Chapter 6: Kau Sebagai Intinya

3K 260 63
                                    

****

Angel Finkster Point Of View

Aku tak habis pikir bahwa pria yang menolongku itu masih hidup. Awalnya aku mengira bahwa mungkin pria yang menolongku itu sudah mati dibunuh oleh psikopat brengsek itu. Tapi kenyataannya tidak. Pria itu masih hidup.

Pria yang membantuku itu sekarang telah menginjak kakinya dirumah ini. Aku berusaha memastikan wajahnya dengan melihat menggunakan kedua mataku jelas-jelas. Ya, tidak salah lagi Dia Kevin Jekwiz.

Tapi percuma saja, sampai sekarang Arnold masih belum percaya dengan semua ini. Ia meyakini bahwa aku mungkin saja membayar kedua pria itu untuk menjadi barang suruhanku, padahal sebenarnya tidak.

Memangnya Arnold ingin melihat bukti apa lagi? Aku sudah mempunyai cukup bukti untuk kejadian itu, tapi dia tidak mempercayainya. Dasar kakak yang keras kepala.

Barusan Arnold mengajak Kevin untuk ikut bersamanya─berbicara empat mata. Ia menyuruh Kevin ikut bersamanya menuju ke dalam lorong yang menghubungkan ruang tamu ini dengan ruang keluarga.Sebenarnya apa yang ingin Arnold bicarakan pada Kevin, yang pastinya aku tak tahu.

Sebelum Arnold mengajak Kevin untuk ikut bersamanya, Arnold terus mengelak perkataan Kevin. Sebenarnya bukan hanya Kevin saja, tapi aku dan pria cerewet yang bernama Jemmie itu juga.

Raut wajah Arnold menampilkan bahwa ia sangat mencurigai kami bertiga. Aku memang tahu persis sifat kakakku ini, ia berpendirian yang tetap. Sekali ia tak mempercayai kejadian disekitarnya, berarti untuk selamanya ia tak akan percaya walaupun bukti yang ditunjuk padanya cukup kuat.

Sekarang Aku dan pria cerewet yang bernama Jemmie itu sedang duduk menunggu diruang tamu ini--menunggu hingga Kevin dan Arnold selesai dari perundingan mereka.

Sebenarnya aku ingin sekali menguping apa yang dibicarakan mereka berdua disana. Tapi karena ada pria cerewet itu, maka aku harus menjaga sikap sopan santunku pada tamu yang sama sekali tak diundang.

Jujur, aku memang sama sekali tak menyukai sifat pria bermulut cerewet layaknya seperti pantat ayam. Menurutku mereka sama halnya seperti wanita nakal. Dan pria yang kumaksudkan itu telah berada dirumah ini, dan sekarang sedang bersamaku--Jemmie.

Sedari tadi tatapannya terus mengarah padaku sehingga membuatku salah tingkah. Tatapan matanya terlihat sangat tajam seperti sedang melihat sesuatu yang aneh dalam diriku. Karena merasa terganggu, aku sengaja mengalihkan pandanganku dan beralih memainkan handphone.

"Jangan melihatku seperti itu! Agar kau tahu, matamu terlihat seperti membusuk." Aku membentaknya pelan sambil mataku tetap mengarah pada handphone
yang kupegang.

Tidak lama kemudian, ia menggeser tubuhnya berusaha mendekatiku. Sontak aku mengerutkan dahi kebingungan melihatnya.

"Aku turut berduka cita atas apa yang menimpamu," kata pria cerewet itu. "Hidup itu cuma sekali, Angel. Jadi pertahankan hidupmu dan jangan sampai psikopat itu merenggutnya. Tetaplah waspada."

Aku terkaget mendengar perkataannya barusan. Sontak aku dengan gesit memutar kedua bola mataku kearahnya, ia terlihat tersenyum padaku layaknya seperti seorang pria yang tahu segalanya tentang selak beluk kehidupanku.

"Kau tahu apa tentang hidupku?"

Aku sengaja menunjukkan muka datarku padanya dan kembali fokus memainkan handphone. Tak puas dengan itu, ia kembali melontarkan perkataanya padaku. Kali ini suaranya terdengar jelas penuh penekanan.

"Kedua bola matamu bisa menunjukkan kepribadianmu itu."

Mendengar itu, sontak aku kembali mendongakkan kepalaku pada wajahnya.
Aku melihatnya menatap wajahku dingin. Tidak kusangka ternyata pria cerewet ini bisa berubah drastis menjadi seorang pria dingin.

Psychopath AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang