Word Sorry

212 25 3
                                        

Bukan karena ikut-ikutan tidak benar dengan pergi ke kelab, tapi Julieta hanya ingin tahu bagaimana tempat bernama kelab itu. Memang sih sewaktu menolong Paradina, Julieta masuk ke sana, tapi tak terlalu memperhatikan karena kondisi yang tak memungkinkan. Dia hanya ingin tahu. Dia ingin masuk sebentar setelah puas melihat-lihat dia akan pulang.

Julieta sudah menjelaskannya ke Arina dan tetap tidak diperbolehkan.

Berbagai cara telah Arina buat agar menghalangi Julieta tidak pergi ke sana. Bahkan sesuai perkataan Arina mengenai sepupu-sepupu Romero, dia mengundang mereka semua ke rumahnya bahkan memesan banyak makanan.

Julieta hanya duduk diam tak berkutik di sofa ruang keluarga selama Arina mengurus persiapan pesta dadakan bersama keponakan-keponakannya di rumahnya.

Tak beberapa lama kemudian, beberapa sepupu Romero sudah tiba, yaitu Skandar, Sheka, Anania, dan Andreno. Sedangkan Isyana dan kembarannya, Irsyan, dalam perjalanan kemari setelah membeli banyak porsi ramen. Begitu bunyi bel dari pintu terdengar, Arina menghampirinya dan mempersilakan untuk masuk.

Anania, sepupu angkat Romero, mendekati Julieta perlahan-lahan. "Nama kamu Julieta 'kan?"

Yang ditanya hanya mengangguk.

"Aku kenal kamu lho di sekolah, tapi kayaknya kamu nggak kenal aku, padahal kita seumuran."

"Memangnya kamu kelas berapa?" tanya Julieta masih dengan wajah cemberut.

"Aku kelas Sepuluh Bahasa Dua."

"Oh. Aku kelas Sepuluh IPS Empat. Berarti kelasnya jauhan, pantes aku nggak kenal kamu. Setau aku jurusan Bahasa 'kan jarang berbaur gitu."

"Iya, begitulah." Anania memang dikenal sepupunya mudah membuat orang lain nyaman terhadapnya. Lagipula hanya dia dari sekian banyak orang di rumah ini yang bisa membuat Julieta kembali banyak berbicara.

"Aku kira kamu orangnya nakal tapi pas udah ngobrol tadi kayaknya enggak deh," lanjut Anania.

"Memang enggak, aku kan nakalnya cuma sama cowok aja," Julieta membela diri.

"Berarti sama kakaknya juga dong?" sahut Erdogan di belakang Julieta.

Julieta menoleh ke belakang. "Kak Erdo?"

"Kenapa? Kaget, ya, gue pulang?" Erdo berjalan memutari sofa dan duduk di sebelah Julieta. "Gue sih nggak bakal pulang kalo Papi nggak pergi ke luar negeri."

"Parad ke mana? Nggak pernah keliatan?" tanya Julieta.

"Radin nginep di apartemen temennya. Abisnya lo sama Radin suka berantem mulu sih kalo di rumah, jadi Papi ngijinin deh Radin nginep di apart temennya."

Julieta mengangguk ejek. "'Kan dia yang duluan mulu."

"Juli!" peringat Erdo.

"Hai, semuanya!" sapa Isyana dengan meriah sambil membawa dua kantung plastik Ramen di masing-masing tangannya dengan bangga.

Sedangkan di belakangnya, Irsyan kerepotan membawa berkantung-kantung Ramen. "Bantuin napa?" Irsyan meminta tolong pada sepupu yang lain. "Kembaran gue kejam banget."

Andreno dan Skandar membantu Irsyan sambil tertawa-tawa.

Isyana memutar tubuhnya sejenak. "Gue 'kan cewek. Makanya kenapa pas 'lomba lari' nggak ngajak yang cowok aja, nyesel 'kan lo ngajakin gue," candanya pada Irsyan. "Udah ah, ini khusus buat gue sama Mero."

Julieta dan yang lainnya tak henti-hentinya tertawa melihat tingkah lucu saudara kembar itu. Dia sempat membayangkan betapa bahagianya keluarga ini dengan orang-orangnya yang saling menyayangi dan rukun. Julieta jadi iri pada mereka.

Romeo-nya JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang