Langit Biru

5.8K 302 43
                                    


Terik matahari dipagi hari menjelang siang menemani Nathan dan siswa sekelas lainnya berolah raga hari ini. Jam olahraga sedari tadi telah usai. Namun bukan Nathan, Temy dan beberapa siswa laki-laki lain namanya yang menambah porsir olahraga mereka menjelang jam istirahat. Beberapa siswi yang masih mengenakan pakaian olahraga duduk dibarisan pinggir lapangan untuk menjadi penonton sang idola sekolah berolahraga.

Nathan seperti biasa tersenyum lebar menyepak bola kaki dan siap mengoper kepada Temy saat tim lawan mereka mendekat. Penonton cewek berteriak tertahan ketika melihat Nathan menyeka keringatnya. Nathan yang mendengar teriakan para siswi menatap mereka sambil melemparkan senyuman manisnya seperti biasa. Membuat siswi lainnya berteriak sambil menatap Nathan lapar.

"Hadeh" ucap Temy menghampiri Nathan ketika mereka memilih untuk berhenti bermain karena jam istirahat akan segera tiba.

"Ngapain lo?" tanya Nathan sambil mengipas wajahnya dengan baju olahraga yang telah dilepas, menyisakan kaus putih yang sedari tadi ia kenakan.

"Noh" unjuk Temy dengan dagunya, memperlihatkan kepada Nathan jajaran siswi yang masih melihatnya dengan riang. Nathan menatap mereka sebentar dan tersenyum kearah mereka.

"Lah, punya temen gampang banget lempar senyum. Gak heran deh Fangirling disekolah kita tambah membludak" ucap Temy sekenanya. Membuat Nathan mengangkat alisnya sebelah menatap Temy.

Mereka kini berjalan menuju ruang ganti siswa laki-laki. Nathan membuka lokernya lalu mengambil handuk kecil. "Emang gak boleh ya senyum gitu sama orang lain? Senyum kan sunah?" ucap Nathan lalu membuka kaos putihnya dan bersiap masuk kedalam ruang bilas.

"Ya, gimana ya.. Senyum lo itu bikin baperan cewek-cewek. Gue sih gak masalah ya. Tapi ya gitu deh" ucap Temy mengambil handuknya diloker. Mereka kemudian masuk kedalam ruang bilas masing-masing.

Nathan menatap wajahnya dicermin yang berembun karena percikan air mengenai cermin tersebut. Wajah Sarah kemudian terlintas diingatannya. Membuatnya bertanya didalam hati, bagaimana kondisi cewek itu sekarang?

"Eh iya, Sarah tadi pulang ya?" tanya Temy diruang sebelah.

"Iya, dianterin sama mbak Diala kerumah" Temy hanya mengangguk dan tidak lagi membalas perkataan Nathan.

**

Nathan terdiam dibangkunya. Melihat kepapan tulis sambil menopang dagu dengan tangan kanan dan tangan kiri yang sedari tadi memainkan penanya. Ia menghela nafas dan matanya beralih ke tempat duduk dimana Sarah biasa menghabiskan waktu belajar diruang kelas tersebut.

Perasaannya seperti ada yang hilang. Seperti ada yang tidak lengkap. Padahal baru tadi pagi ia melihat Sarah dengan lemahnya berjalan sendiri ke uks, sementara dirinya hanya mengikuti Sarah dari belakang. Memastikan cewek itu tidak pingsan tiba-tiba dilorong kelas.
Dan baru tadi juga ia melihat mobil yang dibawa Diala keluar dari gerbang untuk mengantarkan Sarah pulang.

Sarah. Mengingat nama itu saja senyum langsung terukir diwajah Nathan. Membuat ia harus terus beristigfar untuk tidak berlarut memikirkan lawan jenis yang bukan mahramnya. Namun terlalu banyak kenangan masa kecil dan perbuatannya ketika mereka bertemu lagi dari beberapa waktu yang lalu, membuat Nathan tanpa sengaja terkekeh kecil, sehingga ia hanya berdeham ketika Temy menatap kearahnya.

Tiba-tiba speaker info yang terdapat didalam ruangan membuat kesadarannya kembali. Ia mendengar info tersebut dengan tidak minat. "Pemberitahuan kepada siswa yang bernama Nathan dari kelas 12 A agar menghadap bu Tina sekarang juga diruangan guru. Terima kasih" pemberitahuan singkat itu membuat Temy menyikut sikunya tepat dipinggang Nathan. "Noh, mak lo nyariin" ucap Temy terkekeh mengundang Yatno yang sedaritadi fokus kebuku biologi yang tadi ia baca menatap Nathan sebentar dan kembali menatap buku biologi sambil terkekeh.

Sarah, Si Cewek ArabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang