Chapter 20: Tangkap Mereka!

1.1K 94 21
                                    

****

Perhatian: part ini mengandung aksi pembunuhan sadis. Dimohon jangan ditiru adegannya. Trims.

Karena bantuan kedua kapak ini akhirnya membawa aku dan Renold memasuki ruangan teknologi, ah, sebut saja ruangan teknologi. Aku mengambil kapakku diantara pecahan kaca yang berhamburan di lantai, kemudian menaruhnya kembali di saku pahaku, begitu juga dengan Renold. Renold menyapu pandangannya di dalam ruangan teknologi ini, melihat likak - likuk ornamen - ornamen polisi disebagian tembok ruangan. Aku membuang ludahku, mendapati wajah Albert yang berada dalam sebuah bingkai besar, cukup besar memakan sisi tembok ruangan ini. Renold mengambil pisau lipatnya di hoodie-nya kemudian melempar pisaunya hingga tertancap di foto itu, tepat bagian sebelah kiri bola mata Albert.

"Apa pria itu begitu penting hingga wajah liciknya dipajang disetiap ruangan? Dasar polisi - polisi bodoh!"

Renold menggeram kesal ke arah foto wajah Albert di bingkai itu. Pakaian Jenderal Albert serasa ingin dicabik oleh Renold, namun itu hanyalah sebatas gambar. Orang licik seperti Albert pasti sedang berada di tanah - tanah tandus itu, di bagian samping kanan gedung ini.

"Kau seperti orang bodoh, Renold. Jalankan misi kita dan buat kerusuhan di gedung ini." Aku menarik lengan Renold. "Gambar itu hanya membuatku muak."

Renold kemudian berjalan di sampingku, meninggalkan pisau lipatnya yang tertancap indah di mata Albert, namun itu hanyalah gambar. Aku melirik ke arah setiap pojok ruangan ini, keempat pojok ruang ini terpasang alat pemantau di setiap lubang, tidak ada satupun yang bekerja karena semua sistem keamanan telah dibobol oleh Davis. Aku dapat merasakan semuanya baik - baik saja, tidak ada yang perlu ditakuti selagi peluru - peluru polisi itu tidak menembus masuk melalui jantungku.

Berarti usaha Davis tidak sia - sia juga. Berawal dari aku, Renold, dan Alan yang sempat melihatnya memasang alat itu di ruangan besi, dan benda itu berhasil membantunya keluar dari gedung setan - setan ini, entah bagaimana ia mengendalikan benda itu, mungkin benda itu seperti sinyal elektromagnetik yang dapat mematikan pusat listrik disetiap titik - titiknya. Davis memang kriminal yang jenius, saingan berat dibanding Jax Paxton dan para pembunuh lainnya. Sudah dua tahanan yang berhasil kabur dari sini; Joe Sutter dan Davis Brycen.

Aku melihat ke arah dinding kaca yang transparan, menampilkan beberapa ruangan yang lainnya lagi. Ada ruangan yang berkaca persis seperti ruangan ini, namun ada yang berlapis besi berwarna abu - abu mengkilat. Ruangan ini berada di posisi kiri gedung, berbeda jauh dengan ruangan para tahanan, dan ruangan Albert yang berada pada posisi gedung bagian kanan. Bahkan menuju ruangan Boyle dan Roven harus melewati tangga untuk menuju lantai dua, karena untuk sementara waktu lift tidak bekerja, semua aliran listrik dimatikan oleh Davis. Yah, terpaksa aku dan Renold harus sibuk menuruni tangga agar dapat bermain - main dengan Boyle dan Roven.

Dari balik kaca, aku menyuruh Renold untuk bersembunyi. Kami mendapati seorang polisi berbadan gendut sedang berjalan ke arah ruangan ini. Renold dan aku segera berlari menuju meja berkaca, dan bersembunyi. Percuma saja, kaca tetaplah kaca, siapapun pasti akan melihat kami karena benda ini bersifat transparan itu karena aku dan Renold memang sengaja bersembunyi di sini.

Tanpa sadar Renold menunjukkan seriangaian khas membunuhnya.

Polisi gendut itu membawa setumpuk kertas, ia memasuki ruangan ini tanpa sekalipun melihat dua buah kaca jendela ruangan ini yang telah pecah. Polisi itu berjalan menuju meja berukuran kecil sembari menyimpan kertas - kertas itu di sana. Ia mengambil dua buah map berwarna merah, dan membawanya kembali. Namun sesuatu mengagetkannya, matanya terbuka lebar memandangi foto Albert yang terdapat pisau di sana. Ia menjatuhkan dua map itu dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Pecahan - pecahan kaca yang berserakan itu berhasil menarik perhatiannya saat ini. Kaki - kakinya bergetar, namun tetap dipaksakan untuk tetap berjalan menuju dua buah jendela itu.

Psychopath AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang