Chapter 10: Kau Harus Mengambil Matanya

2.2K 245 81
                                    

****

Perhatian: Part ini mengandung aksi pembunuhan dan sadis. Diharapkan jangan meniru adegannya. Selamat membaca.

Kini aku dan Renold telah berada disebuah jalan raya. Aku sama sekali tak mengenali tempat ini. Syukurlah, itu memudahkanku untuk tidak bertemu lagi dengan mereka.

Jalanan begitu ramai. Banyak mobil-mobil berparkir di beberapa toko. Banyak juga orang-orang yang berlalu lalang di sembarang arah.

Beberapa bangunan bernuansa Eropa mengambil ahli pandanganku. Bangunan itu dibumbui cat berwarna orange terang, layaknya seperti warna langit disaat matahari terbenam. Kau salah, jika mengatakan bahwa tempat ini sepi.

Aku mengehela nafasku seraya melirik ke arah Renold, ia terlihat tersenyum padaku.

"Dimana keempat temanmu?" tanyaku padanya. Tadi ia mengatakan bahwa keempat temannya sedang menunggu kami. Dan, aku sama sekali tidak melihat ada yang menyapanya.

"Mereka pasti sudah pergi mencari mangsa yang lain, itu karena kau yang terlalu lama," ucapnya, "Biar saja, biar kita melakukan ini sendirian."

Mendengar perkataannya, aku mengehela nafas berat. Ah! Kurang seru jika membunuh tanpa mereka. Aku melihat ke arahnya dan berkata, "Baiklah, kita bisa mulai?"

Renold mengangguk pelan. Seringaian muncul di bibirnya. Ia melihatku dengan tatapan membunuh. Masih dengan orang-orang yang berlalu lalang menyamarkan wajah membunuhnya.

"Ikut aku, kita bisa mencari tempat yang lebih enak," ucapnya. Ia segera menarik tanganku dan berjalan menuju tempat yang agak sepi.

Aku dan Renold berjalan mencari-cari tempat yang aman untuk membunuh. Kami belum sama sekali menemukan tempat yang agak sepi, semua tempat di wilayah ini penuh orang-orang yang berlalu lalang.

Hingga akhirnya aku dan Renold berhenti di sebuah restoran. Kami telah berada di depan sebuah restoran, lebih tepatnya dekat sebuah tempat parkir. Kelihatannya, restoran ini cukup mahal untuk para pengunjung.

Lihat, semua pengunjung restoran itu berpenampilan seperti orang berada, maksudku, orang kaya. Bodoh sekali, aku tak mau menghabiskan banyak uang hanya untuk makan direstoran itu. Masih banyak restoran lain yang jauh lebih murah, bahkan menu makanannya juga hampir sama.

Aku bisa melihat banyak mobil-mobil mewah berjejer rapi. Orang-orang didalam restoran itu sibuk dengan hidangannya, ada juga pelayan-pelayan yang sok sibuk mengantarkan pesanan.

Aku rasa tempat ini lebih cocok untuk membunuh seseorang. Lihat, tempat ini agak sepi pengunjung, hanya didalamnya saja yang begitu ramai.

"Kau melihat pria itu?" ucap Renold. Ia baru saja membuyar lamunanku. Ia menyodorkan bibirnya ke telingaku berusaha untuk membisik.

Aku mengedarkan pandanganku kearah yang ia tunjuk. Pandanganku tertuju pada seorang pria gendut yang sedang asyik mengunyah sepotong pizza di sebuah pos keamanan, dekat parkiran ini.

Menjijikan, pria itu memakannnya dengan sangat lahap, seperti orang yang tak pernah makan berbulan-bulan.

"Kurasa pria itu terlalu susah untuk dibunuh, lihat, lapisan lemaknya pasti sangat tebal jika kita memotongnya. Cari yang lain saja," ucapku dengan nada yang memelas.

Aku dapat melihat Renold mendengus kesal di sampingku. Idenya cukup bagus, pasti seru jika membunuh orang didepan sebuah restoran, itu pasti akan membuat para pengunjung restoran itu muntah-muntah. Hoho.

"Baiklah, kita cari yang lain saja. Cari pria yang berlemak tipis," ucapnya seraya menoleh ke sekeliling. "Dapat! Kau mau pria yang itu?"

Belum sampai semenit Renold mengeluarkan suaranya. Ia memegang pundakku dan menunjuk berulang kali, mengarah pada seorang pria yang berpakaian seperti preman. Pria itu berada di antara dua mobil yang terparkir tepat didepan kaca restoran itu.

Psychopath AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang