Chapter 21: Rencana Busuk Albert

1.2K 100 12
                                    

****

Entah beberapa menit berlalu, jam berputar, bahkan hari berganti, aku merasakan pandanganku seolah hancur, hancur berantakan disetiap segala sisinya. Bagaikan kematian yang tak bisa dibangkitkan kembali, juga bagaikan angin lalu yang bertiup tak tentu arah, mereka membuat tubuhku tidak bisa bergerak, seolah semuanya terkunci di dalam ruangan gelap nan gulita. Aku tidak bisa merasakan hembusan nafas Renold saat berlari, aku tidak dapat mendengar suara ledakan di setiap jalur yang Renold lewati. Yang kulihat, hanyalah pemandangan hitam, penuh kegelapan.

Kulit - kulit tanganku serasa terbang, terbang menjauhi seluruh tubuhku. Namun, aku dapat merasakan beberapa kali sentuhan yang mengenai seluruh kulit tanganku, seperti seseorang yang menyentuhnya di ruangan gelap ini. Suara - suara tembakan polisi tadi serasa hilang tanpa meninggalkan suara apapun, aku tidak bisa melihat mereka, aku tidak bisa melihat Renold, bahkan aku tidak tahu kami akan tertangkap oleh para polisi - polisi itu atau tidak.

Aku dapat merasakan bola mataku bergerak, namun masih terselubung kelopak mataku. Dia ingin terbuka, namun susah untuk melakukan hal itu. Ada yang seolah menyuruhku tetap tidur, tidur dalam selimut gelap ini. Suara beberapa sentakan kaki berjalan, membuka pintu suatu ruangan dan berhenti tepat di dekat tubuhku. Hanya dalam pemandangan yang sama, gelap.

"Dia butuh istirahat. Kau tidak perlu mencemaskannya."

Telingaku seolah bekerja, mendengar suara seorang wanita yang kukenal. Nada bicaranya seolah berkata pada seorang yang berada di samping tubuhku. Aku tidak menyukai suara wanita itu, suaranya sangat mirip seperti Jeniffer Lopez. Dan, seorang di sampingku seolah membuat mataku tidak bisa bergerak lagi. Kelopak mataku serasa lengket tak ingin membuka. Aroma itu seolah membuat kabut hitam di sekitarku tubuhku semakin tebal, aroma green, iris dan violet.

"Aku akan tetap di sini, menunggunya hingga sadar. Ini sudah menjadi tanggung jawabku."

Seorang lelaki berucap. Namun beberapa saat kulit - kulitku serasa tersentuh sesuatu, sesuatu yang nyaris membuat kelopak mataku kembali terbuka lebar. Itu hanya sementara, kelopak mataku seolah kembali layu ketika sesuatu tidak menyentuh kulitku lagi.

"Dia pasti sadar. Mungkin sebentar."

Telingaku menangkap seorang pria lain yang bersuara. Pria yang berada di sampingku seolah tak ingin pergi dari sini. Sebuah cairan dingin membasahi seluruh jari - jari tanganku, sesuatu mengepalnya, kemudian meletakannya kembali. Aku mencoba membuka kedua mataku perlahan, namun semuanya tampak kaku, susah untuk melakukannya.

Tenang, ini hanya mimpi burukmu, Angel. Kau hanya tersesat dalam kabut hitam ini, hanya untuk sementara dan kau akan kembali. Pemandangan itu hanyalah ilusi dalam otakmu, dia hanya menutup matamu, dia hanya mampu membuat matamu terpejam.

Namun, seketika pemandangan hitam itu berangsur pudar pada pandanganku, mengubah warna menjadi merah darah di setiap sisinya yang bergerak melingkar. Perlahan kedua warna itu berputar, berputar hingga begitu cepat. Aku merasakan diriku seolah berada di sebuah tingkat halusinasi yang tinggi, seolah terbawa dalam sebuah lorong yang berputar gesit. Pusaran itu memberikan hempasan angin yang cukup kencang, kemudian seketika menggantikan celah yang terbuka lebar ditengah - tengah lingkaran kegelapan itu.

Kali ini benar, kedua kelopak mataku bekerja, berusaha menghindari pemandangan aneh itu. Perlahan aku membuka mataku, menetralkan seluruh pandangan redup yang berada di sebuah ruangan nan sepi. Langit - langit ruangan ini mengingatku pada masa laluku saat pertama kali The Blood & Humans menempatkan tubuhku di ruangan ini, tepat pada saat itu, ada dua buah gambar pisau yang menyilang di langit - langit ruangan.

"Angel? Kau sadar."

Aku mendengar suara Renold yang berada tepat di sampingku berbaring. Alan dan yang lainnya berada di ruangan ini, menghela napas legah ketika aku melihat ke arah mereka. Satu hal yang tak bisa kusadari saat ini adalah keberuntungan.

Psychopath AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang