Chapter 7: Tolong Aku

2.4K 232 46
                                    

****

Author's Point Of View

Sebuah rumah berlantai dua menjulang tinggi nyaris menyamai barisan pepohonan. Begitupun cat putih kusam yang hampir menguning melapisi tembok rumah itu, seakan ingin segera keropos dari pertahanannya. Rumah itu tak mempunyai teman, sayangnya kehidupannya direnggut hutan lebat yang ada di sekitarnya.

Rumah itu terlihat nyaris bagaikan rumah-rumah angker. Sama sekali tak berpenghuni. Mungkin lebih terkesan angker jika dihiasi dengan seorang Psikopat yang berdiri didepan rumah itu yang sedang asyik memainkan pisau.

Di dalam rumah tua itu terdapat empat sosok bayangan hitam yang terlihat jelas pada pantulan lantai depan kamar Angel.

Keadaan seisi ruangan terlihat begitu remang akan cahaya yang sama sekali tak dapat dilihat- walaupun waktu masih menunjukkan 03.34. Semua lampu dipadamkan di seluruh pelosok tempat rumah itu. Sinar matahari tidak dapat menembus masuk karena terhalangi oleh hutan disekelilingnya.

Keempat sosok tadi berdiri tepat didepan pintu kamar Angel. Siluet seorang wanita berjubah terlihat jelas pada bayangan lantai berjubin. Diantaranya tiga orang pria bertubuh tegap yang tak sama sekali memegang apapun. Lain hal-nya dengan wanita tersebut.

Tangan kirinya menggenggam sebuah kapak berukuran kecil dan sebelahnya lagi memegang pisau. Pisau itu bergetar mengikuti irama gerakan tangannya. Ia terlihat begitu gugup memandang sekeliling ketiga pria itu.

"Bagaimana kalau Angel mengetahui kita nanti?"

Nada bicara wanita itu terdengar begitu gugup. Ia mencoba memalingkan wajahnya kebelakang penuh gelisah melihat ketiga pria yang hanya menatapnya diam.

Salah satu pria berperban memberikan isyarat menggunakan kedua tangannya. Jari jemarinya menunjuk berulang kali mengarah pada pintu kamar Angel seakan menyuruh si wanita untuk segera masuk.

"Ayolah, sebentar lagi Angel bangun. Aku tak mau rencana ini terulang lagi," omel pria yang bernama Jemmie. Ia mengumpat kesal selagi kedua tangannya yang disembunyikan didalam saku celananya.

"Ayolah Katrin, ini demi kebaikan Angel. Aku ingin melihat keahlihan mereka berdua." salah satu lelaki yang bernama Arnold membuang muka bosan pada kedua pria yang ada di sampingnya.

Posisi ketiga pria itu berada dibelakang wanita berjubah yang bernama Katrin. Jarak Katrin tidak terlalu jauh, mungkin sekitar enam langkah kaki orang dewasa.

Lelaki berperban yang bernama Kevin berjalan mengendap kearah Katrin, Ia berusaha agar derap langkahnya tak dapat sekalipun didengar oleh Angel. Kevin perlahan mendongakkan sedikit kepalanya mengarah pada telinga Katrin.

"Lakukan apa yang menurutmu harus kau lakukan. Disitulah aku akan menilaimu, Angel dan juga Arnold," bisik Kevin di telinga Katrin. "Ayolah, ini sudah cukup lama."

Kevin berjalan mundur tanpa melihat kebelakang. Langkahnya terhenti pada posisi seperti yang semula--tepat disamping kiri Jemmie dan Arnold.

Katrin sedikit menaikkan dagunya ke atas agar terlihat angkuh. Pasangan kedua bola matanya berbinar terang seakan ada tumpahan air yang tak sabar ingin keluar. Nafasnya kini semakin menderu, bahkan kedua perutnya bergerak naik turun seirama dengan tarikan nafas pelannya.

Entah apa yang dipikirkan Katrin sehingga kepalanya seketika mengagguk pasrah. Perlahan ia mulai melangkahkan kakinya bagian kiri dan kemudian dilanjutkan dengan kaki kanannya lagi. Ia berusaha memalingkan kepalanya ke belakang mengarah pada ketiga pria yang merencanakan semuanya itu.

Kevin, Arnold, dan Jemmie merseponnya dengan memberi sekali anggukan kepastian pada Katrin. Katrin mengepalkan kedua tangannya dan kembali fokus berjalan ke depan, dan seketika langkahnya terhenti.

Psychopath AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang