Chapter 25: Jax Paxton?

1K 82 8
                                    

Saat Alan dan Angel masuk dan melewati bibir pintu, sebuah sinar sensor begaris-garis biru menjalar di tubuh mereka. Layar monitor di dekat dinding pintu menyala, muncul gambar senjata seperti kapak dan pisau di sana. Ada juga suara notifikasi yang keras berbunyi di computer Albert di meja.

Alan dan Angel terdiam, mereka saling bertatap.

"Hampir saja ketahuan," ucap Alan. "Angel, segera matikan layar monitor di dinding itu. Cepat."

Angel mengikuti perintah Alan. Jari tangannya mengetuk system penghapus berkas di layar. Layar kemudian menghapus data sensor itu menjadi kembali seperti semula, tidak ada tanda darurat lagi. Alan berjalan dengan tenang menuju meja Albert, mengetik tombol keyboard dengan cepat di computer Alan.

Disaat itu juga pintu ruangan terbuka, muncul Albert di mulut pintu dengan sinar sensor bergaris biru yang men-scan tubuhnya. Alan dengan cepat menarik kedua tangannya di keybord dan menjauh dari meja. Ia ternyata belum menghapus hasil scan di tubuh mereka, ia hanya menekan tombol kembali. Jejaknya masih terlihat dipusat notofikasi.

"Hallo, Detektif Suckle."

Albert berjalan mendekatinya, melewati Angel dengan sekali melangkah. Kepala Kepolisian itu membuka jas cokelat tuanya, menggantungkannya di tempat penggantung seperti tiang di pojok ruangan dekat meja kerjanya.

"Maafkan aku membuat kalian lama menunggu."

Albert kemudian berjalan dan duduk di meja kerjanya, mendapati layar komputernya dalam keadaan mati. Alan masih tetap berdiri di dekat meja kerja Kepala Kepolisian itu, tepat di samping tubuh Albert.

"Tidak terlalu lama, Jenderal Albert. Aku dan temanku baru saja datang kemari," ucap Alan. Pria yang disebut Detektif Suckle itu menuntun Angel untuk duduk di sofa merah tepat diantara meja-meja besar yang berkaca transparan.

Diwaktu Alan dan Angel hampir saja ketahuan oleh Albert, disaat itu juga Renold, Jamez, dan Charlie kini telah berada di depan pintu belapis baja seperti yang Alan katakan, tepat di dantara kedua patung pihak kemanan yang bertengger. Mereka mengikuti arahan Alan dengan begitu sempurna, kini tinggal saja menunggu kedatangan Jeniffer, Karen, dan Hanna yang akan memberitahukan kode dua belas digit untuk membuka pintu ruangan tahanan.

"Kemana saja mereka?" tanya Jamez, gusar. "Ini sudah jam sepuluh lebih. Tiga belas menit lagi para pihak kemanan datang untuk melakukan penggeledahan."

"Kau tenang saja, Jamez. Jeniffer lebih berpengalaman mencari berkas-berkas tersembunyi. Kau kira itu gampang?" tanya Charlie.

Seketika muncul suara bising di mikrofon Renold. Ia segera mengarahkan pada mulutnya.

"Kalian sudah dapat berkasnya?" tanya Renold pada mikrofon, menghantarkan suara hingga didengar oleh Jeniffer di seberang sana.

"Kami baru saja memecahkan kaca. Sekarang akan mencari," ucap Jeniffer.

"Baru mau mencari?"

"Jangan bodoh, memecahkan kaca di tempat ini bukan seperti mengorek upilmu."

Jeniffer kesal. Ia menjauhkan mikrofon yang ada di dekat telinganya. Suara Renold terus menerus memanggilnya, itu membuat Jeniffer menekan tombol off di mikrofon, membuat benda pintar itu tidak bekerja.

Davis kini berada di dalam terowongan, melewati jalur yang sama seperti Renold, Jamez, dan Charlie. Pria itu merangkak di sepanjang terowongan itu, menaiki tanjakan terowongan menggunakan kedua tangannya, berpuluh-puluh kali berbelok, dan akhirnya sampai di jalur terowongan yang terputus, tempat Renold, Jamez, dan Charlie harus turun dengan hati-hati di terowongan yang curam untuk menginjak lantai putih diujung sana. Persis seperti itu, Davis melihat lantai putih seperti yang Renold lihat tadi.

Psychopath AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang