasa tidak nyaman dan malu. Dia juga bingung, mengapa di jam 5 pagi orang-orang berada di depan kamar inap semuanya.
Julieta sama seperti Romero. Merasakan malu karena ditatap oleh orang-orang sepanjang koridor. Pasti mereka pada keluar gara-gara denger Kak Erdo teriak-teriak manggil gue. Kyaaa, gue malu!!
"Aneh. Kenapa rame banget di koridor jam 5 subuh begini?" tanya Romero untuk memancing Julieta berbicara, tapi tetap saja tidak mempan.
"Ngomong dong," ucap Romero agak sedikit merajuk. Hal itu membuat Julieta beralih menatap mata Romero. "Udah 5 hari kita nggak face to face gini. Tiap gue jenguk pun lo selalu dalam keadaan tidur."
Pandangan Julieta kembali ke semula. Dia menjawab tidak nyambung nan semampu bibirnya bergerak sambil memejamkan mata, "Kangen."
Kedua alis Romero naik. Dia tak mengerti dengan yang dikatakan Julieta, tak ada hubungannya sama sekali dengan 3 pertanyaan dan 1 curcolnya. Namun, hati Romero merasa tergerak mendengar kata tersebut. Sangat terasa jelas perbedaan intonasi suara Julieta yang tadi dengan yang biasanya.
Tetapi ... Romero mengabaikan hal-hal tersebut. Dia hanya menyimpulkan kalau Julieta sedang mengigau dan tak sadar dengan yang diucapkan setelah melihat kedua mata cewek itu terpejam.
Sesudah sampai di dalam kamar, dengan perlahan Romero meletakkan Julieta yang menurutnya tengah tidur ke ranjang. Agak kesulitan sih karena berusaha menidurkan seseorang dari gendongan di belakang, tapi itu tidak masalah bagi Romero.
"Dih, kirain tidur," kata Romero ketika berbalik dan melihat Julieta duduk sambil menatapnya. Dia menarik bangku dari kolong ranjang dan diduduki. Sejenak matanya menyapu seluruh ruangan dan kembali menatap cewek itu. "Erdo mana?"
Perlahan katupan bibir Julieta terbuka dengan sorotan mata menerawang. Ya kali, gue bilang ke Romeo kalo Kak Erdo lagi ngejar gue yang kabur gara-gara nggak percaya kalo dia enggak meninggal.
Kedua alis Romero terangkat melihat mimik wajah Julieta yang agak terlihat bingung malu-malu disertai pipinya berona merah. Sambil bertanya, dia menyilangkan kedua tangan dan menyandarkan tubuhnya ke bangku, "Lo kenapa sih? Diem aja. Tumben banget ... plus aneh juga. Nggak biasanya."
Julieta menanggapinya dengan senyum kecil dan tersipu. Rasanya, Julieta merasa sangat malu, terutama seperti cewek bego yang menerka-nerka takdir seseorang hanya karena sebuah mimpi tanpa mencari tahu lebih dulu kebenarannya. Seperti cewek gila yang takut kehilangan sosok cowok yang begitu benci dengan cewek playgirl macam dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo-nya Juliet
Teen FictionMerupakan hal yang menjengkelkan bukan? Jika kamu diganggu oleh cewek ekstrover yang hiperaktif sekaligus suka menggoda banyak cowok dan penyandang nama playgirl, meskipun berparas sangat cantik. Jika 'ya', berarti kamu termasuk introver dan kamu se...