~~~ My Baby Doll – Part 10 ~~~
" Bunuh wanita itu sayang, ini adalah perintahku. " Gill mengedipkan sebelah mata dan dengan patuh Sasha mulai merakit Senapan miliknya.
" Ckck. .bukan dengan itu sayang," potong Gill lalu menyodorkan sebuah belati perak pada Sasha. " bukan senapan, tapi ini. Aku ingin kau membunuhnya dengan perlahan hingga dia merasa bahwa kematian itu lebih baik di banding rasa sakit yang kau berikan."
" Ba-baik Tuan, " Sasha menganggukkan kepalanya lalu berjalan menghampiri seorang wanita paruh baya yang sedang terikat sembari menangis meminta tolong.
" Sasha, , itu kamu nak, , syukurlah, , tolong tante nak, " ujar wanita paruh baya itu merasa lega saat melihat sosok Sasha yang berdiri di hadapannya.
Dengan segera Sasha memotong ikatan wanita paruh baya itu. ( srekkk, srekkkk )
" Terima kasih sayang, ayo, kita harus cepat keluar dari sini. " Wanita itu membelai lembut wajah Sasha lalu mengecup kasih keningnya sebelum menggenggam jemari Sasha dan menuntunnya ke pintu keluar.
Sesaat waktu serasa berhenti bersamaan dengan dedaunan yang mulai berjatuhan menuju tanah. Sebuah rasa nyaman menyeruak bagi keduanya, rasa nyaman itu tak bertahan lama karena wanita paruh baya itu segera menarik Sasha menuju pintu keluar. " maafin kelakuan Sachi kemarin ya sayang. " Sambung Ryn tersenyum lembut.
Entah mengapa untuk pertama kalinya tangan Sasha bergetar hebat, dadanya serasa sesak dan matanya serasa memanas, rasa apa ini, rasa yang sulit di ungkapkan namun begitu hangat mengalir dalam sanubarinya.
Kamu kok nangis sih, Ryn tersenyum dan menghapus buliran bening yang menuruni pipi Sasha, lalu tak lama memeluknya dalam dekapan penuh kehangatan. Dalam pelukan itu Sasha masih memandangi tangannya yang tak berhenti bergetar, dan saat itu Sasha melihat tatapan tajam Gill yang begitu menakutkan di balik tembok persembunyiannya, seakan-akan sedang memperingati Sasha.
" Ma- maaf, ," gumam Sasha pelan bagaikan sebuah tangisan pilu, dan tak berapa lama pun pisau perak itu menancap tepat di perut Ryn. Ryn memegangi perutnya lalu melihat darah segar itu mengaliri tangannya. Ryn menatap Sasha tak percaya dan dengan sisa kekuatan yang ada Ryn mengelus Pipi Sasha dengan tangan penuh darahnya, lalu berbisik pelan " Putriku ". Dan terjatuh ke lantai.
Sasha diam membeku, meski pelan namun Sasha dapat dengan jelas mendengar perkataan Ryn barusan. Bersamaan dengan itu ternyata Sachi sedang berdiri menatap tubuh ibunya yang terhempas ke lantai bersimbah darah.
" Bunda !!! " jerit Sachi berurai air mata. Dengan segera Sachi menghampiri Ryn lalu memeluk tubuh ibunya, Ryn menatap Sachi sendu berusaha mengucapkan sesuatu namun suaranya tak kunjung keluar. Hanya gerakan mulut abstrak yang terlihat.
Sachi menatap Sasha dengan tatapan kebenciannya, lalu dalam beberapa detik Sachi mengeluarkan pistol yang dia curi dari ruang kerja Ayahnya dan melesatkan peluru panasnya, memecah udara dan menembus bahu Sasha.
" Dasar jalang sialan, mampus aja loe . . " jerit Sachi penuh amarah dan berusaha menembak lagi namun dengan kekuatan yang ada Ryn memeluk Sasha dengan erat menjadikan tubuhnya sebagai tameng.
Sasha menatap tak percaya dengan perbuatan Ryn, untuk terakhir kalinya Sasha melihat senyuman hangat dan lembut itu sebelum Ryn menghembuskan nafas terakhirnya dalam dekapan Sasha. Sachi terperosot ke lantai mengetahui dirinya yang membuat Bunda tercintanya tewas dengan begitu kejam.
" Bunda !!!!!! kenapa Bunda lakuin itu, kenapa ??" teriak Sachi sambil menangis histeris. " Bunda jangan tinggalin Sachi. Bunda bangun. Please. "

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Doll
Teen FictionDi tengah malam yang sunyi, tampaklah seorang wanita paruh baya berjalan dengan mengiring anaknya, gadis kecil dengan paras yang begitu cantik, memeluk boneka beruang dengan ekspresi polos yang bahagia, mereka melewati jalanan sepi dengan sedikit te...