Chapter 24: Kau Bercanda

1.1K 92 7
                                    

Demi Tuhan, aku yang menjadi orang pertama menunggu di mobil Maseralti Gibli milik curian Renold. Berawal dari kesepakatan Davis, dua menit setelah itu kami bersiap melengkapi peralatan membunuh untuk dibawa secara diam-diam di komplek kepolisian, dan tiga menit setelah itu, aku berada di sini, tepat duduk di mulut mobil indah ini, memegangi kapak kecil bergagang merah yang sebentar lagi akan bersarang diseluruh kepala para polisi New York.

Angin berhembus menjadi tamparan keras di permukaan wajahku namun terkadang menjadi lembut ketika ia berhembus pelan. Pohon-pohon yang sangat lebat mengeluarkan bunyi bising saat itu, bergerak menahan kerasanya angin. Itu sangat menakjubkan melihat di tempat yang sepi ini, tepat di samping kiri gedung peot ini, terletak sebelas meter tidak jauh dari tempatku duduk.

Aku teringat tentang masa laluku, masa kecilku yang menyenangkan. Dan semua masa indah itu masih tetap bertahan hingga sekarang. Aku menyayangi Arnold dan Katrin, namun apa kedua orang itu masih menyayangiku bila aku kembali? Mustahil, mereka tidak akan lagi melihatku. Pikiran bodoh ini selalu menyuruhku untuk menghapus kehidupan mereka, membawa mereka ke alam kegelapan dengan mata yang tertutup di dalam peti mati.

Saat itu, aku melihat Alan berteriak dari atas gedung memanggil namaku, melambaikan tangannya dan berjalan menuruni tangga gedung. Aku menarik napasku dengan pelan, menghembuskannya, kemudian turun dari duduku seraya memasang senyuman lebar.

Detektif Suckle itu sangat menyukai pakaian berjas hitam, seperti yang ia kenakan sekarang. Dari jauh, ia mengeluarkan sebuah alat setrum di dalam saku jasnya dan menunjukannya padaku. Aku sempat tertawa, menggelengkan kepalaku pelan.

"Aku baru tahu kau begitu nekat, Alan."

Aku berucap ketika Alan menghampiriku, berjalan lurus menuju mobil merah itu. Ia mengatur kaca spion mobil, mengatur alis matanya yang tebal sedikit berantakan.

"Detektif selalu nekat mengerjakan sesuatu. Kau tidak tahu soal itu, Angel." Alan berucap.

Demikian setelah itu, muncul Jeniffer dan Karen dari pintu gedung berlantai dua. Mereka menuruni tangga, berjalan menghampiri kami. Karen tetap dengan sneakers nya, membawa dua pisau dapur yang diselipkannya di hoodie organisasi. Sedangkan Jeniffer membawa pisau dan kapak. Wanita itu selalu memutar-mutar kedua benda itu di jari tangannya, bahkan ujung runcing kapak itu hampir mengenai telinga Alan.

"Yang lainnya akan kemari sebentar lagi," ucap Jeniffer. Ia kemudian tersenyum. "Aku sudah tanda duluan. Sebentar, pokoknya bokongku harus duduk di bangku mobil itu."

Aku melirik mobil yang ditunjuk Jeniffer. Itu mobil Maseralti Gibli curian Renold. Karen menghembus napas malas, ia tahu bahwa Jeniffer memang pencinta mobil, sifatnya memang begitu berlebihan. Maklumi saja. Remaja labil sepertinya mungkin membutuhkan kasih sayang.

Dua menit setelah itu, para pembunuh The Blood & Humanas akhirnya terkumpul di lapangan besar gedung ini. Davis dan yang lainnya telah selesai dengan perlengkapan mereka. Saat itu Davis tersenyum anggun padaku, melihat diriku menggantung sebuah kamera di leher.

Berpura-pura menjadi Fotografer ternyata menyenangkan juga.

"Kau terlihat seksi," ucap Davis. "Semoga penampilanmu bisa menipu kepala kepolisian itu."

Seraya berkata, Davis merogo saku celananya, mengambil teropong pemantau miliknya di sana. Ia menunjukkannya padaku seraya menggambarkan senyuman. Renold menyambar, mengambil benda itu dari milik Davis, melihatnya sebentar dan mengembalikannya lagi.

Davis segera berlari menaiki mobilnya yang terparkir di samping mobil Alan. Satu persatu kami menaiki ketiga mobil itu. Seperti saat ini, aku dan Alan menempati mobil Davis. Charlie dan Jamez menempati mobil Renold. Sedangkan, Karen, Hanna, dan Jeniffer masih berdebat sebentar seputar siapa yang akan mengendarai mobil Alan. Satu-satunya diantara ketiga wanita itu yang tahu mengendarai mobil adalah Jeniffer. Aku tahu Jeniffer sedang marah, ia tidak sukses menempati bokongya di mobil Renold.

Psychopath AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang